12 || Ruang OSIS

309K 18.5K 2.9K
                                    


Ada yang nungguin gak?!

****

"SELAMAT KAK AL TERNYATA PUNYA PACAR!" seruan heboh Asya menyambut Alga begitu laki-laki itu membuka pintu Ruang OSIS.

Suara Alga di lapangan tadi rupanya masih bisa Asya dengar, gadis dengan rambut terikat dua itu tersenyum cerah pada Alga.

Alga menaikan alis karena melihat Asya yang sangat antusias. "Kenapa seneng?"

"Kata Mama sama Papa dulu Kak Al gak pernah suka sama cewek. Aku takut Kak Al homo kaya Darren," ucap Asya jujur. "Tapi Darren gak homo banget, dia kucing seksual. Padahal ada Gisella depan matanya."

"Emang lo tau siapa cewek yang gue maksud?"

"Enggak," Asya menggeleng. "Yang penting udah jelas perempuan. Itu udah cukup buat aku."

"Gak cemburu?" tanya Alga lebih menuntut.

Asya lagi-lagi menggeleng. "Emangnya harus? Calon pacar aku kan Kak Aji sama Kak Ethan. Bukan Kak Alga."

Ekspresi Alga meredup, ia bertanya datar kemudian. "Lo tau kan harus izin gue dulu sebelum mutusin mau pacaran sama siapa?"

"Tau. Nanti aku izin, soalnya sekarang belum keliatan bakal jadian," ucap Asya, gadis itu menggaruk dahinya bingung. "Aneh ya, hari ini aku nggak liat Kak Aji sama Kak Ethan. Padahal biasanya selalu ada di mana-mana."

"Kenapa harus mereka berdua?" tanya Alga lagi.

"Karena mereka deket sama Kak Alga. Aku waktu itu liat kalian makan di kantin," Asya berucap bangga. "Kalau udah deket sama Kak Alga, udah pasti mereka orang baik."

"Gue udah bilang, lo bukan polos tapi lo cuma nggak tau. Tanya gue dulu, jangan asal nyimpulin apa yang lo liat pake mata lo," ucap Alga dingin.

Alga menghela nafas kecil, tidak biasa bersikap lembut membuatnya lagi-lagi mengintimidasi gadisnya. "Gue nggak marah, gue cuma ngasih saran," sambungnya langsung.

"Aku tau, Kak Alga emang kaya monster. Banyak yang bilang gitu."

"Lo juga?" tanya Alga.

Asya menggeleng. "Nggak. di mata aku Kak Alga kaya pangeran di dunia dongeng. Keliatan keras dan dingin padahal dalamnya hangat," gadis itu tersenyum. "Buktinya Kak Alga masih mau nampung aku meskipun kita nggak punya hubungan darah."

Mendengar itu entah mengapa membuat rasa berat dan jengkel Alga sejak pagi langsung menguap.

"Jangan terlalu anggap gue baik, Sya," tangan Alga terulur untuk merapikan anak rambut Asya, gadis ini berkeringat karena membersihkan aula besar tadi sendirian. "Mungkin aja di masa depan lo bisa benci gue setelah tau apa yang udah gue lakuin ke lo."

"Sekarang Kak Al satu-satunya yang aku punya. Maaf kalau aku bakal ngerepotin. Tapi Kakak tenang aja, secepatnya aku akan dewasa dan hidup sendiri tanpa nyusahin Kak Al," ucap Asya. "Aku udah bisa mandiri, jadi nggak lama lagi Kak Al bakal kehilangan salah satu beban dari aku."

Gadis itu tersenyum manis. Tanpa tau jika ucapannya membuat rasa khawatir merambat di dada Alga. Apa ia punya cara untuk membiarkan Asya menetap di sisinya selamanya?

"Kalau gue beneran punya pacar, lo nggak takut?" tanya Alga. "Gimana kalau gue pilih pacar gue dan ninggalin lo sendirian?"

Asya menjawab cepat dan tanpa ragu. "Aku tetap bahagia. Kak Alga bahagia pasti aku juga bahagia. Jadi Kak Alga jangan ragu-ragu, Kak Alga boleh pergi kemana aja, aku akan selalu di tempat untuk nunggu Kakak sesekali jenguk aku."

"Kalau lo bahagia kenapa ngomongnya dengan mata berkaca-kaca, hm?"  tanya Alga lembut.

Alga menatap lekat wajah Asya, akhirnya gadis itu menunduk. "Jangan nangis. Siapa yang mau ninggalin lo? Gue juga cuma punya lo, nggak mungkin gue buang lo gitu aja, Sya."

ALGASYA ; STEP BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang