26 || Khawatir

198K 14.4K 7.9K
                                    

------

"Gisella, kamar kamu kaya tai ya," puji Asya begitu memasuki kamar serba kuning milik Gisella.

Mulai dari tembok, pernak-pernik, bahkan seprai. Beberapa boneka bebek dan benda kuning lainnya turut menghiasi ruangan itu. Begitu cerah. Sangat kontras dengan kepribadian Gisella.

"Tunggu bentar. Gue ganti baju terus kita langsung gas," ucap Gisella sambil mengobrak-abrik isi lemarinya.

Asya sedikit mengerutkan dahi. "Gas? Kemana? Ngapain?"

"Jangan banyak tanya," sahut Gisella. "Sini. Lo juga ganti baju. Kita gak mungkin datang ke sana pakai seragam."

Gisella menarik Asya. Mengajak gadis itu berganti pakaian, sementara Asya hanya mengikutinya saja meski tau jika sekarang ia akan menghadapi kegilaan Gisella.

"Sella, kamu ngapain?"

Gisella berjalan mengendap-endap, mengintip ke luar kamar lalu kembali masuk dan langsung menyeret Asya menuju garasi. "Mumpung Ayah gue gak ada. Kita naik mobilnya. Gue curi sebentar aja."

"Curi?" ulang Asya. "Beli mobil lain aja. Nanti aku yang bayar."

"Sinting. Cuma pergi dua jam buat apa mobil baru?" Gisella membukakan pintu untuk Asya. "Ayo masuk. Gue buru-buru banget."

"Kemana?"

Gisella memandangnya. "Nyusul Darren di club."

****

Ini kali kedua Asya datang ke tempat ini. Kedua matanya menjelajah, memperhatikan tiap sudut tempat lalu berhenti pada seseorang, lebih tepatnya pada yang gelas yang ia pegang. Asya langsung merinding. Ia tidak akan pernah mencicipi minuman itu lagi.

"Itu minuman setan, bikin aku cium Kak Alga," gadis itu bergidik. Ia jadi membenci alkohol.

Asya menggandeng Gisella. Mengikuti Gisella mencari Darren dan akhirnya menemukannya. Cowok itu sedang merokok bersama teman-temannya di sudut ruangan.

"LO NGAPAIN KE SINI?" Darren melotot melihat Gisella, ia lalu memandang Asya. "INI BOCIL, KENAPA DI BAWA?!"

"Santai kali," sahut Gisella. "Lo bilang lo di sini. Jadi gue ke sini buat ngomong."

"Bisa di rumah kan? Rumah kita sebrangan Sella. Gue gak akan kemana-mana," suara Darren melembut. "Jangan di biasain bertindak asal-asalan kaya gini. Apalagi sampe libatin orang lain."

"Darren, gue putus."

Darren menaikan alisnya. "Tumben? Biasanya sebulanan baru putus?"

Gisella berdecak. "Hafal banget."

"Dari dulu lo begitu. Selalu pacaran dan selalu putus. Pacaran lagi, terus putus lagi. Gimana mungkin gue gak hafal?"

"Mantan lo gak terhitung. Gue juga inget totalnya kalau lo minta sebut--"

Suara Darren langsung hilang saat mendengar Gisella berbicara lantang.

"Gue udah putus. Jadi kapan ciumannya?"

Suara Gisella keras. Teman-teman Darren melirik mereka menggoda. Asya hanya cengar-cengir melambai kecil pada teman-teman Darren yang kadang menyapanya.

ALGASYA ; STEP BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang