Page thirty : Cassanova

3 2 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


°°°

"Jangan dekat-dekat dengan kami! Kau tinggal di panti asuhan karena Ibu dan Ayahmu tidak suka padamu!"

"Iya, benar. Lalu, apa kau mandi kalau keluar rumah? Lihat tubuhmu, lihat pakaianmu, kotor sekali! Menjijikkan! Jangan dekat-dekat kami, kami tidak mau ikut kotor karena dekat-dekat denganmu! Pergi jauh!"

"Iya! Nanti Ibu kami bisa memarahi kami kalau bermain dengan anak panti sepertimu!" Segerombolan anak-anak itu mulai tertawa, seolah mereka tidak akan pernah membiarkan anak kecil yang pakaiannya tidak sebagus mereka, yang tidak sebersih mereka ikut bermain. Tidak cukup hanya dengan tertawa, terkadang anak-anak jahat itu akan mendorong Si anak yang kurang beruntung ke tanah, memukulinya sesuka hati karena mereka tahu tidak akan ada orang tua yang memarahi mereka, tidak akan ada orang tua yang akan mendatangi orang tua mereka, sehingga mereka bisa melakukan apa saja sesukanya.

Bahkan lusa kemarin, salah satu anak yang berasal dari keluarga kaya itu sengaja membuat Si anak kurang beruntung masuk ke dalam tempat sampah lalu berteriak jika di sanalah Si anak kurang beruntung harusnya berada. Lelah dan tidak tahu harus bagaimana, Si anak kurang beruntung hanya akan pulang dan menahan air matanya. Tidak ada satu orang yang akan membelanya, mengadu pada Ibu panti pun sudah tidak ada guna. Beliau hanya akan memintanya untuk bersabar seperti yang sudah-sudah.
Si anak tidak ingat sedikit pun tentang orang tuanya, juga tidak ingat bagaimana ia bisa berada di panti asuhan. Ibu panti bilang, ia ditinggalkan di depan panti sendirian kala itu, tanpa ada surat dan tanpa ada kejelasan. Tidak lama setelah diurus oleh panti, seorang wanita muda mendatangi Ibu panti dan mengatakan jika namanya adalah Tax Bruckhaimer dan wanita itu berharap jika nama Si anak tidak akan diganti. Wanita itu mengaku sebagai Ibunya yang tidak bisa membesarkannya saat ini, tetapi wanita itu berjanji akan membesarkannya saat ia sudah mampu beberapa tahun lagi.

Tahun demi tahun, Tax kecil menunggu janji yang dibuat oleh Ibunya. Ia terus bersabar, dan bersabar, Tax kecil terus memupuk harapan jika satu hari nanti Ibunya akan datang dan menjemputnya. Bukan Ibu yang datang untuk menjemput, melainkan dua orang dewasa paruh baya datang dengan wajah jijik ketika harus menginjakkan kakinya ke panti asuhan tersebut. Lalu mereka berkata jika mereka akan memberikan sumbangan pada panti asal Tax kecil diusir dari tempat itu, asal Tax kecil tidak lagi ada dalam daftar panti asuhan tersebut. Tax kecil yang tidak sengaja mendengar hal itu sungguh tidak tahu harus berkata apa, ia tahu panti asuhan tempatnya tinggal sangat membutuhkan donasi. Mereka membutuhkan pembangunan dan perbaikan di beberapa bagian. Juga, mereka membutuhkan pakaian dan pakan layak, mengingat donatur panti asuhan semakin berkurang semakin lama. Tax kecil mulai ketakutan, ia tidak mau panti membuangnya, tetapi ia juga tidak mau panti dan isi lainnya menjadi kesulitan hanya karena keegoisannya. Namun, apa yang Ibu panti pikirkan sangat tidak diduga, beliau menolak tawaran tersebut dengan alasan kemanusiaan. Ibu panti berkata jika ia tidak tega untuk membuang Tax kecil begitu saja, ia tidak akan bisa membiarkan Tax kecil hidup sendirian di jalanan.

Tax kecil merasa sangat haru, ia bersyukur sembari menangis karena apa yang Ibu panti lakukan. Meskipun, karena keputusan yang Ibu panti buat, panti asuhan mereka mengalami kesulitan yang lebih dari sebelumnya.
"Ini semua karena kau! Kalau saja kau pergi dari sini kita tidak akan kesulitan seperti ini! Kenapa kau egois!? Kau pasti minta pada Ibu panti untuk tidak keluar, kan!?"

"Iya benar! Sejak kau datang dan bergabung di panti, panti semakin sulit dan mengalami penurunan yang luar biasa! Dasar pembawa sial! Pergi saja kau dari sini!"

