part 24

1.8K 162 13
                                    

Manda dan Arhan kini sudah berdiri di depan sebuah pintu yang berdiri menjulang. Bel sudah beberapa kali dipencet tapi pemilik rumah masih belum juga membukakan pintu hingga saat ini.

Kembali, Arhan mengulang sekali lagi memencet bel yang ada disana. Mungkin sudah ada sekitar lima menit mereka berdua berdiri disini.

Manda menghela nafas jengah, dia sudah mulai lelah berdiri didepan sini. Manda melirik Arhan sebentar.

"Gak ada orangnya kali." Ucap Manda.

"Ada." Arhan menjawab dengan yakin. Dan benar saja, belum juga Arhan memencet bel lagi, pintu didepannya sudah di buka oleh seorang laki-laki.

Manda langsung mengubah raut wajahnya dari jengah menjadi seramah mungkin. Pertama laki-laki itu menyalami Arhan dan melakukan pelukan ala laki-laki sambil menepuk pundak masing-masing.

Setelah selesai bersalaman dengan Arhan, laki-laki itu beralih ke arah Manda. Laki-laki pemilik rumah itupun mempersilahkan Manda dan Arhan untuk masuk kedalam rumahnya. Arhan meraih pergelangan tangan Manda untuk digandengnya.

Dia membawa Manda agar duduk di sampingnya. Teman Arhan yang melihat itu pun menampilkan wajah seolah sedang mengejek Arhan atas sikap posesifnya pada Manda. Arhan tidak ambil pusing dengan ejekan yang dilayangkan temannya itu.

"Sebentar gue panggil istri dulu." Setelah mengatakan itu, pemilik rumah alias teman Arhan itupun berlalu menuju kamar yang keberadaannya tidak jauh dari sana.

Manda sontak memfokuskan pandangannya pada Arhan yang masih belum juga melepaskan tangannya.

"Kenapa pegang-pegang sih." Kesal Manda melepaskan genggaman tangan Arhan dipergelangannya.

Dia pun membuat sedikit jarak dengan Arhan dan menjauhkan tangannya dari jangkauan Arhan, mengantisipasi agar Arhan tidak menggandengnya lagi.

Laki-laki tadi kembali dengan istrinya dan juga seorang bayi yang berada di gendongan. Manda berdiri dan menyambut tangan perempuan dan menampilkan senyum terbaiknya. Dia sempat melirik pada bayi yang berada di gendongan dan alangkah gemasnya Manda saat melihat pipi yang menyerupai balon itu.

Tahan Manda, tahan. Dia anak orang tidak bisa kamu memegang seenaknya. Kalian tau sendiri kan ada beberapa bayi yang sensitif terhadap sentuhan.

"Ini pasti calonnya Arhan kan?" Mendapati pertanyaan seperti itu, Manda hanya tertegun. Dia melirik pada Arhan yang juga sedang menatapnya. Bingung harus menjawab seperti apa, akhirnya Manda hanya bisa memberikan senyum kakunya sebagai jawaban.

"Lo udah dewasa Bro, cepat lah dinikahin biar bisa nyusul kita. Ya gak Ma?" Teman Arhan menggoda Arhan, sembari meminta dukungan dari istrinya. Yang langsung setujui.

"Doain aja." Arah menjawab dengan singkat namun penuh arti. Manda sempat tidak percaya dengan jawaban yang Arhan berikan.

Lagi dan lagi, kenapa seolah Arhan sedang mengiyakan pertanyaan dari orang-orang tentang hubungan mereka.

"Mau gendong?" Manda yang ditawari pun tanpa pikir panjang langsung mengiyakan.

Agak kesusahan sebenarnya Manda saat menggendongnya, tapi dengan sabar ibu bayi itu mengajari Manda cara menggendong yang benar hingga akhirnya Manda berhasil.

Manda tersenyum senang saat bayi itu anteng berada di gendongannya. Tanpa sadar, Manda menatap ke arah Arhan yang juga sedang menatap ke arahnya. Manda tersenyum ke arah Arhan, seolah mengatakan dia bangga karena tidak membuat bayi digendongnya merasa terganggu.

"Lucu." Ucap Arhan yang dapat didengar oleh semua orang di ruangan ini. Pandangannya jelas masih tertuju ke arah Manda. Entah siapa yang Arhan bilang lucu itu? Si bayi kah atau Manda?

"Hah?" Manda bingung karena tiba-tiba Arhan berkata demikian. Arhan mengerjap, dia menurunkan pandangannya ke arah bayi.

"Bayinya lucu." Ucap Arhan akhirnya yang mendapatkan jawaban oh dari Manda.

Kedua orang lainnya hanya bisa tersenyum mengejek pada Arhan. Mereka jelas tau bahwa yang dikatakan lucu oleh Arhan bukanlah si bayi melainkan perempuan yang sepertinya sedang asik memperhatikan bayi digendongnya yang kini sudah mulai mengerjapkan matanya.

"Kamu umur berapa sih kok kayak kelihatan masih muda?" Teman Arhan sudah tidak tahan untuk bertanya hal itu pada Manda.

Melihat sikap dan wajah Manda membuat dia penasaran pada umur Manda yang sesungguhnya.

"Aku masih 22, kenapa?" Bima, teman Arhan terlihat kaget dengan jawaban yang diberikan oleh Manda.

"Serius?" Bima kembali memastikan, tapi kali ini dia tidak menatap Manda melainkan ke arah Arhan. Arhan hanya menggedikkan bahunya acuh. Perlahan-lahan, Bima mendekat ke arah Arhan lalu berbisik tepat di telinga Arhan.

"Lo serius, Ar? Ternyata selama ini tipe Lo yang masih dedek-dedek gemes gini." Bisikan yang terlampau pelan itu tentu saja hanya bisa didengar oleh Arhan dan Bima saja. Membuat kedua perempuan lainnya disana penasaran dengan yang sedang dibiacarakan para lelaki itu.

"Ngaca, Lo juga gak jauh beda sama gue." Arhan membalas telak ke arah Bima.

"Beda, istri gue udah 25 tahun, masih cocoklah sama Gue." Bima terlihat membela dirinya.

Arhan jengah dengan temannya ini. Tidak taukah Bima, bahwa umur hanyalah angka?
Arhan mau jatuh cinta dengan anak delapan belas tahun sekalipun tidak akan menjadi masalah.

"Kalian ngomongin apa sih?" Istri Bima penasaran, dia menatap ke arah suaminya penuh selidik.

"Bukan apa-apa kok, sayang." Bima merangkul bahu istrinya dan mengecup pelipis istrinya cukup lama.

Arhan dan Manda tertegun melihat pemandangan romantis sepasang suami istri didepannya. Sebelum akhirnya Manda mengalihkan pandangannya karena malu sendiri melihat adegan itu.

"Mas malu ih." Istri Bima tentunya merasa ikut malu dengan keagresifan suami yang diperlihatkan didepan orang lain seperti ini.

"Halah, ngapain malu. Mereka juga pasti udah biasa kok." Bima menaik turunkan alisnya ke arah Arhan, berusaha menggoda temannya itu. Bukannya tergoda, Arhan malah menatap Bima dengan tajam.

"Bye the way, Manda sekarang masih kuliah apa udah kerja?"

"Dua-duanya Mas."

"Kuliah sambil kerja?" Manda mengangguk. Istri Bima terlihat takjub pada Manda.

"Hebat ya kamu. Kuliah sambil kerja itu gak mudah loh."

"Biasa aja mbak, orang kerjaan aku gak seberat itu kok." Manda merendah, dia merasa malu saja jika dipuji secara berlebihan oleh orang lain.

"Kerja apa sih kalo boleh tau?"

"Ada bisnis online kecil-kecilan gitu. Sekarang ini lumayan udah ada tiga karyawan juga, jadi biasanya mereka yang handle kalau aku lagi sibuk kuliah."

"Serius? Gak salah sih kalau kak Arhan milih kamu."

"Mending cepet-cepet di halalin aja kak. Takut keduluan orang lain." Malah istri Bima yang terlihat tidak sabaran menanti kelanjutan hubungan mereka berdua. Padahal Arhan dan Manda sih santai-santai saja. Meksipun dibalik itu ada orang tua mereka yang sama sekali tidak santai.

"Jangan sayang, kasihan Manda. Dia pasti butuh waktu buat menerima om-om agresif kayak Arhan." Suaminya menimpali. Memang dasar teman sialan Bima ini. Ingin sekali Arhan mengumpatinya, tapi ditahan-tahan karena sedang ada dua perempuan dan satu bayi yang sedang bersama mereka.

Jika sedang berdua, Arhan pastikan Bima tidak akan selamat dari amukannya.

To be continued

Sebenarnya part yang kemarin belum capai target, tapi gak papa lah aku kasih update lagi. Untuk part kali ini usahain capai target ya guys.

90 vote, 15 komen for next. Yuk bisa yuk semangat.

Kasih feedback yang baik buat para author yang udah ciptain cerita yang sangat menguras waktu dan emosi ini.

Meet a MateWhere stories live. Discover now