3 || Monster

352K 20.2K 2.1K
                                    

Siapa yang tadinya ngira Asya bakal pendiem dan kalem? Kalian kena tipu karena Asya bocah kematian😍


****


Kak Alga
Mulai sekarang anggap kita gak saling kenal di sekolah. Jangan pernah sapa gue lagi.

Darren menatap bingung cewek di sebelahnya, padahal tadi gadis itu begitu cerewet. Tapi kini wajahnya kaku dan memasang ekspresi shock. Namun semuanya hanya berlangsung sesaat, karena setelah itu Asya memekik girang.

"UWAH! KEREN! BISA NGOBROL LEWAT TULISAN!" kedua matanya menatap kagum ponsel miliknya, benda yang baru saja tadi pagi dia dapatkan.

Setelah perdebatan kecil semalam soal TV yang akan Alga hancurkan, pagi harinya Asya menemukan ponsel ini di tempat tidurnya. Lengkap dengan case warna favoritnya. Entah kapan Alga membelinya. Padahal selama ini Asya tidak diizinkan memiliki sebuah ponsel oleh orang tuanya.

"Darren liat! Ternyata hape emang beneran canggih!" seru Asya. "Gak perlu tatap muka bisa kirim tulisan!"

"Apasih, bocah gila," umpat Darren menjauh dari Asya. Takut tertular.

Asya tidak memperdulikan tanggapan Darren, gadis itu duduk bersila di lantai lapangan lalu meletakan ponselnya di sana. Asya menggerakkan dua telunjuknya untuk mengetik sambil sedikit menyipitkan mata.

"Hurufnya gak sesuai abjad," keluh Asya kesulitan. "A mana A, K mana K, nah ini dia."

Darren membuka lebar mulutnya melihat kelakuan gadis itu. "Lo ngapain anjir?!"

"Darren diem, aku lagi fokus."

Asya kembali mengetik dengan serius dan sepenuh hati. Pokoknya dia harus menjawab pesan pertama dari Alga dengan baik agar kakaknya itu tidak menyesal memberikan Asya ponsel ini.

"Bro," suara seorang laki-laki terdengar dari belakang. Aji dan Ethan berdiri sambil menatap Darren.

"Lo di panggil ke ruang OSIS, buruan ke sana," ucap Aji dengan gaya sengak. Dua laki-laki tinggi itu memiliki aura kuat dan lumayan mengintimidasi.

Asya menoleh, matanya langsung berbinar-binar melihat dua pria itu. Saat Asya mendekat, Aji dan Ethan refleks memundurkan kepala.

"WAH! KALIAN GANTENG!" ucap Asya girang.

"Gue juga ganteng. Kenapa reaksi lo gak kaya gini liat gue tadi?!" seru Darren tidak terima.

"Darren mukanya kaya playboy," ucap Asya. "Maaf kalau bener."

"Ish, anjing banget ini cewek," umpat Darren untuk kesekian kalinya. "Gue tinggal, rasain lo di hukum sendirian!" kesal Darren lalu melangkah pergi hingga hanya tersisa Ethan dan Aji.

Dua pria itu tiba-tiba membelakangi Asya sambil saling merangkul dan mulai berbisik. "Cewek yang kaya gini kalau di bawa ke ranjang boleh juga gak sih? Jarang-jarang gue nemuin yang masih polos begini mukanya," bisik Aji.

Ethan melirik Asya sekilas lalu menjawab. "Lumayan."

Aji lalu menyeringai. "Oke, kalau gitu deketin pelan-pelan aja biar gak shock."

Aji melepaskan rangkulannya lalu mendekati gadis itu. "Nama lo Asya kan? Yang tadi telat di aula?" tanya Aji sambil mengulurkan tangannya. "Kenalin gue Aji Pangestu. Kelas 12 IPS 3."

"Aku Asyakilla Vegas. Anaknya Mama Berlin, tapi Mama bukan dari Berlin, dia asli Vegas," jawab Asya membalas uluran tangan Aji.

"Berlin bukannya mantan kepala sekolah kita yang meninggal lima bulan lalu, nyet?" bisik Aji pada Ethan.

ALGASYA ; STEP BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang