21. Mr. Popular

331 67 192
                                    

Next chapter : 60 VOTES + 150 COMMENTS (no spam next)!

♥️🖤♥️

Quinzel berusaha mengatur napasnya yang sempat memburu sepanjang mendengar cerita Angie. Dia menutupi kegugupannya dengan minum, tapi karena tangannya sedikit gemetar, dia turunkan tangannya ke bawah meja dan menyedot minuman setenang yang dia bisa.

Quinzel tidak mudah takut, kecuali segala hal berbau Kenzo. Kenzo adalah satu-satunya hal yang dia takuti di dunia ini.

"Dan semua orang liat?" tanya Quinzel setelah dia lebih tenang.

Angie mengangkat bahu sambil menikmati makan siangnya. "Beberapa. Yang jelas, semua murid kelas Kenzo dan murid kelas Lucas ada di sana."

"I was there," kata Darrel. "Waktu itu, gue sekelas sama Kenzo."

Sepasang mata Quinzel terlihat kosong. "Jadi, benar."

Kelly mengernyit. "Tentu aja benar. Hampir semua kita ada di sana," katanya.

Angie mengonfirmasi lewat anggukan. "Itu kenapa kita bertahan diem pas Kenzo gerak nyerang senior," kata Angie. "We knew he'd kill Brody without a second thought if you just let him."

"That's the best way to stop hating him and being around him instead of being on one of his blacklists," kata Darrel. "Dengan jadi pengikut Kenzo, gue jadi nggak akan masuk buku hitam Kenzo."

Benar. Darrel cari aman.

"Yep," dukung Kelly. "Kayak kita dan beberapa lainnya yang masih normal dan milih berhenti suka sama Kenzo. Beberapa yang punya jiwa-jiwa psikopat kayak Tania, Lucy, Katniss, sih, malah makin brutal naksirnya."

"Jadi, ada banyak saksi?" tanya Quinzel. "And he got away with the law?"

Bagaimana caranya? Dua kelas tampaknya sudah lebih dari cukup untuk dijadikan saksi yang dapat menjebloskan Kenzo ke penjara, bukan?

"Kalo laporan aja nggak diproses, apa gunanya saksi?" tanya Zaya.

"In the end, ada juga si Lucas yang dibawa pindah ke luar negeri sama bonyoknya." Kelly mengangkat bahu. "Semua saksi nolak buat buka mulut."

"Kenapa?" tanya Quinzel.

"No one wants to make trouble with the Deville," sahut Darrel. Pernyataan itu gelap, tegas, dan meyakinkan.

Kelly menyeruput minumannya. "You must already know that the Deville is one of those ruling families, bahkan sejak masa penjajahan Eropa di Indonesia, apalagi keluarga Deville itu masuk ke Indonesia sebagai bangsawan. Kebayang aja pengaruh dan koneksinya kayak gimana," kata Angie. "Dan udah jadi rahasia publik juga di jaman kolonial, Deville bangun kerajaan setan di negeri ini," bisik Angie misterius.

Kelly melanjutkan, "And dark rumor even said the old Deville—kakeknya Kenzo—was still using black magic. Dari dulu, setiap anggota keluarga Deville terlibat hukum dan ada yang mau proses, suka kejadian hal-hal mistis sama mereka. Orang itu bisa muntah darah, muntah paku, sakit-sakitan sampe berbelatung, tapi herannya nggak mati-mati."

"Belum yang dijadiin tumbal," kata Angie. "Ada juga yang anaknya kerasukan terus. Rumahnya panas banget dan sering kemasukan ular atau buaya. Yang darahnya berubah warna jadi hitam. Semua yang ganjil dan sulit dijelasin, deh."

Kelly bergidik. "Many dark things happened to them who were against Deville. Kakek-nenek gue yang orang hukum juga pernah cerita dari dulu pun Deville udah nggak tersentuh sama hukum. Jadi, selama belum denger sihir atau kutukan itu putus di garis keluarga Kenzo, males cari ribut, nggak, sih?"

A Living Hell: Déville's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang