Page thirty one : Cassanova

2 2 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


°°°

"Apa kau sudah mendengar kabar tentang itu? Kabarnya sudah menyebar ke mana-mana tetapi keluarganya berusaha untuk terus menutupi. Aku yakin jika keluarganya lebih mementingkan harumnya nama keluarga dibanding apa yang telah terjadi pada putri mereka sendiri. Aku jadi kasihan pada gadis itu, kabarnya dia tidak mau dijodohkan oleh orang tuanya dan setelah menikah ternyata suaminya adalah orang yang sangat tidak baik! Ya, suaminya itu pria yang suka main tangan! Sungguh keji dan tidak tahu tata krama, tidak seperti manusia yang baik. Harusnya mereka mencari tahu dulu seperti apa pria yang akan dinikahkan dengan putri mereka, memangnya mereka sedang mencari penutup hutang atau bagaimana? Tega-teganya mereka lakukan itu pada putri sendiri, tragis, sungguh kisah hidup yang tragis."

"Yang benar? Yang aku dengar jika wanita itu bunuh diri bukan karena suaminya, tetapi karena ia tahu jika selingkuhannya sudah tidak menyukainya lagi. Semua orang tahu jika wanita ini sudah punya kekasih sebelum menikah dengan suaminya yang sekarang. Namun, kekasihnya itu rakyat jelata, orang biasa yang tidak punya apa-apa. Aku sendiri tidak pernah melihat bagaimana bentuk rupa atau wajahnya, tapi katanya dia benar-benar rupawan! Karena itu membuat Si wanita tergila-gila sampai tidak tahu diri. Bahkan setelah menikah pun, ia masih mengirimi pria itu surat terus menerus sampai tidak pernah bosan. Suaminya yang tahu hanya diam saja mencoba menerima kenyataan jika istrinya tidak mencintainya sama sekali. Lalu pada satu malam, keduanya bertengkar cukup hebat karena istrinya merasa suaminya adalah alasan kenapa dia tidak menerima balasan surat sama sekali. Seisi rumah mengatainya gila, dari pelayan hingga tukang kebun. Semua orang menganggap jika Nyonya rumah mereka adalah wanita tidak waras yang memuja-muja pria lain yang bahkan bukan suaminya sendiri, rumor juga berkata jika keluarga itu terus membuka lowongan pekerjaan tetapi tidak pernah menerima siapa pun! Seolah-olah Si wanita membuka lowongan pekerjaan itu dikhususkan untuk satu orang, dan semua orang beranggapan jika Si wanita tengah menunggu kekasihnya untuk bekerja di rumah mereka sebagai salah satu pekerja. Sayang, pria yang ditunggu-tunggu tidak pernah datang satu kali pun. Jangankan orangnya, suratnya pun tidak pernah ada, karena hal demikian wanita itu semakin sakit setiap harinya. Ia semakin menyalahkan suaminya terus menerus, setiap hari sampai suaminya lelah menghadapi Sang istri dan memutuskan untuk tidak pernah peduli pada apa yang ia katakan."

Dua wanita berkelas itu terlihat berbisik dengan mimik muka yang sangat mendukung situasi, mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah, dan sesungguhnya mereka tidak pernah peduli. Yang mereka pedulikan hanya kabar angin yang dibawa, mereka tidak pernah mau untuk mencari lebih dalam tentang kenyataan karena kebohongan dan kabar buatan selalu terasa lebih panas dan menyenangkan telinga.

Mereka, para wanita yang suka bergosip, tidak akan pernah peduli pada korban, pelaku atau nasib keduanya. Mereka tidak akan berhenti menyebar angin hanya karena mereka minim pengetahuan atau terbatasnya kenyataan yang ada, mereka sungguh tidak peduli dan tidak ingin tahu apa-apa yang dapat terjadi ke depannya setelah apa yang mereka lakukan. Karena pekerjaan menyenangkan yang merugikan orang lain ini sudah melekat menjadi bagian dari diri dan jiwa mereka tanpa sadar, sudah membuat mereka jadi salah satu golongan manusia laknat yang menjebak dan menggeret manusia lainnya ke dalam jurang kegelapan tanpa ampun.

Hex [ Book One/ Complete ]Where stories live. Discover now