"Ya, benar! Pergi saja! Kenapa kau ada di sini!? Kau pasti keturunan Iblis! Jadi karena itu kau selalu membawa kesialan pada orang-orang di sekitarmu! Menjijikkan sekali! Jangan lihat aku! Aku tidak mau jadi lebih sial dari pada ini!"
Tax kecil tidak bisa menjawab semua cacian yang ditujukan padanya, ia sungguh tidak dapat mengangkat kepala dan menyanggah cercahan yang ditujukan padanya. Rasa marah dan emosi tinggi yang terjadi karenanya adalah hal yang sangat wajar, ia sadar jika semua ini adalah kesalahannya. Namun, Tax kecil tidak pernah ingin semua ini terjadi, ia tidak pernah mau panti asuhan tempatnya tinggal mengalami kesulitan apa lagi pailit di kemudian hari nanti. Setiap hari, setiap malam, Tax kecil berdoa agar semuanya jadi baik-baik saja, tetapi mungkin doanya belum terwujud. Tax kecil terus dan terus menunggu hingga satu malam, panti asuhan mereka didatangi seorang pria yang mengaku sebagai ayah kandung dari Tax kecil. Tidak ada bukti, tidak ada surat atau pun orang lain yang menunjukkan jika pria itu adalah ayah dari Tax kecil. Penampilannya pun terlihat sangat mencurigakan, wajahnya menyeramkan, pakaiannya berantakan dan tatapan matanya menyiratkan rasa bengis dan tidak kenal ampun. Kali ini, Tax benar-benar ketakutan, lalu ia percaya pada Ibu panti, bahwa Ibu panti tidak akan memberikannya pada pria itu seperti apa yang Ibu panti lakukan beberapa saat lalu.

Sayang, apa yang Tax harapkan menguap, seperti angin dan tak ada sisa sama sekali. Ibu panti memberikan hak asuh Tax begitu saja pada pria asing yang tidak diketahui identitasnya itu. Malam itu juga, Tax kecil dibawa, satu kali pun Ibu panti tidak mau melihat wajah Tax ketika pria itu membawanya pergi. Tax kecil berpikir, mungkin ini adalah cara untuknya berterima kasih pada Ibu panti dan teman-teman lainnya. Mungkin, pria ini adalah benar ayahnya, orang tua yang akan menjaga dan melindunginya.
Kembali, asa yang Tax kecil tanam menguap, seperti asap. Pria yang mengaku sebagai ayahnya itu hanya menyuruhnya bekerja pagi dan malam tanpa kenal lelah. Ia menyuruh Tax untuk menjajakan koran atau meminta-minta di pinggiran jalan besar Ibu Kota. Jika Tax kecil kembali tidak membawa uang, maka Sang ayah tidak akan segan memukulinya. Kejadian itu terus dan terus berlangsung hingga beberapa tahun kemudian, hingga Tax tidak lagi merasa kaget atau takut saat ayahnya mengangkat tangan di hadapannya. Tidur di luar dengan penuh lebam di wajah dan tubuh adalah hal biasa, tidur di luar dan hampir mati beku sudah ia lalui sepanjang hidupnya. Tax tidak lagi berharap, asa dan hatinya telah beku bersamaan dengan setiap inci kulit yang melekat di tubuhnya.

Udara malam dan rasa sakit adalah sahabatnya, kesunyian dan suara hewan adalah lagu dan dongeng yang menemaninya sepanjang hari. Ia tidak lagi menangis, dan tidak lagi berharap seseorang akan menolongnya meski saat ia  harus menyaksikan kematian Ayahnya sendiri di depan mata. Malam itu, Tax menyaksikan bagaimana Ayahnya dipukuli tanpa ampun karena tidak juga membayar hutang. Tidak satu kata, tidak satu tetes air mata yang jatuh, bahkan Tax tersenyum lega karena pria itu akhirnya mati dan tidak lagi dapat memukulnya sesuka hati. Sejak kematian Ayahnya, Tax hidup sendirian, ia berusaha memperbaiki diri dan penampilannya. Ia berusaha menatap dunia dengan cara berbeda, ia berusaha untuk menjalani hidup dengan pikiran yang berbeda. Seperti Iblis yang datang untuk menggoda manusia, di sanalah seorang pelacur mendatanginya dan menawarkan sebuah jasa menggiurkan untuk menghasilkan uang. Di sanalah, Tax belajar jika ia bukan sampah, jika ia tidak buruk rupa dan berharga. Ia adalah emas yang ditutup karena ketamakan manusia, dan kali ini dia yang akan memakan manusia-manusia itu dengan caranya.

°°°

Hex [ Book One/ Complete ]Where stories live. Discover now