•Bab°°19

8K 996 13
                                    

~Happy Reading~
.

.

.

"Dari mana?"

Tanya dingin Rio membuat Khai menghembuskan nafas lelah, matanya melirik ketiga adiknya yang bersedekap dada menatap sama dinginnya.

"Jawab kak!, Tadi kami melihat kau di antar seseorang, Siapa dia?" Kini Carlos yang bersuara, dia sedikit membentak Khai.

Memang saat mereka hendak mencarinya. Mereka malah melihat Khai turun dari mobil seseorang di bawah, karena ingin mengintrogasi Khai, mereka memutuskan untuk kembali masuk ke apartemen itu.

Khai menghela nafas nya lagi, dia sudah sangat lelah dan malas membuka suara. Khai melangkahkan kakinya bermaksud untuk duduk di sofa. Tapi baru satu langkah kaki nya lemas, Khai akan jatuh jika saja Rio tidak menangkapnya.

Tatapan penuh intimidasi itu, berubah khawatir saat melihat kondisi Khai. Rio menggendong Khai menuju kamarnya, Diikuti yang lain di belakang.

Mereka memandang sendu Khai yang memejamkan matanya. bukan tidur, Khai seperti sedang menahan sakit, terlihat dari keningnya yang berkerut. Crish duduk di sisi ranjang, dia menggenggam tangan Khai yang berkeringat.

"Kak jangan di tahan, jika sakit beritahu kami.."

"Sakit.." lirih Khai sedikit meringis, sekujur tubuhnya sakit lagi sekarang. Daifan berlari menyusul Rio yang sedang mengambil peralatan medisnya di dalam mobil.

Carlos gelisah, dia bingung mau berbuat apa, dia jadi merasa bersalah karena sudah membentak Khai tadi.

Tidak lama Daifan dan Rio datang dengan peralatan medis. Rio segera memasang infus dan menyuntikan obat pereda nyeri. Dia juga memasang masker oksigen ketika melihat nafas Khai yang memburu.

Beberapa menit berlalu, nafas Khai sudah normal, kening nya juga tidak berkerut lagi. bahkan sekarang, sepertinya Khai sudah masuk ke alam mimpinya. Mereka menghela nafas lega.

"Khai terlalu kelelahan, bukan cuma fisik, pikiran nya juga. Apa kalian tau akhir-akhir ini Khai sedang memikirkan apa?" Mereka menggeleng membuat Rio menghela nafasnya. Khai memang tidak akan dengan muda memberi tahu mereka soal masalahnya.

"Penyakit ini tidak bisa di prediksi kapan akan sembuh atau semakin parah, jadi sebisa mungkin. Kita harus menghindari Khai dari aktivitas melelahkan dan jangan sampai dia banyak pikiran." Mereka mengangguk mengerti.

"Dan soal tadi, tidak perlu di tanyakan lagi. Aku takut itu akan membebaninya, Khai pasti akan cerita jika kita berhak tau soal apa yang dia lakukan,"

"Hmm, tapi aku akan tetap mengawasi nya. Aku tidak mau kakak ku terjerat sesuatu yang tidak baik," Crish menatap Carlos tidak mengerti. Maksudnya apa?

"Maksud kak Carlos apa? Kak Khai terjerat sesuatu yang tidak baik?" Crish melepas genggaman nya dan menghampiri Carlos yang terdiam.

"Aku takut kak Khai terjerumus dunia malam.."

'Bugh

Carlos tersungkur ke lantai, setelah Crish memukul wajahnya.

"Kakak ku tidak serendah itu!!, Pikiran mu yang terlalu rendahan kak!"

Rio menyeret Carlos keluar dari kamar, dia juga terkejut dengan apa yang di ucapkan pemuda itu.

'Brukh

"Kotor sekali pikiran mu itu ya.." ucap Rio setelah menghempas Carlos ke sofa. Carlos tidak melawan, karena dia juga merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa pemikiran itu ada di otaknya.

BROTHER ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang