part 43

1.7K 183 8
                                    

Jam empat lebih beberapa menit, kini mobil yang ditumpangi dua orang itu telah berhenti di rumah yang sudah mereka afal di luar kepala.

"Udah sampai ya?" Manda yang merasakan mobil berhenti pun kini dengan setengah kantuk yang masih tersisa, menanyakan hal tersebut.

Arhan hanya menjawabnya dengan deheman pelan yang dilakukannya. Saat Manda ingin membuka pintu, Arhan segera mencegahnya dengan cara memegang lengan Manda.

"Kenapa Mas?" Manda yang masih dilanda setengah kantuknya itu pun bertanya, sembari mengucek pelan matanya untuk memfokuskan diri.

Arhan meraih air mineral yang berada di dashboard dan memberikannya pada Manda.

"Minum dulu." Suruhnya. Manda mengambil air mineral dari tangan Arhan dan meminumnya seperti perintah laki-laki itu barusan. Setalah menegak air, Manda kembali menutupnya dan menyerahkan kembali pada Arhan.

Arhan menerimanya dan menaruh di atas dashboard. Dia pun menatap Manda, setelah mempertimbangkan dengan sangat matang Arhan sudah bertekad untuk mengatakan tentang perasannya saat ini juga. Arhan pun menghela nafas sejenak, berdeham menghilangkan rasa gugup yang tiba-tiba menyerangnya.

"Kenapa Mas?" Manda kembali angkat suara setelah hampir satu menit mereka hanya terdiam dalam kesunyian.

"Ada yang mau saya omongin."

Manda mengangguk, seakan memberi interaksi bahwa Arhan harus segera melanjutkan perkataannya sebelum Manda benar-benar mati penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh laki-laki itu.

"Apa?" Manda sudah sedikit geram sebenarnya karena Arhan tidak kunjung mengeluarkan suaranya. Tidak tau apa ya Manda sudah tidak sabar untuk bergelung dengan kasurnya yang super empuk.

"Saya mau menikah." Ucap Arhan akhirnya setelah kedapatan menghela nafas hingga beberapa kali. Entah pemilihan katanya sudah benar atau tidak. Tapi yang jelas saat Arhan mengamati dengan seksama raut wajah Manda, wajah yang semula terlihat setengah ngantuk, itu sekarang malah tercengang.

Manda tidak bisa berkata-kata lagi. Dia menunduk menyembunyikan raut wajahnya yang entah sudah seperti apa sekarang. Jadi apa artinya hubungan yang mereka jalani selama ini jika pada akhirnya Arhan akan menikah?

Dan sejak kapan laki-laki itu melakukan pendekatan dengan perempuan yang akan dinikahinya. Sedangkan selama ini saja Arhan begitu sibuk mengejar-ngejar Manda. Bukan niat hati Manda untuk kepedean, tapi memang seperti itulah kenyataannya.

Arhan menunggu Manda untuk mengeluarkan suaranya. Hingga suara lirih nan serak dari Manda itu keluar.

"Sama siapa?" Tanya Manda mencicit. Arhan sudah tidak bisa lagi melihat ekspresi wajah Manda karena Manda sudah memalingkan wajahnya melihat ke luar jendela.

Dari yang bisa Arhan dengar, nada suara Manda sedikit bergetar saat menanyakan hal tersebut. Arhan meraih salah satu tangan Manda dan digenggamnya dengan erat. Manda sudah berusaha untuk melepaskan, tapi Arhan tetap bertahan agar tangan lembut itu tidak lepas dari genggamannya.

"Kamu mau menikah dengan saya?" Mendengar itu Manda langsung menoleh ke arah Arhan. Berusaha membaca ekspresi di wajah laki-laki tersebut. Meskipun Manda bukan pakar yang bisa mengartikan sebuah ekspresi, tapi bisa Manda lihat sebuah harapan yang menguar dari binar mata yang dipancarkan oleh Arhan saat ini.

"Mas." Otak Manda yang belum berfungsi dengan maksimal pun kini menjadi kebingungan.

"Saya mau serius sama kamu Manda. Kalau kamu mau, kita nikah secepatnya. Saya tidak bisa jika hanya sekedar berpacaran, saya bukan ABG lagi Manda. Saya butuh istri untuk mendampingi hidup saya."

Meet a MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang