Bab 35

20K 1.4K 91
                                    

Hai Semuanya!!!!

Damar & Delia Up lagi!!!!

Jangan Lupa Vote sebelum membaca ya!!!

Happy Reading!!

"Sudah merasa lebih baik?" Delia menangis cukup lama dan selama itu Damar hanya membiarkannya saja. Dia tahu Delia butuh untuk melampiaskan emosinya.

Delia menarik nafas berat, "Mata aku bengkak nggak?" Hanya itu perkataan yang terpikir di kepalanya, matanya sulit terbuka lebar.

Damar tersenyum aneh mendengar pertanyaan konyol Delia, "Mana coba lihat?" Damar menarik wajah Delia mendekat, "Hmm...Mata kamu hampir nggak kelihatan, Kamu yakin ini mata bukan bola pingpong?" Ejek Damar main-main menekam sudut mata Delia ke atas sehingga mata bengkaknya semakin menyipit.

"Mas!" Delia menepuk tangan Damar.

Damar tersenyum, lalu mengecup kedua mata Delia bergantian, "Bengkak tapi tetap cantik. Tapi kalau mama lihat mata kamu dia pasti bakal marah sama aku karena membiarkan menantu tersayangnya menangis."

Mata keduanya bertatapan lama, Delia tidak tahu apakah ini hanya sekedar halusinasinya yang sedang sedih atau memang nyata, namun tatapan mata Damar benar-benar membuatnya tenggelam, rasanya hanya ada dirinya dalam tatapan laki-laki itu. 

"Hik."

Suara cegukan Delia merusak suasana diantara mereka, Delia menatap malu pada Damar yang tertawa kecil. Damar meraih segelas air minum di meja, mengulurkannya pada Delia. Delia meminum air secara perlahan dengan tatapan mengarah pada Damar. Setelah tangisnya usai kesadarannya kembali, rasanya sedikit memalukan menangis seperti anak kecil di depan Damar.

Damar meraih gelas itu ketika Delia telah menghabiskan air minumnya, "Mau lagi?" Tanya Damar yang dibalas gelengan oleh Delia.

"Jadi kamu siap untuk bercerita? "

Delia menatap cemas Damar, namun dia tahu dia tidak bisa menghindar, mungkin berbicara dengan Damar akan membantu meringankan masalahnya. "Aku bertemu Ayahku."

Damar sudah menduganya, jadi dia membiarkan Delia berbicara tanpa menginterupsinya.

"Mas tahu kan kedua orang tuaku sudah berpisah? Hmm..Mereka bercerai ketika usiaku sebelas tahun, cukup lama mereka bertahan dalam hingga akhirnya mereka sama-sama lelah. Kisah klise dimana Ayah memilih wanita yang dicintainya dibanding aku dan Ibu." Delia tersenyum ketika melihat tatapan Damar, "Jangan melihatku seperti itu, aku baik-baik saja, semua sudah berlalu."

"Kamu nggak akan menangis seperti ini jika semuanya baik-baik saja."

Senyum Delia berubah masam mendengar ucapan Damar, "Kamu tahu Daniel Permana?" Dia melanjutkan ceritanya ke intinya.

Damar mengernyit, "Salah satu kemungkinan tersangka dalam kasus yang kamu pegang?" Setelah menanyakan hal itu, ada jeda sebelum Damar menyadari ada yang aneh pada nama itu. "Dia?"

"Dia anak Ayahku yang lain." Lanjut Delia tidak menyebut bahwa Daniel ada adiknya, masih ada rasa enggan menyebutkan itu secara langsung.

"Kupikir aku tidak akan bertemu lagi dengan mereka. Hidupku dan Ibu juga sudah baik-baik saja, aku bahkan berpikir tidak ada lagi rasa sedih ketika melihat mereka, tapi nyatanya kehadiran masih mempengaruhi hidupku." Delia menjeda ucapannya saat Damar menggenggam tangannya. Hangat. Mungkin sejak dulu yang dia inginkan adalah sosok yang akan selalu ada untuknya ketika dia terjebak dalam lara. Ibunya seorang yatim piatu, keluarga lain yang mereka miliki hanya Paman yang sekarang berada di Kalimantan. Berbeda dengan keluarga Damar yang selalu ramai ketika ada acara, untuk Delia dan Ibunya hanya ada mereka berdua, tapi mereka berdua terlalu mirip. Delia dan Sang Ibu lebih suka memendam kesedihan mereka, bersikap seakan semua baik-baik saja. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Damar & DeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang