Page nineteen : The agent, Khayree

12 4 0
                                    


°°°

°°°

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Laki-laki itu berdiri tegak, menatap ke arah sekitar dengan wajah diam dan tatapan mata yang tidak percaya. Ia masih belum paham kondisi dirinya saat ini, ia masih belum dapat menerka apa yang terjadi secara runtun. Si lelaki sadar betul jika beberapa jam lalu ia terbaring setengah sadar di sudut sana, di balik tumpukan salju dan sibuk menahan darah yang keluar. Si lelaki secara nyata merasakan kematian telah mendekatinya, merasa jika kematian telah ada di hadapannya. Kini keadaan berbalik, kini ia berdiri tegak di antara gelimpangan mayat-mayat yang berserakan, seperti sampah. Ia menatap pada tangannya: sebuah Assault Riffle yang entah datang dari mana, sebuah senjata yang sudah memuntahkan banyak peluru dan menghujani orang-orang di sana.

Yang lelaki itu ingat hanyalah mengiyakan ucapan agen yang mendatanginya secara tiba-tiba, seorang agen yang mengatakan hal konyol dan mirip omong kosong. Jantung Si lelaki berdebar, kencang hingga tak dapat dikendalikan, kepalanya pening, otaknya sibuk memutar rekaman kejadian yang hampir ia lupakan seutuhnya.

"Halo." Sebuah suara membuyarkan konsentrasinya, Si lelaki segera menoleh ke arah pemanggil, sosok pemuda dengan pakaian mewah berwarna hitam dan terlihat hangat. Sosok pemuda dengan sepasang mata berwarna Merah, yang tampak begitu kontras dengan kulit pucatnya. Di belakang pemuda, terlihat seorang pria lain, berpakaian seperti dirinya: seragam lengkap beserta rompi anti peluru untuk pelindung tubuh. Pemuda di belakangnya hanya mengangkat tangan, tidak bersuara.
"Haha, maaf. Anda pasti terkejut, saya tahu Anda melakukannya dengan tidak sadar. Anda lupa apa yang telah terjadi bukan? Baiklah, saya akan perkenalkan diri kembali pada Anda. Nama saya Rucardius, saya memiliki sebuah sindikat yang menawarkan jasa bernama Hex. Katakanlah sebuah bisnis, bisnis kecil-kecilan yang saya coba tawarkan pada banyak orang. Beberapa di antaranya ada yang ditolak, dan ada yang saya terima. Kali ini, permintaan klien saya adalah membantu teman baiknya yang dikirim di sini untuk dihabisi. Haha. Saya tidak menyangka jika masih ada manusia baik di luar sana, padahal, saya sudah katakan jika hal itu akan sangat membahayakan dirinya jika ketahuan." Rucardius tersenyum manis, seolah pemandangan darah dan mayat di sekitar tidak mengganggu pemuda itu sedikit juga.


Si lelaki masih berusaha mencerna ucapan Hades sedikit demi sedikit, Si lelaki masih belum menggapai konklusi akhir dari semua kejadian di sekitarnya. Ia masih diam, tidak menjawab hingga hanya angin dan hening yang merespons ucapan Rucardius.
"Siapa? Siapa yang memintamu?" tanya Si lelaki pada akhirnya. Ia perlahan sadar jika hal ini adalah ulah Negaranya sendiri, jika kematiannya dan teman-temannya adalah ulah dari pimpinannya sendiri meski ia tidak tahu kesalahan apa yang sudah diperbuat, meski ia tidak tahu kekurangan macam apa yang ada padanya hingga ia dan orangnya harus disingkirkan dengan cara yang begitu keji.

Si lelaki melaknat dalam hati, mencaci dan segala sumpah serapah ia lontarkan pada mereka yang telah merenggut juga merampas kehidupan orang-orangnya. Mereka berusaha sebaik mungkin, mereka setia, mereka lakukan apa saja, tanpa rasa takut dan cemas hanya untuk Negara. Tuba yang mereka dapat begitu pahit, begitu sakit.

Hex [ Book One/ Complete ]Where stories live. Discover now