Page eleven : A Good Husband

18 7 1
                                    


°°°

"Selamat malam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Selamat malam. Saya Rucardius, saya datang untuk memastikan apa amplop ini benar milik Anda? Apa saya sedang berbicara dengan Tuan Eduardo?" Pria dengan pakaian formal itu berdiri di depan pintu, pakaiannya terlihat begitu mewah ditambah dengan berbagai aksen seperti mantel berbahan tebal dan kravat berwarna cerah terlipat rapi di bagian lehernya. Sepasang matanya berwarna merah terang, seperti darah dan makhluk legenda pengisap cairan yang sama. Pria dengan pakaian mewah dan tongkat berjalannya itu tersenyum manis sembari menunjukkan selembar amplop berwarna putih polos tanpa ada hiasan apa pun di atasnya. Pria pemilik rumah begitu terkejut dengan kehadiran tamunya malam ini. Saat ini hampir pukul satu pagi, Sang pria dan istrinya bahkan sudah terlelap sejak tadi. Dan ia juga sudah hampir lupa pada permintaan yang sempat ia tuliskan, ada kala di mana Sang pria menunggu-nunggu kedatangan Rucardius tetapi pria yang ditunggu tidak jua muncul. Sempat berpikir jika permintaannya ditolak, Sang pria mulai memikirkan cara lain untuk menyelesaikan masalahnya. Namun, di sinilah Rucardius berada, berdiri di hadapannya dengan senyum cerah dan tatapan yang begitu terang. Sang pria terpaku, matanya tidak dapat lepas dari wajah Rucardius yang menurutnya tidak seperti manusia kebanyakan. Rucardius memiliki rupa yang menyenangkan mata, hidungnya terbentuk dengan sempurna, matanya terpasang seperti permata dan bibirnya merah alami. Bahkan Aktor kawakan yang pernah Sang pria temui tidak terlihat seperti Rucardius. Sang pria sempat berpikir jika semua ini adalah tipuan belaka.

"Apa Anda bukan Tuan Eduardo? Jika bukan, maka saya sungguh minta maaf. Sepertinya asisten saya salah menunjukkan alamatnya. Saya mohon diri Tuanku, saya akan kembali dan seg...." ucapan Rucardius terputus karena tangan Sang pria segera mencengkeram lengan Rucardius dan tidak mengizinkannya pergi. Sang pria benar bernama Eduardo dan benar juga kenyataannya jika ia yang mengirim amplop permintaan pada Rucardius untuk segera dikabulkan. Eduardo menelan ludahnya samar, istrinya ada di dalam, menunggu kedatangannya dan menjelaskan apa yang terjadi. Sementara, Eduardo membuat permintaan ini tanpa sepengetahuan istri, Eduardo merasa resah harus bertindak apa. Rucardius tersenyum, ada tawa kecil yang terdengar jika kembali diperhatikan. Ditepuknya perlahan lengan Eduardo yang menahannya, Rucardius mendekatkan wajahnya lalu berbisik kecil agar yang mendengar kalimat itu hanyalah dirinya dan Eduardo saja.

"Saya akan menunggu di depan, katakanlah pada Istri Anda jika saya adalah orang asing yang meminta bantuan untuk kendaraannya. Lalu, katakan juga jika saya akan memberikan imbalan yang sesuai jika Anda dapat membantu saya. Atau, jika Anda memiliki alasan lain? Anda bebas menggunakannya. Saya akan menunggu di dalam mobil, satu-satunya mobil yang terparkir di sana. Baik?" Rucardius menatap Eduardo dengan tatapan lurus dan nada bicara yang tidak terdengar memerintah, tetapi Eduardo merasa Rucardius adalah seorang yang superior sehingga ucapannya terasa begitu mutlak dan memiliki kekuatan yang begitu besar. Tanpa sadar, Eduardo mengangguk mengiyakan ucapan Rucardius tanpa membantahnya sedikit juga.

"Baiklah, sampai bertemu lagi Tuanku. Saya permisi sebentar." Rucardius kembali memakai topi hitamnya yang tengah ia genggam tadinya, berbalik dan berjalan meninggalkan Eduardo yang masih terpaku karena kehadirannya.

Hex [ Book One/ Complete ]Where stories live. Discover now