19. Queen Bee

373 77 140
                                    

🎶 Dolls 🎶
▶️ Quinzel walks into the food court with her squad, cuts the line, approaches all the seniors one by one, and all her moves are watched by Kenzo.

—————————————————————
Fast update, nih.
Nggak minta target, lho. Bacain komen kalian aja Vlo udah happy. Ramein COMMENTS, deal?

♥️🖤♥️

"Gosh," ucap gadis berambut keriting sebahu yang berdiri di depan meja Quinzel itu. Dia sedikit merinding. "He'll do anything to protect you."

Quinzel belum sempat bertanya apa maksudnya ketika seorang gadis lagi menyusul ke sisi kiri Quinzel dan bertanya, "You're Kenzo's girl?"

Gadis berambut lurus dengan potongan layered bertingkat dan curtain bangs itu tak benar-benar butuh jawaban karena hanya dengan Quinzel menoleh padanya, gadis itu pun menyingkirkan barang-barang di meja sebelah kiri Quinzel.

"I'll follow you then," kata gadis itu sembari duduk. "Gue Kelly. Gue duduk sini, ya." Kelly menoleh ke belakang. "Join, nggak, Ngie?"

Seorang gadis berambut bob yang duduk di barisan satu bangku yang selurus dengan Quinzel, tetapi menempati bangku paling belakang pun bangkit membawa tasnya. "Of course," katanya seraya memindahkan barang-barangnya ke barisan dua meja itu di kiri Quinzel, siap menjadi teman sebangku Kelly.

Kelly bergeser ke dekat dinding agar gadis itu bisa duduk di sampingnya. Setelah duduk, gadis itu memutar tubuh pada Quinzel. "Gue Angie. Lo bisa kasih tau gue siapa sasaran lo dan gue bakal ikut," katanya.

Quinzel mengangkat alis. Diperhatikan, Angie punya tampilan yang memberikan isyarat senggol dia, maka dia akan menamparmu. Dia sosok gadis cerewet, bermulut pedas, dan bermata sinis. Tak jauh beda dengan Kelly yang meski berpenampilan girlie, tapi jauh dari kesan kalem. Dengan tubuh tinggi dan padat layaknya gadis gym, Kelly cukup pantas jika suka membuat masalah.

Angie mengerling. "I love to punish people," katanya memperjelas maksudnya.

"Great, let's make a squad," kata gadis berambut keriting tadi sembari menjatuhkan bokongnya di atas meja, di barisan dua meja yang di sisi kanan Quinzel. "Gue Zaya. Gue mungkin jarang di sekolah ke depannya karena gue sering ke luar buat olimpiade."

Kedua mata Quinzel berbinar. Ah, gadis pintar. Quinzel butuh teman yang seperti ini untuk membantunya belajar.

Zaya membungkuk sedikit ke arah Quinzel. "Tapi, gue pastiin setiap gue di sekolah, gue siap ngelabrak siapa pun itu yang cari ribut sama lo."

"In that case, I have to join too," kata seorang lelaki jangkung yang meninggalkan kumpulannya di belakang. Cowok paling tinggi di kelas ini berdiri di samping Zaya. "I protect what Kenzo's." Dia memperkenalkan diri, "Gue Darrel."

Dan secepat Darrel bergabung, secepat itu juga siswa-siswi di kelas mundur dengan sendirinya, siap menjauhi kelompok itu untuk berada dalam radar aman.

🥀🩸🥀

Barisan panjang murid-murid dengan setelan training mencuri atensi di food court siang itu. Seorang senior tampak berdiri setengah duduk di salah satu meja ditemani beberapa senior lagi di belakangnya. Mereka tertawa-tawa menonton para adik kelas yang mereka kerjai bergiliran demi tanda tangan mereka.

Quinzel menginjakkan kaki di food court diikuti Kelly, Angie, Zaya, dan Darrel. Kehadirannya langsung merebut banyak perhatian, terutama karena dia tampil mencolok dengan seragam modifikasinya dan rambut indah bergelombangnya yang pirang di tengah-tengah empat junior yang lebih terlihat seperti pemberontak dibandingkan peserta orientasi. Alih-alih berjalan menunduk seperti kebanyakan junior di depan senior, mereka justru berjalan dengan dagu terangkat. Angkuh dan percaya diri.

A Living Hell: Déville's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang