part 48

1.1K 168 3
                                    

Happy reading.

Dengan segala pertimbangan dan juga kejadian semalam, akhirnya setelah beberapa Minggu ini lost kontak dengan Manda, sekarang Arhan memberanikan dirinya untuk mendial nomor Manda di pagi hari. Niat awalnya, sebelum Manda meninggalkan Jakarta Arhan akan menemuinya lagi tapi rupanya dia telat karena bangun kesiangan.

Di dering ke empat panggilan Arhan terjawab. Suara di sebrang sana terdengar menyapa.

"Udah sampai?" Arhan bertanya.

"Masih dijalan, sama Papa." Arhan mengangguk-angguk.

"Nanti kalau sudah sampai, kabarin saya."

Setalah mengatakan itu panggilan berakhir. Arhan menghela nafasnya, padahal dia masih belum puas bertemu dengan Manda untuk melepas rindunya. Tapi apa daya, Arhan tidak punya kuasa untuk menahan Manda tetap disini tanpa adanya alasan yang jelas.

Sebagai anak perempuan satu-satunya, pasti orang tua Manda juga tidak akan memberikan izin pada putri mereka lebih lama berada di kota. Apalagi jika alasannya hanya karena ingin bertemu dengan Arhan lebih lama.

Sebegini ngenesnya Arhan sekarang. Jika berkaca pada Rizal, temannya, Arhan tentu sangat merasa iri sekali. Apalagi mengingat laki-laki itu dalam beberapa bulan lagi akan berubah status menjadi seorang ayah. Arhan juga ingin segera merasakannya.

Tapi pujaan hatinya tidak kunjung menjawab lamaran yang diberikan. Arhan bisa apa jika seperti ini.

Sedangkan di sebrang sana, setelah terdengar bunyi yang memutus sambungan telepon, Manda langsung di todong pertanyaan oleh Papanya.

"Siapa?"

"Mas Arhan, Pa." Papa Wira melirik Manda sekilas lalu kembali fokus pada setir, dia pun kembali melayangkan pertanyaan yang sudah sangat mengganjal selama beberapa waktu ini.

"Arhan tumben udah lama gak datang kerumah?" Pertanyaan yang biasa sebenarnya, tapi tiba-tiba saja Manda gugup harus menjawab seperti apa.

Manda jelas tau alasan Arhan yang tidak lagi datang kerumahnya, tidak lain dan tidak bukan adalah karena Arhan ingin memberinya waktu untuk berpikir tentang lamarannya waktu itu. Tapi hingga sekarang pun, Manda tidak ada niatan untuk membicarakan kepada orang tuanya. Jadi bagaimana bisa dia memberikan jawaban.

"Lagi sibuk kali, Pa." Manda memilih jawaban yang paling aman untuk diberikan pada Papanya.

"Iya? Padahal waktu belanja Mama sama Papa gak sengaja ketemu Arhan waktu lagi kunjungan ke Bogor."

Manda diam tidak lagi menjawab. Dia saja tidak tau bahwa Arhan sempat ke Bogor lagi setelah lamarannya yang tidak terjawab kala itu. Dan kenapa pula Mama dan Papa ini tidak ada cerita apa-apa setelah bertemu Arhan.

"Waktu itu Papa belum sempat tanya lebih lanjut sama Arhan, udah keduluan sama yang lain. Cewek, tinggi, putih juga, tapi Papa gak tau siapa, sepupunya kali ya?"

Manda menahan nafas saat mendengar penuturan dari Papanya.

"Rambutnya panjang?" Entah kenapa sosok perempuan yang diceritakan Papanya ini malah membuat rasa penasaran Manda terpacu.

"Iya, tapi lebih pendek sedikit dari kamu, gak pake poni juga." Mendengar itu, entah kenapa malah membuat otak Manda terpikirkan dengan sesosok perempuan yang pernah bertemu sekali dengannya, dan itupun tanpa disengaja.

Benarkah dia orangnya? Jika benar, hari Manda rasanya benar-benar hancur.

"Sebenarnya ada yang mau Manda omongin sama Papa."

Meet a MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang