29. ke khawatiran Iqbal

20.3K 768 33
                                    

Di sepanjang malam hingga subuh pun tiba seorang perempuan tidak henti hentinya mengeluarkan cairan bening di pelupuk matanya, ia menangis dengan suara yang kecil meratapi nasib buruk yang lagi lagi jatuh dalam kehidupan nya.

Badannya terasa remuk dan sakit luar biasa di sekucur tubuhnya, itu akibat ulah suaminya sendiri karna melakukan tanpa kelembutan melainkan dengan emosi yang meluap luap.

Kini mereka masih sama sama tertidur di ranjang tanpa busana dengan tangan kekar Iqbal yang bertengger manja di perut Karina.

Tanpa merasa bersalah dan berdosa laki laki itu masih tertidur dengan wajah damainya seolah menikmati istirahatnya.

Kamu jahat kak.

Bayangan bayangan semalam masih berputar jelas di benak Karina, dimana Iqbal melakukan hal itu dengan sedikit kekerasan.

Dengan tenaga yang masih ada Karina melepaskan tangan itu dari perutnya dan memungut pakaiannya kemudian berjalan masuk kamar mandi membersihkan diri.

Iqbal meraba raba sisi kasur seolah ada yang hilang dari pelukannya, matanya kini terbuka dan sadar akan kehilangan sosok karina disana.

"Kemana dia?" tanyanya sendiri.

Ia menyibak selimut yang di pakai, matanya sedikit membulat saat tau dia tidak menggunakan apa apa dan memperlihatkan noda merah yang ada di kasur.

"Saya bener bener telah melakukannya?"

Entah dia merasa sedih atau bahagia karna hak sebagai suami sudah ia dapatkan meski dengan cara paksaan.

Melihat sekeliling kamar seperti pakal pecah membuat bibirnya seketika terangkat naik membentuk sebuah senyuman tipis di sana.

"Ternyata nggak cuman melihatmu yang bikin candu, tapi menikmati tubuhmu nggak kalah candu ternyata," ucap Iqbal entah sadar atau tidak yang jelas itu yang dirasakan didalam hatinya sekarang.

"Maafkan saya Karina karna telah merengut keperawananmu tanpa kamu berikan izin terlebih dahulu, tapi saya juga berhak merasakan apa yang seharusnya saya dapatkan, sebagai suami."

"Saya nggak bakal biarin kamu pergi."

Pintu kamar mandi terbuka menampilkan Karina yang baru saja selesai mandi, ia berjalan menuju tempat dimana alat sholatnya berada.

"Kamu nggak mau nunggu saya sholat bareng?" sindir Iqbal membuat Karina tidak menjawab sama sekali.

Meskipun ia marah besar kepada Iqbal tapi dia tidak bisa benci dengan suaminya, apa yang telah di lakukan olehnya semalam bukanlah hal yang fatal, Iqbal memang pantas mendapatkan haknya sebagai seorang suami.

Tapi Karina masih belum terima atas itu, ia masih berat hati untuk memaafkan Iqbal.

"Tunggu saya, saya yang jadi imam kamu," kata Iqbal sebelum berlalu masuk ke kamar mandi.

Karina tidak dapat menolak sama sekali, meskipun tidak menjawab ucapan suaminya tapi Karina tetap menunggu kedatangan Iqbal untuk jadi imamnya.

Setelah sholat Karina sama seperti tadi tidak bergeming sama sekali membuat Iqbal sedikit merasa bersalah terhadap perempuan itu.

"Kamu nggak perlu masak hari ini, tubuh kamu pasti nggak kuat bergerak, nanti kita pesan aja yah," ujar Iqbal membuat Karina langsung melirik nya.

"Aku nggak lumpuh, dan aku masih sanggup untuk ke dapur," balasnya ketus.

Mendengar nada ketus dari istrinya membuat Iqbal menghela nafas jengah.

"Tubuh kamu juga butuh istirahat, saya peduli akan hal itu, jadi ikutilah perintah saya."

Sesama Santri LH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang