•Bab°°24

7.1K 1K 42
                                    

~Happy Reading~
.

.

.

Khai menetralkan nafas nya, setelah ia berlari sejauh mungkin dari kediaman pria gila yang di temui nya di taman tadi.

FLASHBACK ON

"Ayo ikut Om.." Khai masih memperhatikan orang di depan nya ini, ia mencoba mengingat siapa dia. Kenapa dia kenal dengan tubuh ini?

Ah, ingatan itu akhirnya muncul, dia ini mantan dokter khai Grissham sewaktu kecil, Dia juga ayah dari dokter Rio. Khai akhirnya mengangguk karena merasa orang ini baik, sama seperti anaknya.

Orang itu segera menuntun Khai menuju mobilnya, dia bahkan meninggalkan mobil yang di bawa Khai. Khai yang sudah tak peduli hanya menurut.

Sampai mereka tiba di kediaman Damian, mansion besar yang ukuran nya lebih besar dari mansion Grissham dan Ayhner.

Damian menggendong Khai yang tertidur masuk kedalam, dia langsung membawa Khai menuju kamar putra satu-satunya. Di baringkan nya Khai dengan sangat hati-hati. Kemudian dia memperhatikan wajah dan tubuh Khai dengan sangat intens.

"Sempurna!" Seru nya dengan senyum penuh arti, dia mendudukan dirinya di sisi Khai, dan mulai mengelus rambut pemuda yang terlelap itu. Sampai elusan nya menjalar ke hampir seluruh bagian tubuh Khai.

Khai menegang, dia memang sudah terbangun sejak orang itu mengelus rambutnya, karena memang tidurnya belum nyenyak. Namun ia berpikir lebih baik pura-pura tidur untuk mengetahui apa yang di lakukan pria paruh baya ini.

"Tapi Kau lebih cocok untuk putra ku,"

Oh Khai mengumpat dalam hati, dia sudah tidak sepolos itu untuk tidak mengerti maksud pria ini. Berkat ajaran Crish tentunya.

"Tidurlah, putra ku pasti senang mendapatkan dirimu,"

Cup

Setelah mengecup bibir khai Damian pergi meninggalkan kamar milik putra nya itu. Selepas kepergian Damian khai mendudukkan dirinya dengan nafas memburu.

"Shit!! Semua orang gila!!" Khai segera bangkit dari ranjang dan memeriksa tubuhnya.

"Yah, setidaknya ini tubuhmu khai Grissham. Tapi aku tidak ingin merasakan itu lagi," oke Khai bertekad untuk keluar dari sini, bersama orang seperti Damian pasti akan membuat nya gila. Meskipun nantinya dia akan bertemu Rio, tetap saja Khai tidak mau disini lebih lama.

Khai menatap balkon kamar ini, dia segera menghampiri nya dan dia tersenyum miring, balkon ini dekat dengan pintu keluar. Dan lagi, tidak ada penjaga. Mungkin karena ini tengah malam.

"Mungkin ini akan sedikit sakit, tapi lebih baik daripada bersama orang itu," Khai menaiki pembatas balkon, dia menggantungkan tubuhnya, dan bersiap menjatuhkan diri.

'Brukh

"Yaa lumayan shh," Khai bangkit dengan sedikit kesusahan, kaki nya lumayan sakit. Tanpa menunggu sakit nya reda dia segera berlari keluar dari mansion dengan penjagaan tidak ketat ini.

FLASHBACK OFF

Khai tidak habis pikir, dia kira Damian akan sebaik Rio. Tapi ternyata dia salah.

Khai melanjutkan langkah nya dengan pelan, kakinya semakin sakit. Dia bertujuan kembali ke taman dekat kampus, untuk mengambil mobil dan juga harta nya yang tertinggal disana. Maksudnya harta adalah ponsel dan dompet yang berisi kartu kredit nya.

Setelah hampir 30 menit Khai sampai, dia bersyukur mobilnya masih ada, Khai segera masuk ke dalam mobil. Dia menetralkan sejenak rasa lelahnya, dia juga sangat mengantuk sekarang. Hingga tak terasa Khai terlelap dalam tidur nyenyaknya.

Tanpa khai ketahui, sedari tadi ada seseorang yang memperhatikan nya dari kejauhan.

.

.

.

ceklek

"Nah ini hadiah dari Papa," Rio masuk ke dalam kamarnya untuk melihat apa yang di maksud papa nya.

"Apa? Tidak ada apa-apa?" Heran Rio, karena kamarnya normal, tidak ada hal baru. Damian mengeraskan rahang nya.

"Dia Berani kabur ternyata!!" Rio yang mendengar itu menatap penuh intimidasi pada Damian.

"Siapa dia?"

"Pemuda manis yang papa siapkan untuk dirimu,"

Rio menghembuskan nafasnya kasar, selalu seperti ini pikirnya. Papa nya itu tidak pernah berubah, sejak ibunya mengkhianati dan meninggalkan mereka.

Damian menjadi anti wanita, bahkan untuk soal asmara Rio, Damian meminta anaknya untuk bersama pria. Rio pikir Papa nya itu harus di bawa ke psikolog, tapi Damian selalu menolak dengan berdalih dia masih waras.

"Pa, berhentilah untuk membawa pria ke rumah ini, apalagi jika kau membawanya secara paksa, itu tindak kriminal pa," Rio mencoba memberi pengertian.

"Papa tidak peduli, papa menyukai pemuda itu. Dia sangat manis, cocok dengan mu Rio, jadi Papa akan mendapatkan nya untukmu," Damian pergi meninggalkan Rio yang menatapnya sendu.

"Kenapa Mama harus pergi, Papa jadi seperti ini karena Mama!!"

Prang'!

"Arghh.."

"Dimana kau Khai.."

Pikiran Rio berkecamuk, di satu sisi dia stress memikirkan Papanya. Tapi di sisi lain dia juga mengkhawatirkan adik kesayangan nya.

Sama hal nya dengan Rio, ketiga bersaudara juga tengah memikirkan bagaimana dan dimana kakak nya saat ini.

"Perasaan ku tidak enak.."

"Ya tuhan tolong jaga dia," Gumam Carlos sebelum rasa ngantuk membuatnya terlelap.

Berbeda dengan Daifan, Dia saat ini sedang berkutat dengan laptopnya untuk mencari info tentang keberadaan kakak nya itu. Ya setidaknya dia akan terus berusaha mencarinya.

Daifan menghembuskan nafasnya kasar, dia tidak menemukan petunjuk apapun.

"Dimana kau khai, Tolong kembalilah.."

Daifan menutup matanya, berdoa agar khai bisa segera mereka temukan.

"Kak," Daifan membuka kembali matanya, di lihatnya Crish tengah menatapnya dengan mata sembab.

"Kenapa?"

"Aku tidak bisa tidur, aku terus memikirkan nya kak," Daifan berdiri dari duduknya. Dia membawa Crish kepelukannya, Crish kembali terisak di pelukan Daifan.

'Belum sehari kau pergi, kami sudah seperti ini..'












Alasan gak komen kenapa?
Males~
Ceritanya gak menarik~
Bingung mau komen apa~

Fyi komenan kalian tuh buat aku semangat buat lanjutin ceritanya><

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
To be continued ~

Typo Tandai ~

Thankyouuuuuuuu 💕

12Juni2023

BROTHER ✓Where stories live. Discover now