part 35

2.2K 201 8
                                    

"Gimana say, rasanya dipeluk Mas ganteng?" Manda berdecak sebal, sudah berkali-kali Laras menggodanya menggunakan topik yang sama. Bagaimana Laras bisa tau? Karena ya orang yang memergoki keduanya adalah Laras.

"Iri kan Lo?" Tantang Manda, Laras pun meletakkan telapak tangannya di depan wajah Manda.

"Sorry aja, meskipun Mas Arhan gantengnya kebangetan kalau udah punya teman sendiri mah ogah gue." Laras menjawab dengan nada congkaknya sembari menghempaskan rambut kebelakang.

Siang-siang begini Arhan sudah pamit pergi, katanya ada pekerja yang harus segera diselesaikan. Manda tentu saja tidak akan melarang, meskipun sedikit rasa kecewa melingkupi hatinya. Tapi hal itu bisa terobatkan saat Arhan mengatakan akan kembali lagi setelah menyelesaikan pekerjaannya nanti.

Manda tidak tau pekerjaan seperti apa yang dimaksud Arhan, karena dia tidak bertanya. Terserah lah laki-laki itu mau bekerja apa, yang penting mah halal.

"Doi tumben siang begini udah pulang? Biasanya juga kalo ngapelin sampe sore dianya." Jangan heran jika Laras tau apa saja yang terjadi antara keduanya. Alasannya tidak lain adalah karena Manda sendiri yang bercerita.

"Nanti balik lagi katanya, masih ada kerjaan?"

"Kerjaan apa sih? Bukannya dia kerjanya di Jakarta ya?" Laras malah terlihat lebih penasaran dari pada Manda. Manda menggedikkan bahunya acuh, lalu dia pun menumpuk menjadi satu paket-paket yang akan dijemput oleh kurir nantinya.

"Lo gimana sih, harusnya Lo tuh ada inisiatif gitu loh." Laras mendorong pelan bahu Manda, yang hanya menggedikan bahu acuh.

"Buat apa?"

"Kalian lagi PDKT, terus masih tanya buat apa? Lo ya bener bener emang."

"Emang iya?" Sungguh ya jawaban unfaedah Manda ini sangat menyebalkan didengar oleh Laras.

"Tau ah, males gue ladenin Lo, mending gue jajan didepan aja." Laras pun berdiri dan bangkit meninggalkan Manda sendirian.

Saat ini adalah jam-jam istirahat untuk mereka yang bekerja dengan Manda. Kedua orang lainnya sudah lebih dulu pergi untuk mencari makan siang mereka.

Sedangkan Laras baru akan berangkat sekarang. Karena katanya dia sedang tidak ingin makan berat, hanya ingin nyemil saja.

"Tunggu gue Laras, mau nitip cilok." Teriak Manda melihat Laras yang sudah keluar dari gerbang.

"Beli sendiri." Manda pun berdecak melihat Laras yang sama sekali tidak ada itikad baik untuk membantunya. Akhirnya mau tidak mau Manda pun berdiri dan berlari kecil untuk menyamai langkah Laras.

Berhasil menyamai langkanya dengan Laras, Manda pun menepuk bahu temannya itu pelan.

"Lo kenapa ikut gue sih? Bosen gue jalan sama Lo terus." Manda sama sekali tidak tersinggung, justru dia tertawa terbahak mendengar ucapan Laras. Menurutnya itu adalah sesuatu hal yang lucu.

"Makanya cari pacar." Laras berdecak. Dia berlari guna menjauhi Manda. Tapi Manda justru semakin semangat untuk mengejar Laras. Hingga dia tidak sadar telah menginjak batu berukuran lumayan besar dan menyebabkan pijakannya tidak stabil. Alhasil Manda jatuh tersungkur, dan ringisan pelan keluar dari mulutnya.

Laras yang melihat itu tentu terkejut. Dia pun berbalik ke arah Manda dan membantu Manda untuk bangun.

"Lo gak apa? Sorry Man, bukan maksud gue mau ninggalin Lo." Manda sedikit meringis. Lututnya terluka dan mengeluarkan darah saat ini. Telapak tangannya pun terlihat lecet dan terasa perih karena menjadi tumpuan saat dirinya terjatuh tadi.

"Manda, sorry." Laras yang covernya terlihat galak, tapi hatinya selembut kapas itu pun merasa bersalah.

"Bukan salah Lo kok."

Meet a MateWhere stories live. Discover now