part 22

1.7K 138 9
                                    

Hari demi hari berlalu, selama hampir satu minggu ini tidak ada lagi kabar Arhan yang terdengar oleh Manda. Lagi-lagi Manda berpikir bahwa urusannya dengan Arhan telah selesai, tapi ternyata tidak semudah itu. Buktinya di Minggu pagi menjelang siang ini terlihat sebuah mobil yang dikenali Manda sudah terparkir dengan rapi di depan halaman rumahnya.

Dan tidak lama seorang laki-laki yang sudah Manda kenali keluar dari sana. Siapa lagi jika bukan Arhan?

Manda menggedikkan bahu, memilih untuk acuh saja. Dia meraih gelasnya dan kembali meminum susu yang sudah menjadi kebiasaannya.

Arhan mendekat ke arah Manda, dan tanpa dipersilahkan dia mendudukkan dirinya tepat disamping Manda.

"Kenapa ya?" Tanya Manda, merasa risih.

"Sudah mandi?" Tanya Arhan tiba-tiba. Manda mengernyit bingung tentu saja. Memang ada urusan apa Arhan sampai mengurusi urusan mandinya segala?

Melihat piyama yang masih dipakai Manda, Arhan menyimpulkan bahwa Manda belum Mandi. Dan mungkin saja Manda malah baru bangun dari tidurnya.

"Sana mandi." Suruh Arhan. Manda mendelik, dia tidak suka disuruh-suruh seperti ini. Apalagi jika urusan mandi, semakin disuruh maka akan semakin malas rasanya.

"Kenapa ya ngurus-ngurus segala?" Sewot Manda. Dia melirik penampilan Arhan dari atas hingga bawah lalu kembali ke atas lagi. Mentang-mentang penampilannya berbeda jauh dengan Manda, membuat laki-laki itu berbesar hati dan seenak jidatnya menyuruh Manda.

Jangan harap Manda akan patuh begitu saja. Lihat saja nanti.

"Ada urusan apa kesini?" Manda buru-buru menyalip sebelum Arhan kembali mengeluarkan suaranya. Dia pun menatap laki-laki itu sekilas lalu kembali pada bungkus roti yang masih belum dibukanya.

Manda membuka bungkus itu dengan sedikit kasar hingga menimbulkan suara yang keras. Lalu dia mengeluarkan roti dan menggigitnya diujung.

"Saya mau ketemu kamu." Manda mengernyit, kembali dia melirik Arhan hanya seperkian detik saja.

"Ada urusan apa emangnya sama aku?"

"Mau ajak kamu jalan-jalan."

Hah? Manda tidak salah dengarkan yang diucapkan laki-laki itu tadi. Manu ngajak jalan katanya, memangnya mereka sudah seakrab itu ya? Manda pikir tidak.

"Aku gak mau jalan-jalan." Balas Manda tanpa pikir panjang. Enak saja jalan-jalan, Manda ini sibuk tau. Aturan dimana-mana orang kalau mau ngajak jalan harus berkabar dulu dong. Ini tidak ada tidak ada angin, tidak adahujan ujug-ujug datang dan langsung mengajak Manda jalan-jalan.

"Terus mau apa?"

"Ya gak mau apa-apa. Hari minggu aku cuma mau santai aja."

"Ya udah saya temenin santai nya."

Manda berdecak, tidak habis pikir dengan jalan pikiran Arhan. Sudah jelas-jelas Manda menolak tapi laki-laki ini memang sepertinya tidak peka.

"Sebenarnya kamu kesini tuh ada urusan apa sih?"

"Ketemu kamu." Jawaban Arhan masih sama seperti tadi.

Manda berdecak, dia menaruh roti yang masih sisa separuh itu di atas meja. Tangannya berkacak pinggang sembari menatap ke arah Arhan dengan tajam.

"Aku gak merasa kita masih ada urusan ya. Jadi jangan ganggu, aku sibuk hari ini." Sibuk bermalas-malasan maksudnya. Lanjut Manda yang hanya diucapkan dalam hatinya.

"Saya sudah tanya Papa kamu, dan katanya kamu free hari ini. Papa juga kasih izin saya buat ajak kamu jalan-jalan."

Manda ternganga, dia bangun dan berlari memasuki rumah. Suaranya menggelegar, memenuhi ruangan memanggil Papanya.

"Papa." Manda terus mengeluarkan suara, memanggil Papanya. Dan tidak akan berhenti sampai sosok itu muncul dihadapannya. Papa keluar dari dalam kamarnya saat mendengar suara Manda yang terus menggelegar memanggil namanya.

"Kenapa?" Papa muncul di hadapan Manda, tapi pandangannya masih saja tetap terarah pada handphone yang berada digenggamannya.

"Papa ngomong apa aja sama Arhan?" Manda merengek, memukul-mukul pelan tangannya pada tubuh berisi Papanya.

"Iya papa lupa kasih tau kamu kalau Arhan katanya mau datang hari ini, ajak kamu jalan."

"Telat Papa, orangnya udah ada diluar itu."

"Terus kenapa masih belum siap-siap?" Papa meneliti penampilan Manda yang masih sama dengan saat mereka melakukan sarapan tadi.

"Papa kenapa gak tanya Manda dulu? Manda gak mau jalan-jalan Pa." Mendengar jawaban Manda, papa menaikkan satu alisnya heran. Tumben sekali Manda menolak untuk jalan-jalan, biasanya anak ini paling gencar mengajak orang tuanya berkeliling dihari weekend.

"Papa lagi males keluar, dari pada kamu bosan kan dirumah aja. Mending jalan-jalan sama Arhan sana." Mendengar itu Manda tentu saja kesal.

"Manda gak mau sama Arhan Papa, Manda mau jalan-jalannya sama Papa Mama aja." Papa menggoyangkan jari telunjuknya berkali-kali. Tidak setuju dengan ucapan Manda.

"Kenapa? Papa udah males temenin Manda terus?" Papa mengelus puncak kepala anaknya sayang.

"Bukan males, papa cuma butuh quality time aja sama Mama. Kamu jalan sama Arhan dulu ya, sementara Papa mau pacaran sama Mama."

Manda cemberut. Bisa-bisanya Papa mengorbankan dirinya kepada Arhan demi menikmati rasanya berpacaran dengan kekasih halal.

"Nanti Papa tambah deh uang jajannya." Papa menaik turunkan satu alisnya menggoda Manda dengan tawarannya.

Manda bimbang, rejeki tidak boleh ditolak sih. Tapi apa iya Manda nanti akan nyaman dengan Arhan? Mengingat perbedaan usia mereka yang cukup jauh, Manda tidak yakin bahwa pembicaraan mereka akan nyambung. Dan lagi Manda merasa tidak terlalu akrab dengan Arhan.

"Dua kali lipat, mau?" Semakin bimbang lah Manda disini. Manda menggigit jarinya, berpikir dengan keras. Dia tidak boleh mengambil keputusan yang salah karena itu pasti akan sangat merugikannya.

"Ya udah Manda mau, tapi transfer sekarang ya. Manda mau beli sepatu baru soalnya." Dikatakan dengan pelan.

Senyum lebar terbit diwajah Papa Manda. Memberikan kedua jempol pada putrinya.

"Sip, Papa transfer sekarang." Papa mengutak-atik handphonenya dan tidak lama kemudian, menunjukkan bukti transfer kearah putrinya ini.

Melihat nominal yang tertera disana, Manda tersenyum dengan lebar. Dia juga ikut memberikan kedua jempol pada Papanya. Setelahnya Manda pamit untuk bersiap-siap."

"Papa temui Arhan dulu. Jangan lama-lama mandinya."

Manda tidak menjawab, dia tetep melenggang ke arah kamarnya. Papa keluar mencari keberadaan Arhan yang ternyata sedang duduk di teras rumah.

"Loh sudah datang?" Mendengar suara itu, Arhan menoleh. Dia pun berdiri dan menyalami tangan Om Wira.

"Iya Om, baru saja." Om Wira mendudukkan dirinya di sebrang Arhan.

"Sebentar ya Manda lagi siap-siap." Ucap Om Wira meskipun ragu bahwa putrinya ini akan membutuhkan waktu yang sebentar.

"Loh mau? Tadi katanya lagi gak pengen jalan-jalan?"

"Biasalah Manda emang suka labil. Kamu harus sabar kalau sama dia, manjanya kadang suka keluar tiba-tiba."

Arhan tertawa pelan. Tentu dia sangat sabar menghadapinya Manda. Arhan sudah pernah melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana manjanya seorang Manda.

Tapi hal itu tidak lantas membuat Arhan ilfeel. Malahan Arhan sering merasa dibuat gemas oleh Manda.

To be continued

Maaf banget ya updatenya agak malem tadi masih sibuk soalnya dan sempat updatenya sekarang.

Btw guys mau curhat dikit, akhir-akhir ini aku ngerasain kalau cerita aku tuh susah banget naik gitu loh gak kayak sama cerita-cerita yang dulu.

Ada yang tau gak penyebabnya karena apa? Dan adalah disini yang author juga mungkin? Kalau iya pernah ngalamin juga kah kejadian kayak gini?

Meet a MateWhere stories live. Discover now