47 || Asya Kecewa

99K 8K 7.6K
                                    

Haii, vote dulu yaa cinta🖤

***

Aji membantu Alga berjalan untuk kembali ke ruangannya. Laki-laki itu terlihat tidak apa-apa, tapi Aji tau betul apa yang terjadi selama ia tidak membuka matanya. Racun itu membuat tubuhnya sempat lumpuh sementara, racun itu benar-benar mematikan. Telat sedikit saja, Alga pasti sudah tinggal nama sekarang.

Aji melanjutkan pendidikannya di Swiss, kebetulan ia sedang berlibur di Indonesia dan berniat mendatangi Alga dan Ethan. Tapi tiba-tiba ia mendapat pesan dari Alga, meski jelas itu bukan ketikan seorang Alga. Aji mengenal Alga sangat baik, dan Alga tidak pernah mengetik panjang lebar. Jika memang penting, Alga pasti langsung menelponnya tanpa repot-repot mengirim pesan.

Aji datang ke club secepat mungkin setelah membaca pesan itu. Tapi di sana Asya sudah tidak ada, hanya ada Alga yang tergeletak dengan mulut mengeluarkan busa dan wajah yang teramat pucat. Aji akan menyalahkan diri sendiri jika ia terlambat sedikit saja. Ia tidak akan memaafkan dirinya jika sampai terjadi sesuatu pada Alga.

"Bentar, Al. Nyokap gue nelpon."

Alga mengangguk. Aji menjauh sebentar untuk mengangkat panggilan dari mamanya. Beberapa menit kemudian Aji berbalik dan mendekati Alga, tapu kini laki-laki itu tampak bicara dengan seorang wanita dengan pakaian tebal dan kupluk yang menutupi kepalanya. Padahal Alga adalah sosok yang dingin, tapi dengan wanita itu ia tampak sedikit hangat.

Aji tersenyum tipis. Hanya karena tampang luarnya yang mengerikan, bukan berarti Alga adalah seorang monster. Laki-laki itu memiliki hati yang hangat dari pada yang orang lain tau.

"Siapa, Al? Lo kenal?"

Alga menggeleng kecil.

"Pasien kanker hati," jawab Alga.

Aji menoleh, menatap sedih punggung ibu itu. "Pasti menderita banget."

Alga mengangguk. "Dia butuh donor hati."

"Lo mau cariin?" tebak Aji. "Ini kan salah satu rumah sakit itu."

"Kurang lebih."

Tidak ada yang tau apa yang Alga lakukan selama ini. Ia tidak hanya menjalankan perusahaan yang ditinggalkan tetapi juga merintisnya dari awal. Kepergian papanya tentu juga menghancurkan perusahaan itu. Semuanya tidak mudah, tapi sampai sekarang Alga mampu. Bahkan ia menjadi donatur besar di beberapa rumah sakit. Aji juga mengetahuinya tanpa sengaja.

"Ethan nggak pernah nemuin lo?" tanya Aji. Alga menggeleng. Mereka benar-benar tidak pernah bertemu lagi setelah pertengkaran terakhir. Ethan menjauh darinya. Aji juga tidak tau karena ia sibuk dengan pendidikannya. "Gue kangen. Pengen kita bertiga kaya dulu lagi."

"Semoga aja."

Aji mengangguk.

"Harus bisa! Pokoknya kalian berdua harus baikan lagi. Gue nggak mau tau!"

"Kalau gue masih ada."

"Al?"

"Hm."

"Lo bilang apa barusan?"

Alga tersenyum tipis dan menggeleng kecil. "Gue bercanda."

****

"Asya, kamu mikirin apa?"

Asya tersadar dari lamunannya. Gadis itu mengedip dan menatap Noah yang membawakannya susu hangat ke kamarnya.

Sudah hampir lima hari Asya tinggal di rumah Noah dan keluarganya. Mereka menerima Asya dengan baik karena sebelumnya memang sudah kenal. Asya pernah menjadi murid mama Noah. Tinggal di sini menyenangkan, tapi entah mengapa pikiran Asya tidak bisa tenang. Ia terus-menerus memikirkan Alga.

ALGASYA ; STEP BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang