Page twenty six : A Cursed Human

2 2 0
                                    

°°°

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

°°°

"Saya tahu. Anda adalah mantan Detektif ternama Ibu Kota bukan? Saat itu Anda tengah menyelidiki satu kasus pembunuhan yang tragis, di mana korbannya adalah seorang wanita pelajar. Dan Anda menuduhkan seorang pria sebagai pelaku utamanya, Anda merasa jika pria itu adalah pelakunya, Anda begitu percaya pada diri Anda sendiri hingga tidak mau mendengar pendapat orang lain. Meski terdakwa mati-matian berkata ia tidak melakukannya dan bersumpah ia telah jujur, Anda malah menuduhnya berbohong dan merasa akan bebas karena pria itu adalah putra dari seorang petinggi Polisi. Benar bukan? Lalu pada akhirnya, pria yang dituduhkan gantung diri di dalam ruang tahanan karena merasa depresi terus menerus Anda tekan untuk mengaku dan merasa mempermalukan nama baik Ayahnya. Setelah beberapa hari dari kejadian itu, Anda sadar jika Anda salah, jika pelakunya bukan pria itu. Dan Anda memutuskan untuk lari." Rosevalt menatap Lhareta dengan senyum lebarnya, senyum yang membuat Lhareta bergeming dengan wajah termangu.

"Saya, saya tidak melakukannya dengan unsur kesengajaan." Lhareta menundukkan kepala, air mata telah menggenang, membuat pandangan kabur. Dan ucapan Rosevalt membuat Lhareta kembali membuka luka lama yang selalu berusaha ia pendam dalam-dalam. Lhareta kembali mengingat saat itu, kala di mana kesalahan pertama dan terbesarnya terjadi.


°°°


"Saya tidak melakukannya! Saya sungguh tidak melakukannya! Saya hanya berniat membantu wanita itu, saya harap Anda tidak salah mencari informasi. Bisakah Anda memanggil Ayah saya? Jika Anda sudah bertemu Ayah saya maka semua akan segera jelas. Ayah saya juga tahu jika saya tidak melakukannya. Saya bukan pembunuh, dan saya tidak punya alasan untuk membunuhnya!" Seorang pria dengan penampilan yang cukup berantakan tampak bersitegang dengan seorang wanita muda yang berpenampilan begitu rapi.

Keduanya duduk berhadapan, di antara sebuah meja panjang berwarna Cokelat dengan dua buah bangku kecil berwarna sama. Si pria tengah menatap serius wanita, ia telah meninggikan suaranya sejak kali pertama pertanyaan dimulai, ia merasa marah karena pertanyaan-pertanyaan yang wanita ini berikan. Ia dituduh membunuh seorang wanita remaja yang tewas dalam kamar mandi umum, padahal saat itu Si pria hanya mendengar suara berisik dari kamar mandi sebelah dan memutuskan untuk memastikan jika semuanya dalam keadaan baik-baik saja. Berakhir sial, Si pria malah menemukan wanita itu tewas bersimbah darah, lebih buruknya lagi wanita itu sempat mencengkeram lengan Si pria karena ingin meminta bantuan di akhir hayatnya.

Bekas cakaran itulah yang akhirnya menjadi masalah, dan ada tambahan beberapa warga yang melihat jika Si pria pernah berbicara dan terlihat beberapa kali bersama Si wanita. Pria itu pun merasa bingung, entah mata para warga itu buta atau mereka hanya merekayasa. Jelas-jelas wanita yang jadi korban itu adalah orang asing yang tidak ia kenal, dan saat itu adalah kali pertama keduanya bertemu. Sayang, Detektif wanita yang ada di hadapan Si pria tidak percaya satu patah kata pun, ia bahkan menolak ketika Si pria meminta dipanggilkan Ayahnya.

Hex [ Book One/ Complete ]Where stories live. Discover now