9. Act Stranger

550 103 215
                                    

🎶 Midnight Waltz 🎶
▶️ Quinzel walks down the stairs, welcoming and then conversing during fine dining.
                                       
—————————————————————
Fast update!
Tepat janji nih karena komennya rame. Happy, kan? Gantian bikin Vlo happy juga yaaaa lewat komen, deal?

♥️🖤♥️

Beberapa meter di depan, Kenzo berjalan lawan arah dari Quinzel dalam detik yang seolah diperlambat khusus padanya di antara orang-orang yang berlalu cepat di sekitarnya. Mudah menyorotnya karena dia lebih tinggi dari mereka yang berlalu-lalang di koridor dan tampilannya terbilang mencolok meski dalam balutan seragam.

Sedikit perbedaan kontras adalah warna rambut yang berbeda dari terakhir bertemu. Ash brown kini berganti fawn.

Bukan hal baru melihat Kenzo gonta-ganti warna rambut. Itu untuk kebutuhan stage dan photoshoot. Mengingat Kenzo pergi untuk bisnis, tampaknya dia ada panggilan mendadak untuk tampil di atas catwalk, makanya rambutnya diwarnai lagi. Mungkin itu juga kenapa Kenzo terlambat pulang.

Sering terjadi. Banyak brand, event, atau fashion designer yang jika mendengar Kenzo sedang ada di negara mereka akan langsung mengontrak Kenzo untuk kerja sama. Tapi, begitu pulang, Kenzo biasanya langsung mampir ke kastil. Quinzel selalu jadi tujuan pertamanya sesampainya di Indonesia, terutama jika kepulangannya melewati jadwal seharusnya. Tentu Quinzel terkejut melihat Kenzo langsung ke sekolah.

Hal pertama yang Quinzel ingin tunjukkan adalah senyuman miris, ingin perlihatkan betapa malang nasibnya pada Kenzo. Jadi, begitu tatapan mereka bertemu, Quinzel tarik garis bibirnya. Sepintas.

Entah Quinzel berlebihan berharap Kenzo menghampiri dan menanyakan apa yang terjadi padanya atau Kenzo saja yang terlalu tak tertebak, yang jelas Quinzel tahu Kenzo menyadari kehadirannya. Mata Kenzo tidak berbohong. Tapi, entah untuk alasan apa, cowok itu mengalihkan tatapan dan berjalan melewati Quinzel. Begitu saja.

Seketika itu juga Quinzel stagnan di tempat. Berpikir mungkin dia salah, Quinzel berbalik.

Tidak salah. Cowok itu benar Kenzo. Dengan punggung semakin menjauh tanpa sekali pun menoleh. Abai saat Quinzel sangat membutuhkannya sampai Quinzel berpikir apa Quinzel sudah gila?

Lalu, Quinzel tersadar. Bukan Quinzel. Kenzo yang gila!

Ada apa dengan cowok itu? Kenapa dia pulang tanpa memberi kabar dan masuk sekolah tanpa memberitahu Quinzel? Mereka seharusnya berangkat bersama, bukan? Seperti ke mana pun mereka pergi?

Dan ini pertama kalinya Quinzel sekolah. Bagaimana bisa Kenzo bersikap tak mengenal Quinzel di sekolah saat seingat Quinzel, terakhir kali bersama, Kenzo sampai ingin batal berangkat ke Brussels demi menemani Quinzel sekolah?

Sungguh, Quinzel nyaris gila memikirkan apa yang terjadi dan kenapa Kenzo tidak penasaran bagaimana Quinzel selama Kenzo tidak ada, tapi Quinzel tak punya cara untuk bertanya. Quinzel tidak sekelas dengan Kenzo dan tidak punya teman untuk ditanyai Kenzo di kelas mana. Quinzel juga tidak bisa keluar kastil. Artinya, dia tak bisa bertemu Kenzo, kecuali Kenzo yang menemuinya.

Menghubungi Kenzo? Quinzel tak diberi ponsel. Satu-satunya cara mereka berkomunikasi hanya lewat telepon yang sengaja diletakkan di satu ruangan khusus dengan kendali jarak jauh. Ruangan itu hanya bisa dimasuki jika Kenzo berkehendak. Itu pun biasanya Kenzo menelepon hanya lewat Ella untuk memastikan kabar Quinzel. Quinzel tak pernah dibiarkan dekat-dekat telepon.

Tapi, tampaknya keberuntungan yang sangat jarang terjadi sedang berpihak kepada Quinzel karena malam harinya, Jocasta Rose mengabari Ella bahwa dia akan mampir makan malam di kastil. Seharusnya Kenzo juga ikut. Mungkin mereka bisa bicara nanti.

A Living Hell: Déville's ObsessionWhere stories live. Discover now