•Bab°°21

7.6K 977 25
                                    

~Happy Reading~
.

.

.

"Mas, apa kamu juga ngerasain apa yang aku rasain, Khai seperti putra kita.."

"Begitu banyak kesamaan diantara mereka," Ayhner terdiam mendengar penuturan istrinya, memang benar, persamaan di antara mereka begitu kentara.

Kini Ayhner dan Naomi sedang memperhatikan Khai yang tengah menikmati hujan petir di luar mansionnya.

Ya, Khai sedang bermain ke mansion ini, dan begitu hujan petir muncul, dia langsung saja berlari untuk bermain di bawahnya.

Tak banyak yang menyukai petir, apa sebuah kebetulan jika Khai yang mereka kenal sekarang, menyukai hal yang sama dengan putra mereka. Mereka mengetahui fakta itu dari buku diary Khai tentunya.

"Mas ayo suruh Khai berhenti, aku takut dia sakit," Ayhner segera menghampiri Khai dengan payung di genggamannya.

"Khai sudah, nanti kau bisa sakit,"

"Tidak Daddy, aku masih ingin bermain,"

'JDERR

"hahah petir nya semakin banyak Daddy.." seru Khai senang, Ayhner yang khawatir segera menggendong anak itu masuk. Dia bahkan melempar asal payung yang di bawanya.

"Tidak mau Daddy, Khai masih ingin bermain,"

Plak

"Diamlah Khai nanti kau jatuh!"
Khai Langsung diam ketika Ayhner menepuk pantatnya, dia memberengut kesal.

Ayhner membawa Khai menuju kamar anaknya, disana Naomi segera menggantikan baju Khai.

"Nah sudah, Khai sudah hangat kan sekarang?" Khai hanya mengangguk tanpa mau menjawab. Dia masih kesal karena di suruh berhenti main dengan hujan petir.

Naomi dan Ayhner saling tatap kemudian mereka mengangguk, keduanya mendudukkan diri di sisi kiri kanan Khai.

"Khai, boleh kami tanya sesuatu?" Khai lagi-lagi mengangguk menjawab pertanyaan Naomi.

"Apa Khai suka nasi goreng?"

"Hmm"

"Apa Khai sangat suka petir"

"Hmm"

"Apa Khai.." mereka terus bertanya mengenai kesukaan dan ketidaksukaan putra mereka pada Khai. Sampai satu pertanyaan terakhir membuat mereka semua terdiam.

"Apa khai, Khai Ayhner?"

"Hmm" Khai langsung terdiam begitu menyadari pertanyaan nya. Dia menatap kedua orang tuanya bergantian.

"Khai kau benar Khai Ayhner putra Daddy dan mommy?" Naomi menatap Khai berharap.

"Khai jika benar, tolong jujur pada kami nak,"

Khai menghela nafasnya, mungkin memang sekarang saatnya.

"Iya, aku Khai Ayhner putra kalian yang sudah dinyatakan meninggal, dan apa kalian percaya, jika aku mengalami perpindahan jiwa selama ini?"

Grep

"Kami percaya, Khai sungguh perasaan kami sebagai orang tua tidak bisa di bohongi. Daddy senang kamu masih hidup," Khai membalas pelukan mereka. Hah, pada akhirnya dia tetap akan membuka fakta besar ini.

"Khai mau kan tinggal disini lagi? Kami janji akan memperhatikan Khai selalu, tidak seperti dulu..."

Khai diam sejenak dan menggeleng.

"Maaf mommy, tapi sekarang Khai mempunyai tanggung jawab sebagai seorang kakak, Khai tidak mungkin meninggalkan mereka," Naomi dan Ayhner saling tatap. Mereka menghela nafasnya pasrah, mereka tidak mungkin memaksa Khai kan.

Sore harinya Khai di jemput ketiga adiknya. Sebenarnya mereka ingin ikut Khai bermain kesini tadi, tapi tidak bisa. karena Carlos dan Crish yang tidak libur sekolah, serta Daifan yang sedang mengurus perusahaan rintisan nya.

Daifan memutuskan untuk mulai membangun perusahaan nya sendiri dari sekarang. Agar nanti saat lulus kuliah, dia akan langsung menjadi seorang big boss:)

"Kami pamit dulu, Om Tante," ucap Daifan sopan.

"Hati-hati ya,"

"Daddy, mommy, sampai jumpa lagi,"

"Sampai jumpa lagi Khai,"

"Sudah ayo kak," Crish menarik tangan Khai meninggalkan area mansion itu. Dia masih belum suka jika kakak nya lebih dekat dengan orang lain.

"Pelan-pelan Crish!" Crish memelan kan langkahnya mendengar peringat dari Daifan. Ah dia lupa jika langkah Khai memang lebih kecil darinya, sehingga Khai sedikit terseret barusan.

"Maaf kak," Khai mengelus rambut Crish sayang.

"Tidak apa,"

Ayhner dan Naomi memandang kepergian mereka dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Mas aku menginginkan putra ku."

"Tenang sayang, dia akan kembali pada kita," Ayhner tersenyum miring, ya dia harus mendapatkan kembali putranya.

.

.

.

.

Malam harinya Khai kembali berkutat dengan komputer di kamarnya, dia tengah menyelesaikan pekerjaannya. Sekitar 30 menit setelah nya dia meregangkan tubuhnya. Hah, pekerjaan ini tidak capek, hanya saja membuat tubuhnya sangat pegal.

Khai bangkit dari kursi dan mengambil ponsel yang di simpan di atas nakas sisi tempat tidur. Niatnya ingin menonton animasi kesukaan nya dulu, sebagai hiburan dikala penat melanda otak mungil nya:)

Tapi sebuah notifikasi membuat Khai tersenyum.

"Besok hari kasih sayang, jika aku memberi mereka hadiah, mereka pasti akan suka kan?" Khai bergumam dengan senyum di wajahnya. Dia tidak pernah membahagiakan adik-adik nya itu, mungkin sekarang saatnya dia sedikit membahagiakan mereka.

Khai membuka aplikasi kontak dan menghubungi nomor seseorang.

"Halo, om Willi bisa kemari kan?"

"...."

"Hmm baiklah aku tunggu,"

Tut

Khai kemudian mengambil jaket di lemarinya dan kunci mobil yang akan di bawa William nantinya, karena dia malas menyetir.

"Loh kak mau kemana malam-malam gini?" Tanya Crish yang melihat Khai keluar dari kamar dengan pakaian siap untuk pergi.

"Aku ada urusan, kalian di rumah baik-baik ya,"

"Mau aku antar?" Tawar Daifan yang di balas gelengan oleh Khai

"Aku pergi bersama William, sudah ya, aku pergi," mereka hanya berdehem, dan kembali dengan kesibukan masing-masing.

Tidak lama dari kepergian Khai, ada yang menekan bel apartemen mereka.

"Kak Khai sudah pulang lagi? Cepat sekali,"

"Coba cek dulu," Carlos bangkit untuk membuka pintu, saat pintu terbuka, Carlos mengerutkan keningnya heran, untuk apa kedua orang ini kemari pikirnya.

"Om Ayhner dan Tante Naomi ada apa kemari?"

"Ada yang ingin kami bicarakan,"

"Soal Khai.."














































~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
To be continued ~

Typo Tandai ~

Thankyouuuuuuuu 💕

11Juni2023

BROTHER ✓Where stories live. Discover now