3. Quinzel

837 140 397
                                    

🎶 Winter (L'inverno) Concerto No. 4 in F minor, Op. 8, RV 297, Allegro Non Molto 🎶
▶️ Quinzel's performing arts by drawing and dancing.
                                       
—————————————————————
COMMENT for fast update!

♥️🖤♥️

Quinzel menoleh ke kanan, ke dalam kelasnya. "Sini lo berdua!" titahnya.

Gadis berkepang dua dan gadis berambut keriting itu segera berjalan ke luar kelas dan menghadap pada Quinzel. Seringai sinis terlukis di bibir merah Quinzel ketika mencengkeram wajah gadis berkepang dua dan menolehkan wajahnya agar telihat oleh para murid di koridor.

"Pake jangka di pelajaran matematika," kata Quinzel menunjukkan luka yang terlihat masih baru di pipi kiri gadis berkepang dua itu. Ukiran X hasil dari goresan jangka itu nampak cukup besar, dalam, dan jelas di wajah gadis itu, cukup membuat semua murid menahan napas.

Selanjutnya, Quinzel beralih ke gadis berambut keriting dan menarik tangan gadis itu hingga telapaknya menunjukkan luka panggang yang merah dan melepuh. "Pake grill di kafetaria," kata Quinzel.

Seluruh murid di lorong seketika meringis ngeri membayangkan betapa sakitnya luka dua gadis yang dipertontonkan pada mereka itu.

"Gue masih punya banyak ide buat yang bakal gantiin dua cewek cepu tolol ini," kata Quinzel sinis. "Semua kalian yang ada di sini," sergahnya tanpa terkecuali. "NGERTI?" teriaknya.

"Ngerti, Quinzel," jawab semua murid di lorong serempak. Tidak perlu diulangi dua kali, mereka semua sudah mengangguk paham.

Ah, Kenzo. Pengaruhnya memang luar biasa. Quinzel yang paling tahu betapa mengerikannya cowok satu itu sehingga Quinzel sungguh sanggup melakukan apa saja pada mereka yang mencoba memprovokasi Kenzo.

Huft. Sebaiknya Quinzel juga jangan macam-macam dengan Kenzo. Si manusia terkutuk yang telah lama menyengsarakan hidup Quinzel hingga terasa seperti di neraka!

🥀🩸🥀

Quinzel melemparkan bucket dengan sekali gerakan emosional hingga cairan cat berwarna di dalamnya menyirami kanvas besar yang ada di ruangan

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Quinzel melemparkan bucket dengan sekali gerakan emosional hingga cairan cat berwarna di dalamnya menyirami kanvas besar yang ada di ruangan. Cairan kental itu menciptakan beberapa garis panjang layarknya air mengalir di beberapa bagian kanvas.

Bukan itu saja. Percikannya juga terciprat ke dinding, lantai, bahkan apron Quinzel.

Quinzel tak peduli. Dia lanjut menuangkan, memercikkan, dan menyemprotkan beberapa warna berbeda-beda lagi ke beberapa titik kanvas, lagi-lagi mencipratkan noda ke mana-mana.

Setelah kombinasi beberapa warna itu membentuk seni abstrak di kanvas, Quinzel beralih mengambil sekuntum bunga mawar putih di tumpukan bunga dalam vas untuk kemudian dia cabut bunga indah itu dari tangkainya yang berduri. Dia bahkan tak berusaha melakukannya dengan hati-hati sampai-sampai duri mawar itu menusuk kulit halusnya hingga mengeluarkan darah.

A Living Hell: Déville's ObsessionDonde viven las historias. Descúbrelo ahora