26. kebenaran yang menyakitkan

16.6K 1K 135
                                    

Halooooooo😀😀😀

Kalian kangen aku nggak? Hhhh wkwk.

Ohh sampe lupa jujur aku rasanya pengen nangis dari kemarin2 partnya acak2 kan truss gk tau knp😭

Udh aku coba untuk sesuaiin urutannya tetap gk mau, ini sih yg buat aku malas up sebenarnya

Jd klw kalian merasa partnya kyk pernah baca nah itu bener tpi dgn isi berbeda alias aku salin dan cuman ganti nama babnya aja😭😭😭😭

Saran aku sih mending baca dari awal aja biar gk bingung.

🚐🚐🚐

Beberapa hari ini Karina begitu tidak percaya akan perubahan sikap Iqbal kepadanya, suaminya sekarang tidak sekejam dulu yang apa apa selalu menyalahkan sang istri.

Karina tidak tau harus bersyukur karna perubahan yang ada di dalam diri Iqbal, Karina hanya takut dirinya malah hanyut terlalu dalam pada sosok suaminya yang nantinya akan malah jadi sebuah awal dari rasa sakit yang bakal di tanggung nantinya.

Ia tidak mau terlalu di lema yang namanya sebuah harapan, karna harapan bisa saja membuat semua berantakan dan malah di gantikan dengan luka.

Seperti biasa selepas sholat subuh Karina langsung melanjutkan tugasnya di dapur sebelum berangkat ke sekolah, di usia yang masih sangat terbilang muda itu ia harus belajar membagi waktu dengan sebaik baiknya.

"Karina," sebuah panggilan kecil membisik masuk ke telinga Karina.

"Kak Iqbal? Kenapa ke dapur? Aku baru mau masak kak."

Di perhatikannya wajah Iqbal yang begitu tampak sangat pucat membuat Karina menjadi gelisah.

"Kak Iqbal sakit?" tanya Karina.

Iqbal mengangguk pelan, bibir yang pucat itu membuktikan bahwa keadaan Iqbal saat ini sedang tidak baik baik saja.

"Kak Iqbal kembali aja ke kamar, Aku buatin bubur dulu," pinta Karina membuat gelengan kecil dari Iqbal

"Kepala saya lagi sakit Karina, saya nggak kuat."

Sebuah ringisan kecil tercipta di bibir pucat lelaki itu, Iqbal memegangi kepalanya yang terasa begitu sakit. Karina yang melihat itu cepat cepat mendekat dan menggiring suaminya masuk kamar.

Dengan pelan Karina membaringkan tubuh Iqbal dan membenarkan selimut sang suami, ketika hendak pergi tangan Karina langsung di cengkang oleh Iqbal seolah tidak membiarkan perempuan itu pergi.

"Temenin saya, kepala saya pengen di pijat," Iqbal membawa tangan Karina di kepalanya

Karina menurut ia memijat kepala suaminya dengan lembut, Karina menjadi tidak tega melihatnya.

Pijatan itu seketika berubah menjadi elusan yang lembut membuat Iqbal menjadi semakin nyaman akan sensasi seperti ini.

Aku bahagia dengan sikap kak Iqbal yang sekarang.

Sebuah doa Karina terus lafalkan di dalam hati, berharap kedepannya keluarganya jauh lebih baik lagi.

Senyum yang tadi terpancar di bibir Karina seketika pudar akan kenyataan yang sebenarnya, sebuah ingatan tentang surat cinta Iqbal dengan Aisyah membuat Karina lagi lagi seperti di tampar akan fakta.

Disini ia harus mengingat bahwa dirinya hanya mencintai bukan di cintai.

Akan ada waktunya aku mengalah kak, aku nggak mau jadi benalu di kehidupan kalian.

Sekuat tenaga Karina menahan air matanya agar tidak keluar, meski merasakan sesak yang luar biasa Karina tetap berusaha seolah olah baik baik saja.

Setelah di rasa Iqbal sudah tertidur Karina pergi menuju dapur untuk membuatkan bubur untuk suaminya.

Sesama Santri LH Where stories live. Discover now