Page twenty nine : Cassanova

6 2 0
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°


"Maaf, bukan aku tidak ingin serius padamu atau apa pun yang ada dalam pikiranmu. Namun, apakah kau pernah memikirkan bagaimana kita di masa depan? Aku sudah berusaha sejauh ini, aku sudah lakukan hal paling mustahil jika kau mau tahu. Aku sudah, aku sudah melangkah dan menginginkan sesuatu yang berada di luar kemampuanku. Katakanlah, bagaimana aku bisa menyerah pada kekasih yang aku idam-idamkan selama ini? Katakan padaku, bagaimana aku bisa menyerah pada takdir dan benang merah? Bagaimana caranya agar aku bisa melepaskanmu? Kekasihku, Adelia, kau adalah satu-satunya pengharapan yang aku punya, kau adalah cahaya dan asa yang aku genggam. Jika, jika aku yang bukan siapa-siapa ini dapat merusak dan menghancurkan kehidupanmu maka kutuklah aku, maka habisilah aku, buang sampah sepertiku ini. Aku mohon padamu, aku memohon padamu, buang aku, tinggalkanlah aku."

Pria dengan setelan jas berwarna putih itu berdiri di hadapan seorang wanita dengan pakaian glamornya. Terdapat noda darah pada jas pria itu dan juga beberapa cipratan tanah, tanda jika ia habis dipukuli, juga bekat pada wajahnya yang begitu rupawan. Pandangan mata yang ditunjukkan begitu rapuh, menatap lurus pada wanita cantik dengan status sosial lebih tinggi darinya. Wanita di hadapannya adalah seorang wanita muda dari keluarga kaya raya, wanita yang disekolahkan dan mengenyam pendidikan tinggi oleh orang tuanya, wanita dengan sendok emas di dalam mulutnya. Keduanya bertemu di salah satu Lounge yang ada di hotel bintang lima Ibu Kota.

Pria dengan nama Tax Bruckhaimer itu adalah salah satu pelayan di Lounge, dan menariknya, seluruh tamu yang datang akan mulai memerhatikan Tax dan menunggu kehadirannya di sana. Tidak seperti tujuan awal mereka adalah bertemu dengan Tax, dan melupakan yang lain, tetapi dapat menemui Tax dan berbincang dengannya di Lounge tersebut adalah hal yang menyenangkan dan menjadi fenomena sendiri bagi hotel tersebut. Semua berawal dari seorang tamu yang gagal bertemu dengan rekan bisnisnya dan berakhir minum sendirian, di sana tamu itu bertemu sapa dengan Tax yang hampir menyelesaikan jam kerjanya.

Keduanya berbincang mengenai merek minuman yang enak dan ringan, dan bagaimana agar meracik minuman tersebut agar tidak cepat bosan. Pada satu kesempatan, tamu yang berbincang dengan Tax ini merasa jika pria yang bekerja sebagai pelayan tersebut memiliki kemampuan lain, ia dengan khusus meminta pada salah satu atasan pengurus Lounge untuk membiarkan Tax membuatkannya satu jenis minuman. Alhasil, Tax yang mendapatkan kesempatan emas itu mampu mencapai tingginya ekspektasi Sang tamu. Sang tamu merasa begitu puas dan memutuskan bekerja sama pada hotel tersebut asal Tax tetap ada di Lounge itu.

Berita semakin menyebar, bagai serbuk bunga yang dibawa oleh lebah lalu berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Begitu pula rumor tentang Tax yang disebut sebagai Kasanova, bukan karena ia seorang pria penakluk hati wanita lalu mencampakkannya, tetapi karena Tax adalah pria berbakat yang mampu menarik hati siapa saja yang bertemu muka dengannya. Baik itu laki-laki maupun wanita. Karena rumor yang terus menyebar, wanita dari keluarga kaya raya itu akhirnya memutuskan untuk melihat dengan mata kepalanya sendiri bunga yang selalu saja jadi buah bibir orang-orang. Tak perlu waktu lama bagi wanita untuk segera terpikat dan jatuh hati padanya, ia begitu terpesona pada pulasan senyum dan kerlingan mata pria di hadapannya, ia begitu takjub pada setiap gerakan dan tutur bicara Si bunga. Tidak heran jika ramai orang memperbincangkannya, ia benar setangkai bunga, bunga yang indah dan tumbuh di pinggir jalan.

"Nonaku? Apa ada yang salah pada wajah saya? Saya tidak berpenampilan sebaik Anda dan tamu-tamu lainnya. Sungguh saya adalah perusak mata di dalam ruangan ini, tetapi saya harap Anda dapat menahannya sebentar lagi, saya telah berjanji pada Tuan Rufus untuk menemaninya berbincang ketika beliau datang. Akhir-akhir ini, beliau sering dipusingkan karena masalah putri kesayangannya, karena itu beliau meminta saya menjadi telinga sementara waktu. Saya juga telah berjanji untuk membuatkan Tuan Rufus racikan minuman saya yang paling baru. Jika Nona tidak keberatan, bagaimana jika saya antar ke ruang depan? Di sana ada sofa yang nyaman dan dinding yang besar, sehingga Nona tidak akan dapat melihat wajah saya yang tidak menyenangkan ini."

"Tidak! Ah, maksud saya, tidak seperti itu. Ehem, saya hanya sedang mengamati. Anda adalah pria yang selalu dirumorkan belakangan ini, karena itu saya sangat penasaran dan memutuskan untuk memastikan rumor itu dengan mata kepala saya sendiri. Maaf jika saya terkesan tidak sopan karena telah memandangi Anda sejak tadi, saya harap Anda adalah pria murah hati yang memaklumi kesalahan kecil yang saya buat." Wanita mengalihkan tatapannya, wajahnya terlihat bersemu merah karena malu dipergoki tengah melirik Tax terus menerus. Tax tersenyum, bola matanya yang berwarna merah menyala itu menatap lurus pada wanita yang telah ia ketahui betul latar belakangnya. Secara diam-diam Tax mencari tahu tentang siapa wanita yang terus saja mencuri pandangan padanya sejak beberapa pekan lalu.

Hex [ Book One/ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang