•Bab°°14

9.3K 1K 18
                                    

~Happy Reading~
.

.

.

"Oke jadi kita bagi tugas ya, kak Daifan membeli bahan makanan, Crish membeli pakaian, dan aku membeli Handphone dan Laptop."

Kini ke empat saudara itu sedang berdiskusi di ruang tengah, untuk apa saja yang akan mereka beli.

Sebenarnya bisa oleh satu orang saja, namun salah satu dari mereka tidak ada yang mau pergi, katanya sih tidak bisa jauh lama-lama dari Khai:)
Jadilah mereka membagi tugas.

Untuk handphone dan laptop memang mereka harus membelinya lagi, karena yang lama sudah mereka buang. Agar Grissham tidak bisa melacak keberadaan mereka.

Ketiga orang itu mengalihkan tatapan nya pada Khai yang sedari tadi diam, mereka mengernyit, khai seperti sedang melamun.

"Kak sedang memikirkan apa?" Khai tersadar setelah Carlos memegang pelan pundaknya.

"Ah tidak ada, jadi bagaimana, sudah di atur?" Mereka mengangguk, masih menatap Khai bertanya.

"Kak jangan terlalu banyak berpikir ya, utamakan kesehatan mu," Khai tersenyum tipis.

"Tentu, jadi kapan kalian akan pergi belanja?" Lagi, Khai mengalihkan pembicaraan nya. Mereka hanya menghela nafas pelan.

"Jika Rio sudah ada, kemarin aku meminta nya kesini untuk menemani mu," jelas Daifan.

"Tapi aku bisa sendi..."

"Selamat siang semuanya!" Perkataan Khai terpotong oleh sapaan Rio.

"Ah karena dokter Rio sudah ada, kami akan pergi sekarang." Mereka bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah Rio, yang masih berdiam di depan pintu.

Crish mendekati Rio dan membisikkan sesuatu.

"Jangan macam-macam dengan kakaku!" Rio terkekeh geli, siapa juga yang macam-macam. Khai itu sahabatnya. Dan lagi..

"Aku masih normal!"

Crish mengangkat bahunya acuh.

"Wajah kak Khai manis, jadi siapa tau kau jadi belok karenanya!" Setelah mengatakan itu dengan pelan, Crish menyusul kedua kakak nya yang lain, yang sudah keluar apartemen.

Rio melongo mendengar ucapan Crish, anak itu sudah mengerti soal begituan. Ck dasar anak jaman sekarang.

Rio mendudukkan dirinya di sofa, matanya menatap Khai yang kembali melamun. Dia menepuk pelan pundak khai, membuat sang empu tersadar.

"Kau ini kenapa? Jangan terlalu banyak pikiran Khai," Khai hanya mengangguk saja, lalu kembali diam.

Rio mengeluarkan laptop yang di bawanya, ya karena di minta untuk menemai khai disini, dia jadi harus membawa pekerjaan nya kemari. Sekedar info, Rio itu seorang dokter sekaligus pemilik salah satu rumah sakit besar di Negara ini.

Khai terus memperhatikan Rio yang berkutat dengan laptop nya. Sampai otak yang sedari tadi berpikir itu mendapatkan ide!.

Khai tersenyum senang, sedari tadi dia sedang berpikir, bagaimana caranya mendapatkan uang saat kondisi nya belum pulih. Dan berkat melihat Rio dengan laptopnya, Khai jadi terpikir sesuatu.

"Rio boleh aku pinjam laptop nya?" Rio menghentikan aktivitas nya dan menatap Khai yang menatap nya berharap. Dia tersenyum penuh arti ketika otaknya pandai memanfaatkan situasi.

"Boleh, tapi dengan satu syarat!"

Khai mendengus, kenapa harus ada syarat nya segala sih.

"Apa?" Tanya nya malas

"Panggil aku kakak!" Khai menatap tak percaya orang di depan nya ini.

"Tidak mau," Rio mengangkat bahunya, kemudian kembali berkutat dengan laptopnya. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Khai menghela nafasnya.

"Baiklah, kak Rio pinjamkan aku laptopnya.." Rio menatap Khai kembali, dia membeku ketika melihat tatapan memohon Sahabat kecil nya itu.

"Ck malah diam, sini!" Khai merebut laptop dari pangkuan Rio, sedangkan empunya masih menatap Khai lamat.

Khai tidak peduli, dia segera melancarkan aksinya. Otak pintar Khai Ayhner bekerja sekarang. Hingga Khai tersenyum puas, ketika kemampuan hacker nya berhasil mengambil harta sebuah perusahaan, sebanyak..

Ting

"50 milyar yess!" Serunya senang membuyarkan lamunan Rio. Rio linglung, apa yang 50 milyar?, Dia menatap Khai yang tersenyum senang melihat laptop nya.

"Apa yang kau lakukan Khai?" Khai mengembalikan laptop itu pada Rio, dia tersenyum manis membuat Rio lagi-lagi terpana.

"Kak Rio, nanti tolong buatkan aku dan ketiga adikku rekening ya. Dan lagi, uang 50 milyar di rekening mu itu milik kami, jadi jangan kau ambil. Mengerti?" Ucapnya panjang lebar.

"Ah iya, tapi dari mana uang sebanyak itu?"

"Dari ayah, " Rio terkejut mendengar itu, apa Grissham masih bertanggung jawab atas anak-anak nya?

"Ck hentikan pemikiran mu, maksudnya aku mengambil dari ayah secara diam-diam," seolah tau pemikiran Rio, Khai lebih dulu menjelaskan membuat Rio terkejut lagi.

"Kau membobol perusahaan nya?"

"Hmm, anggap saja itu nafkah terakhir yang di berikan dia untuk kami," Rio mengangguk setuju, dia tidak marah. Toh yang di ambil juga uang ayah mereka, Tapi dia terkejut dengan kemampuan Khai.

"Dan apa kak Rio tau sekolah dan universitas yang bagus disini?"

"Tau, mau aku daftarkan kalian?"

"Serius?"

"Tentu, setelah dari sini aku akan mendaftarkan kalian."

"Terimakasih kak!" Lagi-lagi Rio terdiam, ketika Khai tiba-tiba memeluknya. Tidak lama, karena Khai segera melepas pelukan itu. Khai tersadar apa yang dia lakukan barusan.

'jiwa kekanakan ku kembali ck'

Rio terkekeh melihat wajah canggung Khai, dia mengelus rambut Khai lembut.

"Khai,, tidak perlu canggung. Kau bisa menganggap ku sebagai kakak mu, karena aku juga sudah menganggap mu seperti adikku Khai,"

Khai menatap Rio lamat, apa iya dia bisa menganggap Rio sebagai kakak nya?. Khai akan menilai dulu, seberapa pantas Rio mendapatkan kepercayaan nya.

"Hmm, kita lihat nanti,"

"Tapi Khai, bagaimana jika tuan Grissham tau kau membobol perusahaan nya?" Tanya Rio setelah beberapa menit hening.

"Tidak akan, jangan kau ragukan kemampuan ku," jawab Khai acuh, dia bahkan sudah menyenderkan kepalanya di sofa dan memejamkan matanya.

Tak lama dengkuran halus terdengar, Rio tersenyum tipis dan mengangkat tubuh ringan Khai menuju kamar nya.

"Sleep well Khai.."

Cup

Setelah mengecup kening khai, Rio keluar kamar meninggalkan Khai yang tertidur dengan nyenyaknya.

















~~~~~~~~~~~~~~~~~~
To be continued ~

Typo Tandai ~

Thankyouuuuuuuu 💕

7Juni2023

BROTHER ✓Where stories live. Discover now