part 38

1.6K 168 9
                                    

"Kapan ke Jakarta lagi?" Arhan memecah keheningan yang terjadi di dalam mobil. Saat ini hari sudah menginjak sore dan sudah waktunya Arhan untuk mengantar Manda pulang sebelum akhirnya dia pulang ke kotanya sendiri.

Manda juga terlihat sudah lelah setelah seharian ini dengannya. Pasti perempuan itu sangat butuh istirahat, mengingat besok Manda juga harus pergi kuliah.

"Hah? Mau ngapain emangnya?" Manda membuka matanya yang semula dia pejamkan.

"Mama pengen ketemu kamu."

"Mama? Mamanya Mas Arhan?" Mendapat anggukan dari Arhan, Manda langsung menegakkan tubuhnya dan menghadap ke arah Arhan.

"Ada apa emangnya? Kok pengen ketemu aku segala?" Manda sudah menganggapi dengan serius. Jujur saja awal mendengar saat Tante Arum ingin bertemu dengannya, jantung Manda rasanya berdebar dan gugup seketika melandanya.

"Pengen kenalan sama kamu."

"Kan waktu itu udah." Arhan melirik Manda sekilas lalu kembali fokus pada kemudiannya.

"Gak mau?" Tanya Arhan to the point. Manda gelagapan, bukan seperti itu maksud dirinya.

"Bukan gitu Mas. Cuma ya aku bingung gitu loh." Tangan Manda saling meremas di pangkuannya. Pertanda bahwa dia sedang gugup, dilain sisi dia juga takut jika Arhan salah paham padanya.

"Bingung dimananya?"

"Aku gugup Mas, tiba-tiba aja Mas bilang kalau Tante Arum mau ketemu aku. Aku ya kaget."

"Ya udah, jadi mau apa tidak?" Karena tidak ada alasan untuk menolak, akhirnya dengan pelan Manda mengangguk menyetujui.

Arhan menyunggingkan senyumnya tipis, lalu mengelus rambut Manda lembut. Entah kenapa sentuhan-sentuhan kecil yang dilakukannya pada Manda ini sudah seperti keharusan bagi Arhan.

Sejak pertama melakukan itu, sepertinya Arhan selalu mendapat dorongan untuk melakukannya lagi dan lagi jika ada kesempatan. Apalagi melihat wajah Manda yang tersipu dan seperti tidak terganggu, malah menciptakan efek tersendiri pada Arhan.

"Kabarin aja kapan kamu bisanya, nanti saya jemput."

"Mas mau jemput aku? Emang gak ngerepotin?"

"Sama sekali tidak. Justru kalau saya biarin kamu pergi sendirian, saya yang gak tenang."

"Kenapa bisa gitu?"

"Bisa saja, karena kamu itu masih polos gampang dikelabui. Apalagi mengingat kejadian terakhir."

Sudah lupa sebenarnya Manda pada kejadian tersesatnya dia dengan Laras waktu itu, malah sekarang diingatkan lagi.

"Kan waktu itu urgent Mas." Manda berusaha membela dirinya agar tidak terlalu bersalah di hadapan Arhan.

"Terserah kamu lah." Pasrah Arhan akhirnya. Percuma juga membahas hal yang sudah berlalu.

Mau menyalahkan Manda pun sepertinya bukan jalan yang baik. Mengingat perempuan tidak suka jika disalahkan, yang ada nanti malah anak gadis orang ini ngambek.

"Mas setelah ini mau mampir apa mau langsung pulang?"

"Mampir sebentar, pamit sama orang tua kamu. Setelah itu langsung pulang."

"Kenapa pulangnya gak tunggu malam aja?"

"Kan kamu tau rumah saya jauh."

Bisa Arhan lihat raut wajah Manda yang sedikit berubah, tampak seperti kecewa. Meksipun sedikit tidak yakin Arhan dengan kesimpulannya sendiri. Dia hanya tidak ingin berekspektasi terlalu tinggi dengan Manda, mengingat bagaimana penolakan yang Manda lakukan diawal.

Meet a MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang