Bab 31

14.3K 1.2K 54
                                    

Damar & Delia Up!!!!

Hai Semuanya!!!!

Happy Reading!!!!

*****

"Del, Ayah kemana?" Tanya Mayang melihat Delia hanya sendiri di studio lukis dalam rumah mereka.
Delia menoleh, tersenyum senang melihat Ibunya. "Ibu sudah pulang? Ayah baru aja pergi daftarin aku lomba lukis, Bu. Tadi Ayah di telpon Bu Kina." Dia meletakkan kuasnya dan berlari ke arah ibunya.

"Bu Kina guru lukis kamu?" Mayang mengusap bekas cat yang mengenai wajah Delia. Delia beberapa bulan ini mengikuti les melukis di salah satu studio seni. Meski Ayahnya bisa mengajarinya, Delia lebih memilih ikut les karena teman-temannya yang lain juga les di studio seni itu. Karena Mayang sibuk bekerja, maka Ayahnya lah yang mengantar jemputnya.

Delia mengangguk, "Iya, Bu. Hari ini Delia melukis kucing loh Bu. Bu Kina ngajarin Delia." Delia menarik tangan Mayang mendekat ke arah lukisannya. "Bagus kan, Bu?"

Mayang tersenyum, "Iya, Bagus. Gambar Delia yang paling bagus."

Mata Delia berbinar, "Jadi Delia boleh dapat hadiah nggak Bu? Ayo makan es krim di dekat sekolah Bu. Teman-teman Delia sudah makan di sana." Rengeknya.

Mayang tertawa melihat kelucuan Delia yang menggoyangkan tangannya, "Iya, Iya. Ayo makan es krim. Tapi kita jemput Ayah dulu, kayaknya masih sempat deh."

Delia mengangguk penuh semangat, akhirnya Delia dan Ibunya pergi bersama ke tempat Les menjemput sang Ayah. Sesampainya di tempat les itu, Delia dan Ibunya menuju ke studio lukisnya.

"Delia suka diajarin Bu Kina atau Ayah?" Tanya Mayang berjalan sambil memegang tangan Delia.

"Bu Kina!!! Ayah sukanya gambar orang, Delia bosan, pengen gambar yang lain. Terus Bu Lina juga suka kasih Delia permen, kalau Ayah mah seringnya ngelarang." Keluh Delia memanyunkan bibirnya.

Mayang mendengar cerita Dia sambil tersenyum, mereka terus bicara hingga akhirnya sampai di studio lukis. Langkah mereka terhenti di depan pintu ruangan, "Ada ayah nggak Bu?" Tanya Delia ketika Ibunya mengintip dari jendela yang tingginya jauh di atas Delia.

Tidak ada jawaban.

Delia mendongak ketika Ibunya melepaskan genggaman tangannya, dia melihat Ibunya terdiam, terpaku menatap ke dalam studio lukis itu. Berkali-kali Delia memanggil ibunya namun Ibunya masih diam. Delia yang tidak sabar berjalan ke arah pintu dan langsung membukanya. Di dalam sana Tian dan Kina yang tadinya sedang berpagutan mesra tersentak, menoleh untuk kemudian menemukan Delia yang berdiri di sana bersama Mayang menatap dengan air mata yang sudah mengalir. Wajah Tian dan Kina memucat sementara Mayang masih tidak bergerak, rasanya apa yang dilihatnya masih terasa tidak nyata.

"Ayah kok cium Bu Kina?" Tanya Delia polos.

Mayang tersadar, berbalik melangkah pergi, tidak sanggup menatap wajah suaminya. Tian yang melihat itu mengejarnya.

"Ayah... Ibu.." Panggil Delia pada kedua orang tuanya yang menghilang dari pandangannya, dalam kebingungannya dia menatap guru lesnya, sama seperti gurunya yang juga menatapnya. Delia masih merupakan gadis kecil berusia delapan tahun tapi dia mengerti bahwa ayah dan gurunya telah menyakiti Ibunya.

Setelah itu dia tidak pernah les lagi, dan rumah kecil mereka tidak lagi diisi dengan canda tawa melainkan pertengkaran tak berujung kedua orang tuanya.

Damar & DeliaWhere stories live. Discover now