part 34

2.1K 210 21
                                    

"Arhan, hari ini mainnya dirumah aja ya sama Manda. Tante mau kepasar soalnya."

"Mau saya antar, Te?"

"Gak perlu, ini kang ojeknya udah dateng. Tante panggil Manda sebentar ya." Selepas mengatakan itu Mama Manda berlalu untuk memanggil putrinya yang sejak tadi belum juga kembali. Tanpa mengetuk pintu, Mama langsung saja membuka kamar Manda dan membuat pemiliknya terkejut.

Manda yang tengah menyisir rambut setengah basahnya didepan meja rias pun telonjak kaget, dia memegang dadanya saking kagetnya dengan kedatangan Mama yang tiba-tiba.

"Ketuk pintu dulu Ma, kaget loh aku." Mama tidak menanggapi protesan putrinya. Dia malah mengomentari penampilan Manda yang sudah lebih fresh dari pada tadi.

"Gitu dong, mandi yang wangi. Biar kalo di apeli itu gak malu-malu amat." Manda memutar bola matanya jengah. Iya dia selalu salah pokonya. Tidak Mandi, diomongin. Mandi pun demikian. Manda tidak ambil pusing, dia pun mencolokkan pengering rambut dan mulai mengeringkan rambutnya yang masih setengah basah.

"Mama mau berangkat ke pasar, kamu jangan lama-lama kasihan Arhan nungguin dibawah." Manda mengangguk singkat, tapi dia masih tetap sibuk mengeringkan rambutnya.

Setelah mengatakan itu, Mama pergi dari kamar Manda. Untuk bersiap-siap belanja ke pasar. Mamanya itu memang aneh, kadang belanja di supermarket tapi kadang juga belanja di pasar. Untuk sayur dan rempah-rempah Mama lebih suka berbelanja di pasar ataupun di pendagang keliling yang sering lewat. Katanya lebih enak belanja sayur di pasar saja karena penjualnya ramah, bahan yang dijual juga segar-segar dan yang terpenting adalah harganya yang lebih terjangkau daripada di supermarket besar.

Manda tidak tau sih perbandingan harganya sejauh apa. Dia saja saat diajak Mamanya selalu menolak, alasannya ya karena malas berdesakan dengan pembeli yang lain di pasar nanti. Tidak tau saja Manda jika berbelanja di pasar menciptakan sensasi serunya sendiri.

Manda mematikan pengering rambut, lalu dia pun mengambil sisir dan menyisir kembali rambutnya.

Manda menyatukannya menjadi satu di belakang lalu diikatnya. Tapi tunggu dulu, kenapa tiba-tiba Manda tidak srek dengan gaya ini, terlihat sedikit aneh. Dan Manda tidak mau terlihat aneh di mata Arhan.

Manda pun menggerai rambutnya begitu saja dan mengaitkannya di belakang telinga. Bagus sih hanya saja kurang effort sedikit gitu. Perihal gaya rambut saja kenapa sampai bingung seperti ini, padahal juga dia sering sekali mengikat rambutnya asal-asalan saat ada dirumah.

Akhirnya jalan satu-satunya yang dipilih Manda adalah memakai bando. Dia terlihat cantik dengan rambut sepunggung yang terurai, tidak kelihatan terlalu effortless karena ada bando mutiara yang menghiasi rambutnya.

Manda mengibas dress selutut yang dikenakannya. Membayangkan seolah dia adalah putri dari kerajaan yang akan menghadiri pesta penghormatan. Ah, khayalan Manda sudah jauh sekali rupanya. Lupakan tentang itu, kini kembali pada Manda yang memoleskan lipstik berwarna nude di bibirnya agar tidak terlihat pucat.

Setelah memastikan dia terlihat cantik dan juga baik, Manda pun bersiap untuk menemui pangerannya yang tengah menunggu diruang tamu sedari tadi.

"Mama udah berangkat yang, Mas?" Manda bertanya saat baru saja mendudukkan dirinya di samping Arhan.

Arhan yang mendengar suara Manda langsung memalingkan wajahnya dan kembali dia terpesona dengan sosok yang berada di sampingan ini.

"Iya." Jawab Arhan pendek, tidak melepaskan pandangannya dari Manda. Posisinya Manda saat ini tengah menunduk, untuk mengambil alih Bonbon yang sedari tadi anteng di pangkuan Arhan.

Manda memindahkan Bonbon ke pangkuannya sendiri. Jarak mereka yang tidak jauh, membuat Arhan bisa menghirup aroma wangi buah segar yang menguar dari  Manda. Seolah seorang yang rakus, Arhan seperti tidak akan pernah puas untuk menghirup aroma tersebut.

Meet a MateDonde viven las historias. Descúbrelo ahora