Page ten

15 7 0
                                    

°°°


Rucardius melangkahkan kakinya mundur, tidak sanggup kedua matanya menatap apa yang terjadi

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Rucardius melangkahkan kakinya mundur, tidak sanggup kedua matanya menatap apa yang terjadi. Ia berjalan sesegera mungkin meninggalkan kamar yang begitu menjijikkan untuknya. Kakinya berlari ke lantai atas, di mana ia melihat sosok Ibu yang sedang bermesraan bersama para pemuda bangsawan lainnya yang baru saja mendapat gelar. Mereka yang memiliki darah rakyat biasa dan diangkat menjadi bangsawan karena prestasi yang sudah mereka lakukan. Namun, sepertinya prestasi kecil yang mereka lakukan dan hadiah kecil yang mereka dapat dari Raja Carol tidak lagi berarti. Mereka lebih menyenangi menggoda wanita terhormat yang sudah menjadi istri orang lain karena status wanita tersebut jauh lebih tinggi dibanding mereka. Rucardius merasa ingin muntah. Rucardius membalikkan badan, pandangannya terasa kabur seperti ada sesuatu yang membayang dan menutup bola matanya. Mungkin air mata atau amarah, Rucardius sudah tidak tahu lagi.

Kini, ia mencari Theodore, kakak laki-lakinya yang berkata akan melindungi dan menjaga, kakak laki-laki yang juga jadi korban keluarga busuk ini. Sudah beberapa minggu ini Theodore kembali ke kediaman utama Gregorio, kabarnya Theodore dan istri sedikit bertengkar dan menyebabkan keduanya berpisah untuk sementara. Rucardius tidak seberani itu untuk bertanya apa yang membuat Theo dan Istrinya bertengkar, Rucardius juga tidak pernah berpikir jika Theo memikirkannya seperti seorang saudara, bahkan jauh lebih baik dari itu. Theodore ingin Rucardius hidup dengan menyenangkan.

"Theodore?"

"Tuan Muda Theodore sedang beristirahat, katanya tidak boleh ada yang mengganggu Tuan Muda Rucardius." Salah seorang pelayan  berjalan menghampiri Si pemuda sembari membungkukkan badannya sebagai penghormatan pada atasan.

"Katakan, aku, aku ingin menemuinya dan ini sangat penting. Biarkan aku masuk, apa dia sedang tidur? Biar aku yang akan membangunkannya, kau tidak perlu takut, aku yang akan bertanggung jawab jika Theodore marah." Rucardius menatap pelayan yang masih berdiri di depan pintu kamar Theo, dengan wajah ragu dan takut-takut. Rucardius paham jika ini adalah tugas mereka untuk mewujudkan keinginan atasan, tetapi Rucardius sungguh membutuhkan Theodore saat ini. Rucardius buta. "Aku mohon," lanjut Rucardius dengan wajah kesulitan. Pelayan itu mengangguk, tidak ada yang tidak tahu bagaimana menderitanya Rucardius dan Theodore karena didikan kepala keluarga Gregorio.

Baik para pelayan lama atau baru, mereka akan segera tahu seburuk apa keluarga dengan nama besar ini. Dan korban dari pada mereka ialah Theodore dan Rucardius.

Pelayan itu membukakan pintu dan membungkukkan badannya kembali, membiarkan Rucardius melangkah masuk menuju satu ruangan luas di mana Theo berada. Ini adalah kali pertama Rucardius menginjakkan kaki ke ruangan pribadi milik Theo, biasanya Rucardius tidak pernah berani bahkan hanya berdiri di depan pintunya. Ruangan Theodore begitu berbeda dengan ruangan miliknya, dari lukisan yang dipajang hingga desain tempat tidur dengan atap yang ada di kamar Theo. Rucardius kelimpungan mencari sosok Theodore, ia tidak temukan kakak laki-lakinya di atas tempat tidur, ia juga tidak temukan Theodore di sofa besar yang ada di sana; tempat biasa Theodore bersantai. Rucardius panik. Ia menarik napasnya perlahan dan memutuskan untuk berkeliling ruangan.

Hex [ Book One/ Complete ]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora