part 29

2K 162 7
                                    

"Lain kali jangan diulangi lagi." Memang diucapkan dengan nada yang datar, tapi percayalah bahwa itu terdengar sangat menakutkan di telinga Manda. Apalagi melihat raut wajah Arhan saat sedang mengatakannya, menambah rasa mencekam bagi Manda saja.

"Mampir kerumah dulu sebentar, ada yang mau saya ambil." Ucap Arhan, sambil mengendarai mobilnya keluar dari parkir sebuah toko kain tempat Manda membeli kainnya. Manda hanya bisa mengangguk saja, tidak berani meskipun sekedar mengeluarkan satu katapun.

Dari sejak menjemput Manda dan Laras tadi, aura yang dikeluarkan Arhan sudah sangat tidak nyaman. Apalagi saat Manda mengatakan untuk jangan sampai orang tuanya tau tentang kejadian ini.

Sepanjang jalan, hanya terjadi keheningan didalam mobil itu. Hingga beberapa menit kemudian, mereka sampai di rumah yang pernah Manda datangi sekali waktu itu.

"Mau turun atau tunggu dimobil aja?" Arhan bertanya sembari melepaskan seatbelt dan dia menatap Manda meminta jawaban.

"Tunggu disini aja Mas." Setelah mendengar itu, Arhan langsung turun dari mobil. Melihat Arhan yang sudah tidak berada di satu ruangan yang sama, Manda menghembuskan nafas yang entah sejak kapan ditahannya.

"Gila Mas Arhan serem banget kalau lagi marah." Celetuk Laras dari belakang.

"Lo sih, kan gue udah bilang dia lagi sibuk malah diganggu segala." Manda melemparkan kesalahan pada Laras, karena ide ini tercetus atas hasil pemikiran dari Laras sendiri.

"Yakin dia marah karena diganggu? Bukannya karena takut Lo kenapa-napa?" Laras menaik turunkan satu alisnya menggoda Manda. Manda mengerjap. Bisa juga jika memang alasan marahnya Arhan seperti itu. Tapi Manda menggeleng pelan setelahnya, dia tidak boleh besar kepala. Manda yakin jika alasan Arhan marah karena telah diganggu ditengah kesibukannya.

Melihat sosok yang menjadi topik pembicaraan mereka telah kembali, Manda dan Laras kembali kicep. Mereka duduk dengan tegang di kursi masing-masing.

Hal pertama yang dilakukan Arhan adalah membuka bagasi dan memasukkan beberapa barang ke dalam sana. Lalu setelahnya dia pun masuk ke tempat mengemudi. Arhan meletakkan kandang kucing berukuran sedang ke pangkuan Manda.

"Apa ini?" Manda bertanya dengan sedikit kaget. Dia memindai kira-kira barang apa yang ada didalamnya.

Suara khas dari kucing terdengar, membuat Manda membulatkan matanya. Dia pun menatap makhluk berbulu dengan wajah bulat itu.
Tunggu, tunggu, kenapa sepertinya Manda familiar dengan kucing ini?

Manda pun membuka handphone dan melihat room chatnya dengan Laudi. Dan benar saja setelah Manda telisik kucing yang ada di foto dengan yang didepannya ini adalah kucing yang sama. Manda mengedipkan mata beberapa kali, sampai akhirnya dia menoleh kearah Arhan.

"Ini kucing Mas Arhan?" Tanya Manda dengan mata polosnya.

Tidak ingin terjebak dalam tatapan yang menghanyutkan itu, Arhan segera mengalihkan pandangan dari Manda dan mulai menjalankan mobilnya kembali.

"Buat kamu." Manda mematung dalam posisinya sesaat. Dia menatap ke arah kucing dan Arhan secara bergantian.

"Buat aku?" Manda menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan.

Arhan mengangguk tanpa melihat ke arah Manda. Manda masih dengan tatapan planga-plongonya menatap kucing yang masih ada di didalam kandang itu.

Hingga tiba-tiba kucing itu mengeluarkan suaranya beberapa kali, barulah Manda berani membuka kandang. Tampaknya kucing itu kurang nyaman jika hanya terkurung didalam kandang saja.

Kucing berjalan keluar dari kandang dan langsung lompat ke pangkuan Arhan. Manda hanya bisa menatapnya. Arhan kembali memindahkan kucing pada pangkuan Manda, dan memberi titah agar kucing itu tidak kembali melompat.

"Elus kepalanya." Manda melakukan seperti apa yang Arhan arahkan, dan benar saja setelah beberapa kali di-elus kucing itu sudah terlihat nyaman dan malah merebahkan dirinya di pangkuan Manda.

Manda gemas sekali saat melihat bagaimana si kucing mulai memejamkan matanya. Rasanya ingin Manda gigit saja, tapi sadar dia takutnya malah dibalas dengan cakaran oleh kucingnya.

"Kenapa tiba-tiba?" Tanya Manda tanpa mengalihkan perhatiannya dari sang kucing.

"Pingin aja." Arhan menjawab terlampau singkat membuat Manda tidak puas dengan jawaban yang laki-laki itu berikan padanya.

"Kenapa bukan Mas aja yang adopsi?"

"Saya gak sesuka itu sama kucing, jadi buat kamu aja."

"Kenapa di adopsi kalau gak mau pelihara?"

"Anggap aja saya lagi titip peliharaan sama kamu."

"Ih gamau, nanti kalau tiba-tiba sama Mas diambil lagi gimana? Aku kan udah sayang sama kucingnya." Suara pekikan Manda membuat si kucing membuka matanya kembali dan menatap sinis ke arah Manda.

Manda tersadar, dia mengusap berulangkali kepala hingga badan kucing gemuk tersebut.

"Kalau kamu sayang, makanya pelihara dengan baik. Saya gak bakal ambil lagi, kucing itu punya kamu sekarang."

Baru saja Manda akan bertanya-tanya lagi, tapi Arhan sudah meletakkan jari telunjuknya di bibir Manda.

"Jangan tanya lagi, atau beneran saya ambil kucingnya." Akhirnya dengan ancaman itu sukses membuat Manda terdiam. Dia menatap penuh protesan ke arah Arhan. Sedangkan di belakang sana, Laras sudah terkikik pelan melihat interaksi lucu yang terjadi di antara keduanya.

Mendengar kikikan Laras yang samar, Manda memutar kepalanya menghadap belakang dan menatap Laras dengan tajam, meminta agar Laras menghentikan kikikannya.

Bukannya berhenti, tawa Laras malah menggema di dalam mobil. Manda semakin sebal dibuatnya, dia pun mengerlingkan matanya kembali ke arah kucing.

Beberapa menit berlalu hanya diliputi dengan keheningan. Manda sudah tidak tahan rasanya untuk mengeluarkan suara kembali.

"Kucingnya udah ada nama?" Akhirnya dengan segenap keberanian yang tersisa, Manda pun mengeluarkan suaranya.

Dia menatap Arhan dengan tatapan polosnya yang berbinar, berharap bahwa Arhan tidak akan terganggu dengan pertanyannya.

Manda mengulum bibirnya dan mengerjap beberapa kali saat beberapa detik berlalu Arhan hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan darinya.

"Belum." Arhan berdeham pelan, entah kenapa dia malah menjadi salah tingkah begini hanya karena ditatap oleh bocah seperti Manda ini.

"Aku mau kasih nama boleh?"

Dalam hati Arhan menjerit, tolonglah Manda segera selesaikan drama ini. Arhan tidak tahan dengan wajah menggemaskan itu.

Bisa Arhan rasakan Manda yang tidak melepaskan pandangan padanya, maka dari itu Arhan memilih jalan aman untuk tidak menatap Manda juga.

"Boleh." Mendapati jawaban persetujuan dari Arhan, Manda kegirangan. Dia pun mengangkat kucing agar sejajar dengan wajahnya. Manda mengamati wajah si kucing sebelum memberikan nama.

"Bonbon, namanya itu aja." Entah dari mana nama itu tiba-tiba melintas di otak Manda saat melihat wajah kucing bulat itu.

"Bagus namanya." Hanya itu respon yang Arhan berikan.

Setelah itu Manda asik bermain dengan kucing yang baru diberi nama Bonbon itu. Menciuminya beberapa kali bahkan Manda sering kali kedapatan menggerakkan giginya seolah-olah ingin menggigit makhluk berbulu itu.

Tanpa sadar, Arhan menyunggingkan senyum tipis disudut bibirnya. Lagi-lagi Manda berhasil membuat hatinya terombang-ambing dengan kelakuannya.

To be continued

Ada ga yang samaan kayak Manda dikasih kucing sama mas crush?

Coba dong bagi pengalaman kalian pernah dikasih apa aja sama pacar/gebetan/crush.

Meet a MateWhere stories live. Discover now