part 25

1.8K 146 5
                                    

Iya tau aku udah lama gak update, entahlah akhir-akhir ini aku lagi ngerasa agak gimana gitu, susah mau jelasinnya.

Intinya maaf kalau aku udah membuat kalian nunggu. Dan usahakan ya guys kalau ada target tertentu itu sebisa mungkin dicapai.

Sekarang aku lagi males aja ngasih target apapun karena gak kesampaian juga kayak part sebelumnya. Intinya kalian vote dan komen itu aja deh, yang panting jangan jadi silent reader aja.

Happy reading

Begitu Manda memasuki rumah, dia langsung memanggil Mamanya dengan sedikit kencang. Dibelakangnya sudah terdapat Arhan yang tengah menenteng belanjaan titipan Mama Heni tadi.

"Langsung, taruh di dapur aja." Ucap Manda sembari memimpin jalan Arhan. Sesampainya di dapur bisa Manda lihat Mamanya yang tengah menyiapkan teh melati kesukaannya.

"Mama." Mama Heni yang merasa terpanggil pun langsung menoleh ke arah sumber suara.

Bisa dilihat, disana anak dan calon menantunya sedang berjalan mendekat ke arahnya. Ups, calon menantu katanya? semoga saja Manda segera luluh pada Arhan agar harapan Tante Heni itu bisa menjadi kenyataan.

Arhan meletakkan dua kantong plastik besar ke atas meja, lalu dia menyalami tangan Tante Heni.

"Loh kenapa udah pulang? Masih jam tiga loh ini." Manda memutar bola matanya jengah. Mama ini ada-ada saja kelakuannya, coba saja jika Manda pulang sedikit malam, pasti dapat omelan. Ini pulang sudah agak sore pun masih saja mendapat omelan. Bingung Manda pada sifat Mamanya ini.

"Iya, Te. Habis ini saya mau langsung balik ke Jakarta soalnya."

"Duduk dulu ya, tunggu Papa Manda dulu lagi mandi, biar sekalian pamitan nanti." Arhan mengangguk menyetujui ucapan Mama Manda.

"Tumben Papa mandi sore gini? Biasanya juga nunggu sampai malem." Manda memandang Mamanya dengan heran. Mama berdeham pelan sebelum menjawabnya.

"Biasa lah." Jawab Mama diiringi senyum misterius. Manda semakin dibuat bingung karenanya.

Biasa dari mana coba? Orang Papa paling anti kok kalo disuruh mandi sore. Katanya tanggung, sekalian malam saja biar enak tidur.

Mama menuntun Arhan agar kembali ke ruang tamu. "Oh iya, Arhan udah makan?"

"Sudah Tante, tadi sekalian jenguk bayi teman."

"Temannya Arhan orang Bogor juga?"

"Iya, Te. Teman waktu kuliah dulu." Tante Heni mengangguk-angguk paham. Dia lalu duduk di depan Arhan, menemani Arhan sembari menunggu suaminya datang.

Tidak lama Manda menyusul keduanya, tentunya dengan segelas susu yang sudah berada di tangannya. Manda mendudukkan dirinya di samping Mama.

"Bukannya bawain Arhan minum kamu ini." Ucap Tante Heni ke arah Manda. Manda hanya menggedikkan bahunya acuh. Lalu dia menyeruput susunya dengan nikmat. Tante Heni berdecak melihat kelakuan anaknya yang sama sekali tidak pernah berubah ini.

"Manda ini suka sekali sama susu. Sampai-sampai seminggu itu minimal harus stok sampai tiga kali." Mama bercerita pada Arhan mengenai kefanatikan Manda pada susu. Mau rasa apapun itu, Manda pasti menyukainya.

"Iya, kelihatan kok Te." Jawab Arhan sembari menatap Manda dengan pandangan geli nya. Sudah bukan pemandangan asing lagi baginya saat melihat Manda mengonsumsi susu.

Bahkan saat pertama kali datang kerumah ini pun Arhan sudah melihatnya. Saat itu Arhan menganggap Manda aneh, karena disaat yang lain meminum sirup legend hanya Manda satu-satunya yang meminum susu seorang diri. Tapi seiring berjalannya waktu, Arhan terbiasa dan mengerti kenapa saat itu Manda memilih untuk meminum susu saja.

"Kalo Arhan biasanya suka minuman apa?"

"Kalau saya biasanya setiap pagi selalu minum kopi, biar merasa lebih segar
aja untuk mulai bekerja."

"Kopi gak enak tau, pahit." Celetuk Manda, memotong pembicaraan mamanya dengan Arhan. Sebagai pecinta kopi, Arhan tidak tersinggung karena yang dikatakan Manda itu memang lah kenyataan.

Justru karena rasa pahit itulah yang menciptakan sensasi tersendiri di lidah Arhan, sehingga menjadi candu baginya.

"Manda ini emang paling gak suka sama yang namanya kopi Arhan, jadi maklum dia ngomong begitu." Tante Heni memberitahu. Percakapan di antara keduanya terus berlanjut seputar apa yang disuka atau tidak. Keseringan Tante Heni yang mendominasi pembicaraan, dan kalian tau apa topik yang diangkat Tante Heni?

Tante Heni menceritakan apa yang disukai dan tidak disukai oleh Manda, bahkan hal-hal kecil tentang Manda pun Tante Heni ceritakan pada Arhan. Sungguh, saat ini Tante Heni terlihat seperti seorang mertua yang tengah menjelaskan sifat anaknya pada sang menantu. Dan yang lebih menyebalkannya lagi, sifat manja Manda tentu saja tidak akan pernah luput dari mulut Mamanya.

Manda kesal, tentu saja. Apalagi melihat Arhan yang sesekali terkekeh saat Mamanya sudah mulai menjelaskan sifat-sifat Manda yang terdengar lucu bagi Arhan. Ingin sekali Manda menyumpal mulut Mamanya agar berhenti membicarakannya, didepan Manda secara langsung pula tapi Manda sadar bahwa perbuatannya itu akan berdosa juga Manda takut dikutuk menjadi batu jika sampai hal itu terjadi.

Alhasil yang bisa Manda lakukan saat ini hanya pasrah saja, dan menutup telinga, berpura-pura seolah dia tidak mendengar apapun.

"Ada apa ini? kedengarannya asik sekali." Om Wira dengan penampilan segarnya ikut menimpali obrolan yang terjadi antara istrinya dan juga Arhan. Manda jangan ditanya,. lihatlah wajahnya yang sudah asam seperti cuka itu.

"Yang ini kenapa, wajahnya malah ditekuk kayak gitu." Papa Wira, menoel pipi anaknya pelan.

Arhan tanpa dirinya sadari, telah menyunggingkan senyum tipisnya saat melihat wajah masam Manda yang malah manambah intensitas kecantikan perempuan itu. Entah ini hanya dirasakan oleh Arhan, atau memang Arhan sudah dimabuk oleh pesona Manda? Hingga apa pun yang dilakukan Manda terlihat sangat amat menarik di penglihatannya.

Hari ini Arhan sudah cukup puas, karena telah menghabiskan waktunya dengan Manda hampir seharian. Rasanya menempuh perjalanan dari Jakarta ke Bogor, tidak akan pernah sia-sia jika mendapat imbalan yang seperti ini.

Dan berat rasanya Arhan jika harus kembali ke Jakarta. Rasanya dia masih ingin tetap berada disini, hingga puas memandangi Manda. Yang Arhan sendiri tidak akan tau kapan rasa puas itu akan datang.

Arhan menghembuskan nafas pelan, dia pun bangkit hendak berpamitan untuk pulang pada kedua orang tua Manda.

"Saya pulang dulu Om, Tante." Mama dan Papa Manda mengangguki. Mereka pun mengantar Arhan hingga sampai diteras rumah.

Entah ada dorongan dari mana, langkah kaki Manda malah mengikuti ke-tiga orang didepannya. Sampainya diluar, sebelum Arhan menuju mobilnya yang terparkir diluar gerbang, dia mendekati Manda.

"Makasih untuk hari ini." Ucap Arhan. Manda hanya diam terpaku, memandangi wajah Arhan yang sama-sama sedang menatap kearahnya juga. Sebuah senyuman terbit disana. Jenis senyuman yang selama ini jarang Arhan  tampilkan pada orang lain. Dan Manda berhasil mendapatkan senyum itu, dalam waktu yang bisa dibilang singkat dan tanpa melakukan usaha apapun.

Seakan menular, kini senyuman itu juga ikut terbit di wajah Manda. Dan kepala Manda mengangguk. Pandangan keduanya masih tetap bertemu dan terkunci disana.

"Hmm." Suara deheman Papa Wira memecah segalanya, dengan refleks Manda dan Arhan memutus pandangan keduanya.

Saat menatap ke arah kedua orang tuanya, pipi Manda sontak saja langsung merona saat mendapati tatapan keduanya yang tengah menggoda Manda. Manda menunduk, berusaha menyembunyikan wajahnya yang entah kenapa seolah terasa panas ini.

"Arhan, sering-sering ya main kesini pasti Manda senang." Tante Heni berucap dengan senyuman lebarnya. Melirik ke arah Manda sekilas yang masih tertunduk malu.

Sebagai orang yang paling mengerti putrinya, Tante Heni tentu bisa melihat dari tatapan saja jika anaknya itu sudah mulai luluh dengan Arhan.

Sepertinya tidak lama lagi, jika berjalan dengan lancar keduanya akan memulai hubungan yang lebih serius. Dalam hati Tante Heni merasa senang, kapan lagi kan ada seorang laki-laki yang berani datang langsung kerumah dan secara terang-terangan menunjukkan sedang tertarik pada anak tunggal mereka.

To be continued

Meet a MateWhere stories live. Discover now