18 || Rokok

246K 16.1K 6.5K
                                    


Siapa yang nungguin? Absen dulu di sini biar aku hafal!

Bab Ini panjang buat maaf karena lama🖤

*****

"Tidur sama gue," ajak Alga pada Asya dengan berat.

Asya masih mematung karena ucapan Alga tadi yang sangat mengejutkan. Asya menghitung semua mimpinya tanpa terkecuali. Jadi artinya, masih banyak yang Alga lakukan padanya tanpa diketahui siapapun.

"Di ... sini?" Asya bercicit gugup. Kenapa Alga terus mendekatinya? Asya mulai sesak karena terus menahan nafas tanpa sadar.

"Mau di kamar gue?" tawar Alga dan Asya menggeleng cepat. "Berarti di sini aja," putusnya.

Padahal dulu jangankan untuk masuk ke kamar Alga, melihat batang hidungnya saja sangat sulit. Asya sampai menganggap kamar Alga adalah batas suci, satu-satunya ruangan yang tidak bisa ia masuki dengan bebas.

"Tidur?" tanya Asya ulang.

"Hm, tidur," jawab Alga tanpa menghapus jarak mereka.

"Kak Al," panggil Asya dengan raut tegang, ia menyentuh kecil dada bidang Alga dengan telunjuknya. "Kok nggak mundur?"

"Gue mau lebih dari ini," Alga semakin memepetkan Asya ke pintu. Dalam posisi ini Asya bisa merasakan tatapan elang Alga yang seperti akan menelannya hidup-hidup.

"Kak Alga mau apa?" Asya panik luar biasa.

Alga tidak menjawab, ia semakin menunduk hingga keningnya menyentuh puncak kepala Asya, berdiam sebentar di sana. Setelah itu kepala Alga makin turun sampai akhirnya ia berhenti di pundak Asya, bersandar di sana sambil menghirup dalam-dalam aroma manis Asya yang biasanya hanya bisa ia lakukan diam-diam saat gadis itu tertidur.

Alga merasa puas dan tenang. Rasanya berbeda saat melakukannya terang-terangan seperti ini. Tubuh tegang Asya dan nafas tidak beraturannya kini membuatnya geli. Ketakutan, heh?

"Kak," panggil Asya saat merasakan gelenyar aneh ketika bibir Alga menempel di kulit lehernya. Lembut. Alga mengecupnya penuh sayang.

"KAK AL!"

Alga terkekeh, suaranya sangat jelas di telinga Asya. Laki-laki itu hanya menggodanya karena setelah itu ia malah mendekap tubuh Asya erat. Salah satu tangannya membungkus kepala Asya agar bersandar di dadanya.

"Gak usah pergi," pinta Alga. "Sama gue aja di sini."

Asya akhirnya mengangguk. "Aku nggak pergi. Nanti aku bilang Gisella jangan jemput aku."

"Good girl," bisik Alga sebelum menggendong Asya ke ranjang gadis itu. "Malam ini dan malam malam lo selanjutnya cuma boleh diisi gue, Sya."

*****

Asya merasa ada yang berbeda dengan tidurnya hari ini, ada sesuatu yang berat menimpa perutnya. Asya mengernyit lalu membuka matanya dan menemukan sepasang tangan yang melingkar posesif di sana. Kantuknya hilang, Asya menelan ludah. Ini pertama kalinya Asya bangun dengan seseorang yang memeluknya seperti ini.

"Kak Alga," Asya berusaha membangunkan pria di sebelahnya. Alga hanya menggumam pelan seraya mengeratkan pelukannya.

Asya berniat melepaskan tangan Alga namun ia malah terkejut saat kulit mereka bersentuhan. Panas sekali. Asya langsung bangkit dan membuat tangan Alga terlepas paksa. Ia menyentuh dahi Alga lalu matanya melebar. Alga demam sungguhan, ia tidak bohong.

ALGASYA ; STEP BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang