part 26

1.8K 145 3
                                    

"Mama, aku berangkat dulu ya." Pamit Manda sebelum dia menjalankan motor matic kesayangannya yang selama ini telah menemaninya saat pergi ke kampus ataupun kemana saja.

Motor yang Manda dapat sebagai hadiah dari orangtuanya, setelah dia berhasil masuk di universitas tempatnya menimba ilmu sekarang ini.

Motor berjalan keluar dari kawasan garasi, Manda melambaikan tangannya ke arah Mamanya yang juga dibalas dengan hal yang serupa.

Hanya membutuhkan waktu dua puluh menit saja, kini Manda sudah sampai di parkiran kampus. Mematikan mesin motor dan melepas helm yang dikenakannya. Manda berkaca di spion, sekadar memastikan bahwa penampilannya masih rapi setelah diterpa angin jalanan. Setelah dirasa rapi, Manda berjalan menuju gedung fakultasnya berada.

Baru lima langkah, tangan Manda sudah dicekal oleh seseorang dari belakang. Manda berbalik dan dia menemukan sosok Evan yang sedang berdiri disana.

Entahlah Manda bingung mendeskripsikan perasannya saat ini. Semenjak kejadian waktu itu, baru pertama kalinya lagi Manda dan Evan bertemu dan bertatap muka seperti ini. Entah Manda sadari atau tidak, tapi semenjak kejadian itu pandangan Manda sedikit berubah. Apalagi mendengar dari Arhan niat Evan yang ingin menciumnya tiba-tiba itu, tapi untung saja hal itu tidak sampai terjadi. Dia yang selama ini selalu memandang Evan sebagai laki-laki baik dan santun, sekarang sedikit berubah karena alasan tersebut.

Ada rasa waspada yang seketika menyala di kepala Manda. Dia sadar, bahwa tidak semua laki-laki itu sebaik apa yang dianggapnya selama ini. Sebaik-baiknya seorang laki-laki pasti ada juga sisi buruknya. Begitulah yang kira-kira Manda asumsikan.

"Ada apa, Ko?"

"Manda, sepertinya kita harus bicara."

"Nanti aja bisa kan? Aku ada kelas soalnya." Dengan terpaksa Evan melepaskan tangan Manda. Dia pun menghela nafas sedikit kasar.

"Nanti setelah kamu selesai kabari aku." Manda mengangguk, dia pun berbalik dan berjalan dengan cepat menuju kelasnya karena waktu yang sudah mepet. Manda tidak ingin bermasalah dengan dosen, takutnya nanti malah berpengaruh pada nilai dan khawatir saja jika nanti dipersulit.

Itu hal terakhir yang tidak akan pernah Manda inginkan didunia ini. Atau jika tidak, hidupnya sebagai mahasiswi adem ayem akan terancam begitu saja.

Tiga jam dilalui Manda dengan baik, dia bisa konsentrasi dalam mendengarkan materi yang sedang di jelaskan oleh dosennya. Ya meskipun harus dengan kekesalan sedikit, karena waktunya ngaret lebih lama dari pada jadwal yang seharusnya.

Perut Manda rasanya sudah bergejolak meminta untuk diisi. Akhirnya mau tidak mau, Manda berjalan menuju kantin terdekat dan memesan siomay sebagai pengganjal perut.

Sembari menunggu pesanannya, Manda memainkan handphone untuk membunuh rasa bosannya. Satu pesan masuk beberapa menit lalu, berhasil membuat Manda tersenyum sendiri saat melihat gambar yang dikirimkan oleh sang pengirim.

Laudi mengirimkan foto sebuah kucing milik temannya. Dari yang tertera di penjelasannya, bisa dibaca bahwa si pemilik kucing hendak mencarikan majikan baru untuk kucing nya.

Manda jelas tertarik, tapi dia tidak bisa asal mengadopsi karena jika tidak dibicarakan terlebih dahulu pasti nyonya Heni tercinta akan marah-marah selama tujuh hari tujuh malam. Dan Manda tidak mau jika telinganya kebas mendengarkan omelan yang akan diulang berkali-kali itu.

Sebenarnya Manda tidak terlalu mengerti dengan jenis-jenis kucing. Menurutnya semua kucing sama saja, sama-sama lucu dimata Manda. Tapi yang jelas, Manda sangat suka dengan hewan berbulu lebat itu.

Manda juga tidak ada kesukaan khusus pada ras kucing. Mau kucing kampung atau apapun itu asal lucu dan bisa diajak kerjasama maka Manda akan menyukainya.
Tapi sayang, kucing kampung yang selama ini ditemuinya sangatlah galak hingga Manda urung untuk membawanya pulang ke rumah.

Meet a MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang