Bab 26

14K 1.3K 46
                                    

Sebelum membaca jangan Lupa Vote dulu ya!!!!

Happy Reading!!!!

Dulunya Delia pikir dia pintar menyembunyikan perasaannya, bertahun-tahun mencintai Damar tanpa disadari laki-laki itu tentu membuatnya berpikir seperti itu. Namun itu hanya ilusinya saja, hampir semua orang yang mengenalnya mengetahui perasaannya pada Damar, hanya Damar yang menutup mata akan hal itu.

Untuk Damar tidak ada kemungkinan itu, bagi Damar sama seperti dia yang selalu menganggap Delia keluarganya, Delia juga akan begitu. Rasanya menyakitkan. Kehadiran Delia menempati posisi penting di hidup Damar, tetapi bukan posisi itu yang ingin dia tempati. Perlakuan hangat Damar padanya membuatnya tidak ingin hanya menjadi adik untuk laki-laki itu.

Delia sebelumnya meyakinkan dirinya, bukannya menggenggam Damar cukup? Bukannya memeluk Damar cukup? Bukannya bersama Damar cukup? Awalnya terasa cukup namun Delia adalah manusia biasa, serakah dan tidak akan pernah merasa cukup.

Kengerian membayangkan bahwa dia hanyalah bayangan dari perempuan lain membuatnya tidak mampu berfikir. Memikirkan setiap kenangan mereka dalam pernikahan ini masih dibayangi dengan kenangan Damar akan Adelia membuatnya begitu kesakitan.

"Apa pernikahan ini nggak ada gunanya? Kenapa aku harus mencintaimu? Menunggu Mas membalas perasaanku sepertinya hanya angan yang sia-sia." Gumamnya lirih.

Mata Damar yang membelalak terkejut membuat Delia menggelengkan kepalanya. Perasaan yang begitu rapat ditutupnya dari laki-laki itu untuk melindungi dirinya akhirnya dia ungkapan juga. Dengan cara menyedihkan.

Delia mulai merasa lelah, pernikahan ini membuatnya menjadi wanita yang menyedihkan, dan Delia benci itu. Sudah sejak awal Delia katakan dia lebih benci tampil menyedihkan di depan Damar, benci bertahan dalam hubungan yang masih terus dibayangi masa lalu. Merobek foto di depannya tidak mampu merubah kenyataan bahwa Damar membiarkan kenangan masa lalunya bersama Adel tergantung nyata dalam kamar yang menjadi saksi hubungan mereka. Gambar yang selalu terlihat ketika mereka akan menutup dan membuka mata setiap harinya.

Bagi orang lain mungkin itu hal kecil namun bagi Delia membayangkannya saja membuatnya merasa jijik dengan dirinya sendiri.

Inikah yang dirasakan ibunya yang melihat ayahnya menggunakan lukisan sebagai cara untuk mengenang masa lalunya bersama wanita itu. Delia berulangkali berkata tidak akan terluka seperti ibunya, namun lihat apa yang terjadi. Setidaknya sang ibu menikah dengan Ayahnya tanpa tahu ayahnya masih mencintai wanita lain, namun Delia menceburkan dirinya sendiri dalam hidup Damar meski dia tahu Damar masih terjebak dalam masa lalunya.

"Aku menghias kamar ini dengan berbagai barang milikku, tapi semua itu nggak berarti." Dalam pandangan matanya yang buram akibat air mata, Delia bisa melihat Damar yang terpaku di tempatnya.

Damar berdiri di dengan pandangan kosong, Delia mencintainya? Sejak kapan? Dia bahkan tidak tahu harus merespon seperti apa. Tatapan Delia padanya benar-benar membuat lidahnya kelu. Penjelasan apapun yang diberikannya tidak mampu menghapus luka yang diberikannya pada Delia, namun dia tahu dia harus bicara. Karena entah mengapa Damar punya firasat akan kehilangan Delia jika dia tidak menjelaskan apapun. Dia tidak ingin itu terjadi.

"Del...

"Maaf...."

Damar terlalu terkejut mendengar pengakuan Delia, yang mampu dikatakannya hanyalah permohonan maaf karena melihat kesedihan dia mata Delia, rasanya hatinya mencelos. Damar belum pernah merasa seberengsek ini, dia yang menjanjikan akan berusaha membuat Delia bahagia, namun apa yang telah dilakukannya. Dia justru menyebabkan wanita itu terluka.

Damar & DeliaWhere stories live. Discover now