part 7

2.1K 161 7
                                    

Update lagi nii. Ayo vote nya jangan lupa, komen juga deng biar rame nih cerita. Hehehe.

Happy reading.

Mama datang membawakan dua gelas minuman yang pastinya akan selalu ada di setiap lebaran. Mama menghidangkannya di meja. Dan ikut duduk di samping Manda.

Mama mengernyit bingung melihat sebuah handphone yang masih berada didalam kotaknya, dan juga Manda yang tidak mengalihkan perhatiannya dari handphone tersebut.

"HP siapa itu? Kamu beli HP lagi Manda?"

Manda masih diam terpaku. Mama semakin heran dengan sikap Manda ini. Apa jangan-jangan handphone ini ada jampi-jampi nya ya, hingga Manda terbengong seperti orang bodoh.

"HP Manda Tante. Kemarin saya tidak sengaja buat HP Manda jatuh, jadi rusak. Makanya saya ganti." Arhan angkat suara, karena Manda tidak kunjung menjawab pertanyaan Mama.

"Loh bukannya HP kamu gak apa-apa ya Manda? Mama tadi masih lihat kok kamu main HP yang lama."

Iya Ma, handphone Manda memang tidak apa-apa hanya retak sedikit. Tapi orang didepannya ini saja yang ngotot untuk menggantu. Mentang-mentang banyak uang kali ya? Makannya dia bingung bagaimana cara menghentikannya.

"Udah gak perlu diganti Arhan. HP Manda gak kenapa kok, sayang kamu beli ini pasti mahal kan harganya."

Sedikit tidak rela yang dirasakan Manda saat Mama tiba-tiba mengambil alih, dan memberikan kembali pada Arhan.

"Jangan Tante, ini punya Manda."

"Manda masih ada kok HP nya, masih baru juga itu. Udah ini dipakai kamu aja, sayang loh. Mending dipake sendiri dari pada dikasih ke Manda, asal kamu tau aja Manda ini cepet rusak kalau pake HP."

Ish Mama, tidak bisa apa ya menceritakan hal-hal positif tentang Manda. Pasti yang diceritakan hanya hal negatifnya saja. Padahal Manda juga masih banyak baiknya kok.

"Saya udah punya Tante, jadi itu buat Manda aja."

"Eh jangan, mending dijual aja. Sayang banget ini."

Mama ini rejeki loh, kenapa masa ditolak sih. Kan sayang banget Ma.

Ingin Manda mengatakan seperti itu, tapi dia masih menjaga image didepan Arhan.

"Jangan, Tan. Sia-sia dong saya rebutan sama orang demi handphone ini."

Hah? Masa sih sampai rebutan, kenapa rasanya Manda tidak percaya ya. Tapi jika dipikir-pikir masuk akal juga, mengingat handphone ini masih baru-barunya dan pastinya yang antri untuk mendapatkannya juga banyak.

Tapi kenapa sampai Arhan rela melakukan itu? Padahal loh handphone yang sama seperti punya Manda banyak, dan tidak perlu berebut pula. Tapi dari pada memikirkan hal itu, entah kenapa otak Manda ini malah berpikir pada hal diluar nalar.

Manda malah memikirkan seberapa kaya sebenarnya Arhan ini. Dan dia juga ikut penasaran dengan pekerjaan Arhan.

Kerja apa sih laki-laki ini sampai punya banyak uang begini? Manda kan juga mau banyak uang.

Setelah beberapa perdebatan yang dilakukan keduanya, akhirnya dengan berat hati Mama harus menerima pemberian Arhan untuk Manda.

Manda hanya bersikap seolah dia adalah korban yang hanya menunggu hasil sidang yang dilakukan. Tapi berbeda dengan Mama, jika Mama menerima dengan berat hati. Maka Manda akan menerima dengan senang hati.

Tolong jangan katakan Manda matre, lagipun siapa sih yang mau menolak handphone sebagus ini. Diberikan dengan cuma-cuma pula. Rejeki tidak boleh ditolak kan, dan Manda memegang prinsip itu.

Meet a MateWo Geschichten leben. Entdecke jetzt