•Bab°°11

10.8K 1.2K 16
                                    

~Happy Reading~
.

.

.

Saat ini Grissham sedang mengamati wajah tenang putra pertamanya yang masih tertidur, di ruangan sempit tanpa alas itu.

Setelah tadi dia mengamuk atas perlakuan ketiga putranya yang lain. Grissham berniat melampiaskan amarahnya pada Khai. Namun saat sampai, Grissham malah tertegun dengan wajah manis nan damai itu.

Hingga sampai 10 menit berlalu, dia masih memandang wajah Khai dengan wajah datar dan tangan bersedekap dada.

Grissham mendekat ke arah Khai, dia berjongkok untuk melihat lebih dekat wajah yang mirip dengan mendiang istrinya itu.

Tangan Grissham terangkat, untuk mengelus pelan pipi Khai yang terdapat lebam karena ulahnya tadi.

"Kenapa kau harus memiliki penyakit sialan itu.."

"Kau putra ayah yang manis, tapi ayah tidak suka putra yang tidak berguna.." lanjutnya tanpa menghentikan elusan di pipi Khai.

Sampai mata yang terpejam itu, mulai terbuka secara perlahan. Grissham menjauhkan tangan nya, dia terus memperhatikan bagaimana mata indah itu terbuka dengan sempurna.

"Bagaimana tidurnya, nyenyak?" Tanya Grissham dengan wajah yang terlihat menyebalkan untuk Khai.

Khai mengubah posisinya menjadi setengah duduk, dengan menyenderkan tubuhnya pada dinding

"Tidak, dan itu karena ayah," jawabnya pelan. Jiwa malas nya sedang berkurang, hingga Khai mampu menjawab pertanyaan tak penting itu.

Grissham terkekeh pelan, dia kemudian berdiri dan mengambil sesuatu di kantong jas nya. Khai mendongak untuk melihat apa yang di lakukan pria itu. Dia tersenyum miring..

'Aku ingin merasakan itu..'

Sebuah Pisau lipat..

Grissham kembali berjongkok dan membuka pisau kecil itu, dia memposisikan pisau itu tepat di depan wajah Khai.

"Mau merasakan ini?"

"Tentu,"

Grissham terdiam sejenak, anak nya memang sudah berubah. Tidak penakut seperti dulu, dia suka. Tapi kenapa harus ada penyakit itu, yang menjadikan Khai lemah dan tidak bisa apa-apa nantinya.

"Apa kau ingin mati?" Pertanyaan Grissham kali ini membuat Khai terdiam, apakah dirinya ingin mati?

'ya, tapi itu dulu..'

'sekarang jika aku mati, bagaimana dengan mereka, apa mereka akan sedih..'

Mereka yang dimaksud khai adalah, ketiga adik pemilik tubuh ini. Tanpa sadar, sekarang Khai mulai memikirkan orang lain. Padahal dulu dia hanya memikirkan dirinya sendiri.

Khai sadar, bersama mereka hati Khai merasa hangat. Khai merasa di sayangi, Khai merasa nyaman dan Aman. itu menjadikannya ingin selalu bersama mereka sekarang.

'Brukh

Khai tersadar, dia melihat kedepan. Pemandangan di depan nya membuat dia terkejut. Sejak kapan?

Sejak kapan adik-adik nya ada disini? Bahkan Crish sudah menghajar Grissham membabi buta.

Khai tidak sadar, tadi saat dia melamun, adik-adik nya masuk ke ruangan itu tepat, sebelum Grissham menggoreskan pisau itu pada pipi mulus Khai.

Crish yang tidak bisa mengontrol emosinya, langsung menendang Grissham hingga ayahnya itu membentur tembok. tak cukup sampai disitu, dia juga menghajar Grissham. Tidak peduli jika pria itu adalah ayah kandung nya.

"Kak hey, kau dengar aku?" Khai mengalihkan pandangan nya. dia tersenyum tipis melihat raut wajah khawatir salah satu adiknya itu.

Daifan yang tidak mendapatkan jawaban, segera membawa Khai ke gendongan bridal nya. Sebelum membawa Khai keluar dari sana, Daifan meminta Carlos untuk menghentikan aksi Adik bungsunya.

Carlos segera menahan tubuh Crish yang hendak menghajar Grissham lagi.

"Crish sudah, ayo kita susul kak Khai,"

"Tidak, aku belum puas, beraninya pria ini menyakiti kakak ku!!" Crish berontak, dia menolak menyudahi aksinya. Carlos akhirnya menggendong Crish ala karung beras, meninggalkan Grissham yang sudah babak belur karena ulah bungsunya.

Sementara Daifan sedang fokus mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit, sambil sesekali matanya melihat Khai yang berada di samping nya.

"Kak bertahanlah, aku mohon jangan tutup matamu,"

Khai kembali membuka matanya, dia menatap Daifan yang juga menatapnya penuh kekhawatiran. Sejujurnya dia ingin mengatakan dia tidak apa-apa, untuk menenangkan nya.

Tapi seluruh tubuhnya terasa sakit dan tidak bisa di gerakkan, bahkan untuk membuka mulut saja sulit. Penyakit itu sudah semakin menyebar ternyata, sekarang nafas Khai juga mulai tidak beraturan.

Daifan semakin mempercepat laju mobilnya, hingga beberapa menit dia sudah sampai di rumah sakit tempat Rio bertugas.

Daifan memarkirkan mobilnya asal, kemudian menggendong Khai masuk kedalam. dia berteriak mencari keberadaan Rio, Sampai dokter muda itu datang..

"Astaga Daifan apa yang terjadi?!"

"Cepatlah tangani kakak ku dulu!"

Ah, Rio segera mengarahkan Daifan untuk membaringkan tubuh Khai di brankar yang tersedia. Dia menyuruh suster untuk memasukkan Khai ke ruangan UGD.

"Daifan, Terapi imunoglobulin itu harus di lakukan sekarang, karena melihat kondisi Khai, dia tidak bisa menunggu lebih lama."

"Lakukanlah Rio, Tolong sembuhkan kakak ku," Rio memegang bahu Daifan yang sedikit bergetar. Dia tersenyum kemudian mengangguk..

"Aku akan berusaha, tapi kau juga jangan lupa berdoa pada Tuhan.." setelah mengatakan itu Rio bergegas masuk ke dalam ruang UGD.

___________________________________
FYI. Terapi imunoglobulin adalah Pemberian imunoglobulin intravena (IVIg). Metode ini mengambil imunoglobulin sehat dari donor, lalu disuntikkan ke pengidap sindrom. Harapannya bisa melawan imunoglobulin nakal yang menyerang saraf pengidapnya.

Terapi ini hanya menghambat gejala, bukan menyembuhkan. Pengobatan Selanjutnya seperti apa? Akan aku jelaskan nanti:)
______________________________________

Daifan mendudukkan dirinya di kursi tunggu, lalu suara derap langkah membuat atensinya teralih. Kedua adiknya sudah sampai.

"Kak bagaimana?" Carlos bertanya mewakili Crish yang sangat kacau. Daifan menggeleng, mereka akhirnya menunggu dengan perasaan tak karuan.

"Hiks.." Carlos dan Daifan menoleh pada Crish yang sedari tadi diam. Oh anak itu menangis. Daifan membawa Crish ke dekapan nya, dia mengelus punggung Crish yang bergetar. Adik bungsu nya kembali menangis, setelah dulu dia menangis saat ibunya tiada.

"Kak Khai akan baik-baik saja," ucap Daifan yakin, dia tidak mengalihkan sedikitpun pandangan dari pintu ruang UGD.

'tolong sembuhkan kakak kami,'

'Kami baru saja mulai menyayangi nya, tolong izinkan kami lebih lama bersamanya tuhan,'

'kenapa harus kak Khai yang selalu menderita hiks..'

Kenapa? Kenapa saat mereka sudah mulai menyayangi Khai, penyakit itu datang dan kembali menyakitinya?
Kenapa tuhan?

Percayalah, Tuhan membiarkan semuanya terjadi karena suatu alasan. dengan begini, mereka tau, bagaimana sifat ayah mereka.

Grissham tidak menyayangi anak-anaknya dengan tulus, Dia tidak menyayangi mereka apa adanya.. ya, setidaknya mereka tau itu sekarang.















Belum seminggu kok udah up?
Kasian Khai nya belum di selamatkan hehe><

~~~~~~~~~~~~~~~~~
To be continued ~

Typo Tandai ~.

Thankyouuuuuuuu 💕

6Juni2023

BROTHER ✓Where stories live. Discover now