Bab 16

11.8K 1K 33
                                    

Hai Semuanya!!!!

Thanks untuk Vote dan Komennya.

Happy Reading!!!!

"Oh iya, aku sudah milih tempat yang mau aku kunjungi. Nanti kita tinggal pilih hotel buat kita nginap aja."

Delia berucap riang dengan telepon yang masih terhubung dengan Damar. Dia telah memilih beberapa tempat yang benar-benar ingin dikunjunginya. Minggu depan mereka memutuskan untuk melakukan honeymoon ke Jepang. Segala keperluan yang dibutuhkan sudah diurus mereka. Bahkan tiket pesawat pun sudah mereka pesan.
 
Delia mengecek ponselnya, "Mas, Mas Damar?" telepon mereka masih terhubung, namun Damar tidak berbicara apapun.

"Mas!" Panggilnya lagi.

"Ah, iya. Kenapa?" Jawaban dari Damar kemudian datang.

"Mas sibuk? Kalau masih sibuk lanjut kerja dulu aja, tapi jangan terlalu larut sama kerjaan, mas bisa melanjutkannya besok." Delia tahu beberapa hari ini Damar harus menyelesaikan banyak pekerjaan untuk mengambil cutinya.

"Iya. Aku tutup dulu teleponnya ya." Panggilan itu kemudian ditutup tanpa sempat Delia memberi jawaban. Delia menatap ponselnya dengan bingung. Tumben sekali Damar bersikap seperti ini. Namun Delia mengabaikannya, dia terlalu bahagia. Delia kembali membuka ponselnya untuk melihat kembali tempat yang akan dikunjunginya, sembari menunggu Damar pulang. Senyum tidak surut dari bibirnya beberapa hari ini, rencana untuk berbulan madu dengan Damar terasa sangat menyenangkan untuknya.

Setelah hampir satu jam Delia mulai merasa bosan dan lelah. Delia melirik jam dilayar ponselnya, sekarang sudah hampir jam sembilan namun Damar belum juga pulang. Apakah Damar masih di firma? Delia menghembuskan nafasnya merasa sedikit sedih karena ternyata Damar tidak langsung pulang ketika Delia menelponnya. Dia menyandarkan tubuhnya di sofa, memikirkan banyak hal tentang pernikahannya. Beberapa bayangan tentang apa yang harus dilakukannya selama liburan terlintas di benaknya. Pikiran bahwa mungkin dia harus menyampaikan perasaannya pada Damar selama mereka berlibur juga datang, walau masih diliputi keraguan. Kantuk mulai menghampirinya hingga tanpa terasa dia mulai terlelap di sofa itu sembari menunggu Damar.

Apartemen itu tampak sepi. Waktu sudah berlalu cukup lama ketika Damar membuka pintu apartemennya. Tidak ada suara yang terdengar, biasanya Delia akan langsung menghampirinya ketika dia pulang. Damar melangkah menuju sofa dan kemudian menemukan Delia yang terlelap. Dia melangkah ke hadapan Delia yang tertidur dengan ponsel di genggamannya. Delia pasti tertidur karena dia pulang terlambat.

Damar mengusap wajahnya, merasa bersalah membiarkan Delia menunggu terlalu lama. Sekarang jarum jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Jauh lebih terlambat dari yang diharapkannya untuk sampai ke apartemennya.

Ditatapnya wajah wanita yang sedang terlelap itu, wajah yang sudah dikenalnya bertahun-tahun. Banyak momen telah terlewati bersamanya, meski Damar tidak pernah menyangka mereka akan sampai di titik ini. Damar mengusap rambut Delia,"Maaf." Bisiknya pelan, entah karena perasaan bersalah membiarkan Delia menunggunya atau karena perasaan bersalah lainnya.

Damar menggendong Delia, berusaha melakukannya sehati-hati mungkin agar tidak perlu membangunkan Delia. Setelah meletakan Delia di atas kasur dia melangkah ke kamar mandi, dia butuh itu untuk menyegarkan kepalanya yang terasa penat.

***

Damar melangkah ke dapur dengan rambut yang masih setengah kering, dilihatnya meja makan yang berisi makanan yang telah dimasak Delia untuknya. Damar menarik kursi dan kemudian duduk, meski dia tidak memiliki nafsu makan, dia tetap meraih ayam kecap yang telah dimasak oleh Delia.

Damar & DeliaWhere stories live. Discover now