Bab 2

19.4K 1.1K 2
                                    

Selamat membaca!! Jangan Lupa Vote dan Komen Ya!!!!

"Mas pergi lari pagi ya. Kamu yakin nggak mau ikut?" Damar masih mencoba mengajak Delia yang masih berbaring di kasur.

"Aku nggak punya tenaga buat olahraga mas. Aku nitip bubur ayam ya. Jangan pakai kacang." Delia menjawab sambil menguap.

Damar terkekeh kecil melihat istrinya yang terlihat kelelahan.

"Ya sudah kamu tidur lagi aja. Nanti mas beliin bubur ayamnya."

Hari ini adalah Minggu sehingga Delia lebih memilih melanjutkan tidurnya, tidak seperti Damar yang justru akan lari pagi. Damar tidak membiarkannya tidur sampai dini hari.

Tubuhnya sangat lelah karena baru tidur beberapa jam saja. Berbeda dengan Damar yang sepertinya tidak bermasalah, walaupun dia juga baru tidur dini hari tadi. Bekas percintaan mereka semalam memenuhi tubuhnya yang berada dibalik selimut.

"Mas keluar dulu, ya." Damar mengecup kening Istrinya tersebut dan melangkah keluar kamar, menuju lapangan yang berada di komplek di belakang apartemen mereka.

Damar dan Delia memutuskan tinggal di apartemen milik Damar yang lokasinya tidak jauh dari firma hukum tempat mereka bekerja yaitu Wirasta law&firm yang merupakan milik keluarga Damar. Mereka berkerja bersama tanpa ada yang mengetahui hubungan mereka. Damar yang sudah bekerja selama delapan tahun sudah menduduki jabatan tinggi, sedangkan Delia baru saja diterima sebagai pengacara junior.

Pernikahan Mereka sudah berjalan selama delapan bulan. Selain tanpa adanya ungkapan cinta dari Damar, pernikahan mereka nampak seperti pernikahan normal lainnya. Walau pada awalnya pernikahan mereka tidak berjalan dengan baik. Damar yang sibuk membuat mereka kesulitan untuk mendekatkan diri.

Mereka bersikap seperti teman yang tinggal di satu rumah dan hanya berbagi ranjang saja. Mereka baru benar-benar melakukan hubungan badan setelah tiga bulan menikah.

Mengingat hal tersebut masih membuat Delia tersipu.

*****

"Ah.." Damar terkejut melihat istrinya duduk di sofa ruang tamu. Sekarang sudah jam 11 malam dan Damar mengira Delia sudah tidur.

"Delia, Kamu kok masih belum tidur?" Damar bertanya dengan heran.

Delia menatap Damar dengan mata berkaca-kaca,"Mas Damar nggak ngangkat telpon dari aku, gimana aku bisa tidur kalau mas belum pulang?" Suara Delia yang terdengar menahan tangis membuat panik dan langsung mengecek hp nya.

Layar hp yang gelap membuat Damar mendesah, "Ah..hp mas ternyata mati, Del." Damar menjawab dengan rasa bersalah ketika melihat hp nya ternyata kehabisan baterai.

Reaksi Delia selanjutnya membuat Damar kelimpungan, Damar tidak menyangka Delia akan menangis. Dia langsung duduk di sebelah Delia  sambil memegang tangan Delia.

"Hiks...hiks...hikss..."

Wajah Delia sudah dipenuhi air mata, "Mas Damar harusnya ingat untuk menghubungi aku mas. Aku nelpon mas berkali-kali dengan perasaan cemas. Harusnya mas ingat, sekarang mas udah punya istri yang nunggu mas pulang. Atau memang mas nggak pernah menganggap aku sebagai istri mas Damar?" Delia berkata sambil menangis.

Suara tangis pertama Delia dalam pernikahan mereka yang baru berjalan selama tiga bulan ini. Selama ini Damar memang tidak pernah memperlakukan dengan dengan kasar, justru dia memperlakukan Delia dengan sangat baik. Namun perlakuan Damar yang tidak ada bedanya dengan perlakuannya sebelum mereka menikah justru menyakiti Delia.

Damar & DeliaOnde histórias criam vida. Descubra agora