48 || Dimaafkan?

76.1K 7.5K 2.8K
                                    

Bab ini sakit banget(:

*****

Masih di mobil. Pemuda itu kembali menatapnya. Asya menelan salivanya susah payah menerima pandangan Alga yang mengintimidasi.

"Cara apa yang harus aku pake supaya kamu berhenti berhubungan dengan Noah?" tanya Alga.

"Nggak ada. Aku nggak akan jauhin Kak Noah. Aku nggak akan nurutin kemauan Kak Alga seperti sebelum-sebelumnya. Aku udah bukan gadis bodoh yang mudah diperdaya Kak Alga lagi!" kata gadis itu dengan wajah penuh air mata. "Aku nggak akan masuk dua kali ke perangkap Kak Alga! Aku nggak akan mau terkurung lagi bersama Kak Alga!"

"Perangkap?" beo Alga lirih.

"Semua sikap Kak Alga palsu. Kak Alga cuma terobsesi. Cinta? Jangan buat aku ketawa. Nggak ada bentuk cinta yang mengorbankan banyak orang! Nggak ada cinta yang kaya gini!"

Alga bersuara tajam. "Gue paling benci perasaan tulus gue dianggap obsesi."

"Tulus," gadis itu terkekeh. "Gimana Kak Alga bisa tau perihal ketulusan padahal Kak Alga sendiri nggak punya perasaan! Dan--- awh."
Asya memegang keningnya, tiba-tiba kepalanya pusing. Akhir-akhir ini ia tidak istirahat dengan baik setelah tinggal di rumah Noah.

"Kamu sakit?" suara Alga terdengar khawatir.
Alga mendekatkan wajahnya dan membuat Asya refleks memundurkan kepalanya sampai menabrak pintu. Kemudian tangan besar laki-laki itu mendarat di keningnya, merasakan suhu tubuh Asya yang hangat.
Gadis itu menghempaskan kasar tangan Alga.

"Buka pintunya," ucapnya dingin.

Keras kepala.

Alga menarik nafas kecil. Ia mengambil sesuatu di jok belakang mobil sebelum kembali memandang Asya lurus. "Mungkin ini sedikit sakit, ini ini buat kebaikan lo."

"Ap---- hngh!"

Asya jatuh tidak sadarkan diri ketika Alga melakukan sesuatu dengan tengkuknya. Memukulnya sekali dan membuatnya pingsan.

Setelah itu Alga sedikit menurunkan kursi Asya ke belakang dan menaruh sebuah bantal kecil yang tadi ia ambil ke bawah kepala gadis itu. Agar saat sadar Asya tidak merasa terlalu sakit. Ia terpaksa melakukan ini agar gadis itu berhenti melawannya.

*****

Asya melenguh pusing, matanya terasa berat untuk terbuka, terutama tengkuknya yang terasa sakit.

Pelan-pelan kelopak mata itu terbuka dan memperlihatkan kedua matanya yang cantik. Beberapa detik setelah matanya terbuka, gadis itu menjerit. Ia bangkit dan beringsut mundur ketakutan ketika melihat sebuah punggung lebar tanpa pakaian yang duduk membelakanginya.

Asya melihat ke sekeliling. Ia tidak tau ini di mana. Ruangan gelap dan sempit dengan hanya sebuah jendela kecil yang sangat tinggi. Asya merasa sesak, ia mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Tempat sempit ini hanya bisa menampung sebuah ranjang dan juga sebuah lemari ukuran sedang.

Rasanya sulit bernafas di sini.

Pencahayaan juga sangat minim, hanya ada penerangan remang-remang dari jendela kecil itu.

"Kak Al," lirihnya memanggil.

Alga tidak bergeming. Asya bisa melihat kepulan asap samar di sekitarnya disertai aroma nikotin yang sangat kuat. Alga sudah lama berhenti merokok. Ini kali pertama Asya melihatnya menghisap benda itu lagi.

Punggung tegap laki-laki itu entah mengapa terlihat rapuh dari belakang sini. Lagi-lagi luka mengerikan yang membungkusnya mengambil perhatian Asya. Dari luar tubuh Alga sangat mulus, bahkan wajahnya. Tidak akan ada yang menyangka di balik rupa sempurnanya tersembunyi luka sebanyak itu.

ALGASYA ; STEP BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang