part 17

1.7K 140 6
                                    

Entah kesialan apa lagi yang menimpa Manda saat ini. Dia benar-benar merasa hari ini merupakan hari buruknya, dari pagi selalu saja ada kejadian yang mengesalkan.

Dimulai Laras datang terlambat dua jam jam dari waktu pertemuan mereka, sejak pagi mereka telah berkeliling mencari toko kain yang sesuai dan baru menemukannya tadi di toko terkahir yang mereka kunjungi.

Awalnya semua berjalan baik-baik saja, hingga sampai saat Manda mengendarai motor di jalanan, tiba-tiba saja ban motor itu kempes dan setelah dicek ternyata bannya bocor karena tidak sengaja menginjak paku yang entah mengapa bisa ada dijalan. Terpaksa  keduanya harus turun untuk mendorong motor itu.

Sudah sekitar lima menit berlalu mereka berjalan di pinggir jalan sambil mendorong motor, entah motor siapa ini yang tiba-tiba Laras pinjam.

"Berhenti dulu gue capek mana panas lagi, haus banget rasanya." Manda melepaskan pegangan tangannya di bagian belakang motor. Lalu dia duduk di salah satu stand penjual es cendol yang terlihat segar sekali di siang bolong seperti ini.

Melihat Manda yang sudah kelelahan dan melipir disalah satu penjual es, mau tidak mau Laras harus menurutinya. Tidak bisa dia meninggalkan Manda sendirian.

Laras membelokkan motor lalu memarkirnya di belakang mereka. Tidak berani untuk parkir jauh-jauh karena takut hilang, motor itu didapat Laras dari hasil memalak dari sang sepupu yang tinggal di Jakarta.

Memang ya perbuatan jahat tidak akan pernah berbuah dengan baik. Ya seperti Laras ini contohnya. Seharusnya dia meminjam dengan baik-baik pada sepupunya tadi bukan malah menalaknya. Sekarang rasakan sendiri kan akibatnya.

"Bapak, mau cendolnya dua ya." Ucap Manda pada sang penjual yang langsung dijawab dengan semangat.

"Siap neng, tunggu sebentar ya." Manda mengangguk, dia lalu duduk di kursi yang terbuat dari bambu. Nafasnya ngos-ngosan saat ini, apalagi panas Jakarta yang sangat amat tidak ramah membuat wajah Manda sedikit memerah karenanya.

Sungguh ini pengalaman pertama Manda mengalami ban bocor seperti ini. Dan yang tidak mengenakkan ini terjadi di kota orang, yang mana sama sekali Manda tidak mengerti seluk beluknya.
Tidak lama, Laras menyusul Manda. Dia ikut mendudukkan dirinya disamping Manda. Nafasnya juga tidak kalah terengah dari Manda.

"Saya liat tadi dua neng ini dorong motor ya, emang kenapa neng sama motornya?"

"Bocor pak bannya, gak sengaja injak paku tadi." Laras yang menjawab. Bapak itu berjalan mendekat dan meletakkan dua gelas es cendol yang begitu menggiurkan untuk Manda dan Laras.

"Didekat sini ada bengkel gak ya Pak?" Kali ini Manda yang bertanya.

"Ada neng, gak jauh dari sini kok."

"Alhamdulillah, saya udah capek banget ini pak dorong motor. Makasih ya pak."

"Iya sama-sama neng." Penjual itu pergi meninggalkan Laras dan Manda, menitipkan sejenak gerobaknya pada mereka. Katanya mau membeli es batu sebentar. Manda dan Laras hanya mengangguki saja, lagian mereka tidak sedang buru-buru juga.

Laras dan Manda menyeruput es cendol yang segar itu. Sesekali keduanya terlibat percakapan ringan sembari menunggu penjual cendol.

"Pak, cendolnya delapan." Seorang berucap tiba-tiba, tanpa melihat ada atau tidaknya si penjual. Membuat Manda dan Laras yang sedang bercakap-cakap berhenti sejenak. Manda dan Laras saling berpandangan satu sama lain. Hingga akhirnya Laras yang membuka suaranya.

"Tunggu sebentar ya Mas, bapaknya lagi beli es batu." Laras berdiri saat mengatakannya. Mengingat dari posisinya duduk ini membuat mereka tidak bisa melihat orang tersebut karena dihalangi oleh gerobak si penjual.

Meet a MateDove le storie prendono vita. Scoprilo ora