35. kebucinan Iqbal

15.9K 1.1K 107
                                    

Dalam membina rumah tangga memang tidak segampang dengan apa yang kita bayangkan banyak sekali lika liku serta ujian yang datang terus menerus menghantam agar rumah  tangga seseorang bisa saja goyah bahkan sampai pada titik terendah seperti kehancuran.

Kunci utamanya terdapat pada kedua pasangan itu sendiri, sikap pengertian adalah sikap yang paling penting dalam keluarga, jika keduanya saling mengerti satu sama lain akan terdapat dorongan sendiri untuk menguatkan bahtera rumah tangga.

Tapi, jika keduanya sama sama tidak memiliki sikap itu maka bisa saja kehancuran yang akan datang.

Sudah beberapa hari ini Iqbal tidak mengikuti kegiatan mengajar di kelas di akibatkan demam tinggi, Karina pun sama mereka berdua tidak ada yang pergi ke pesantren menjalankan tugas mereka masing masing.

Tiga hari berturut turut Karina senantiasa berperan aktif sebagai istri yang baik dan siaga terhadap sang suami.

Banyak hal aneh yang muncul dari beberapa hari itu dan membuat Karina terheran heran, bagaimana tidak? Selama Iqbal sakit semua keadaan berubah, tidak ada lagi Iqbal yang kejam tapi di ganti dengan Iqbal yang bucin dan manja yang kelewatan.

Lihat saja hari ini laki laki itu kembali berbuat ulah, sedari tadi Iqbal sama sekali tidak melepaskan Karina, laki laki itu dengan wajah setannya eh canda wajah cemberutnya menolak terus menerus saat Karina hendak pergi ke dapur.

Posisi kedua nya saat ini sedang berada di ruang tamu dengan Iqbal yang duduk di sofa dan mengalungkan kedua tangannya pada perut Karina yang sedang berdiri.

"Kak, aku cuman mau ke dapur bukan ke Antartika," entah sudah berapa kali Karina membujuk suami biadabnya itu namun hasilnya Iqbal tetap tidak mau melepaskannya.

"Nanti kamu ninggalin saya, terus lari sama laki laki itu."

Karina menghela nafas pasrah. "Kemarin itu cuman mimpi buruk kak Iqbal, aku nggak bakal lakuin itu kok, lagian aku sama  kak Syam sebatas teman biasa aja."

"Tapi dia suka kamu Karina," ucap Iqbal menatap ke atas wajah istrinya.

Mungkin semua ini adalah efek Iqbal mengalami demam tinggi beberapa akhir ini karna memiliki pikiran yang berat.

Karina tersenyum mengelus kepala sang suami dengan lembut. "Selagi aku masih istri kakak, dia nggak bakal bisa rebut aku dari kak Iqbal."

"Bener, kamu bakal sama saya terus kan?" ucap Iqbal memastikan, Karina mengangguk mengiyakan.

"Ekhem, kayaknya umi datang pada waktu yang salah nih,"celetuk umi Ana membuat Karina sontak menjauh dari Iqbal.

"Ehh kenapa di lepas lanjut aja," Karina malah semakin menunduk malu mendengar godaan dari ibu mertuanya.

"Niat umi kesini cuman mau bawain kalian sesuatu dan juga obat buat Iqbal."

"Astaga umi aku jadi nggak enak, takut ngerepotin," balas Karina tidak enak hati.

"Nggak kok nak, umi sengaja masak banyak biar umi bisa bagi ke kalian juga."

Karina menerima rantang yang di sodorkan oleh ibu mertuanya dan berlalu pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan yang telah di bawah uminya tadi.

Asik menyusun beberapa lauk di meja makan Karina di buat kaget saat sebuah tangan kekar melingkar indah di perut perempuan itu dan dagu yang bertumpu di bahunya.

"Kangen."

Karina membulatkan matanya mendengar suara rengekan itu, entahlah perubahan Iqbal semakin hari semakin membuat Karina pusing tuju keliling.

"Kak, nanti umi datang," Karina berusaha melepaskan tangan suaminya namun,Iqbal menggeleng dengan wajah cemberut.

"Nggak kok, umi lagi nonton di ruang tamu, lagian nggak salah juga kan suami istri pelukan kayak gini? Umi juga pasti nggak bakal marah."

Sesama Santri LH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang