Bab 8

13.1K 1K 12
                                    

Selamat membaca!!!

Damar meremas kuat payung yang ada di genggamannya, melihat bahwa yang mengantar Delia pulang adalah seorang laki-laki dan bukannya Ajeng. Rasanya darahnya tiba-tiba naik ke kepala. Ini sudah malam dan Delia pulang diantarkan seorang laki-laki. 

"Mas nungguin aku?" tanyanya pada Damar. Delia meringis ketika mengatakan hal itu, padahal itu sudah jelas. Dia tidak tahu Damar akan menunggunya, Delia memang sebelumnya mengabari bahwa dia sudah dalam perjalanan pulang. Tapi tidak berpikir bahwa Damar akan menunggunya.

Damar mengabaikan pertanyaan Delia, "Ini siapa?" Mendekat dan merangkul bahu Delia agar mendekat padanya. Menyatakan kepemilikannya.

Leo mengulurkan tangannya, "Saya Leo, teman SMA nya Delia, Ajeng ada urusan jadi saya yang mengantarkannya." Membalas tatapan tajam yang Damar arahkan padanya. Dia tahu betapa seringnya Delia menangis karena laki-laki itu.

Damar menatap sebentar uluran tangan Leo namun memilih mengabaikannya.

Akhirnya Leo menarik kembali uluran tangannya, tidak begitu peduli dengan tanggapan dingin Damar.

"Saya pernah beberapa kali ketemu Mas ketika saya ke rumah Delia waktu SMA." Ujar Leo.

Damar mengerutkan keningnya tidak suka, "Saya tidak ingat akan hal-hal tidak penting" Dia merespon dengan datar.

"......."

Hening.

Melihat suasana yang tidak enak Delia akhirnya berbicara, "Thanks ya udah nganterin, udah malam banget lo, hati-hati di jalan ya."

"Oke, gue balik yaa, nih oleh-olehnya, gue pilih karena kayanya cocok sama lo," Leo berkata sambil menyerahkan sebuah bingkisan kepada Delia. Tidak memperdulikan Damar.

"Oke, Makas--."

"Ayo masuk udah malam" ucap Damar memotong perkataan Delia.

Suara Damar terdengar dingin. Delia yang bahunya dirangkul Damar melambai kecil pada Leo yang masih berdiri di di depan pintu mobil. Damar tidak berkata apapun namun terus merangkul Delia bahkan di dalam lift, Delia tidak berani berbicara karena Damar yang sepertinya sedang marah. Bahkan ketika sudah masuk ke dalam apartemen Damar masih tidak mengatakan apapun.

"Duduk dulu." Ucap Damar. Dia sudah lebih dulu duduk setelah melepaskan rangkulannya.

"Mas Da-- "

"Akh!!"

Damar  menarik Delia hingga hingga terduduk di pangkuannya. Delia yang terkejut reflek menjerit kecil. Dia menatap dalam Delia yang ada di pangkuannya. Damar ingin marah tapi rasanya tidak punya alasan. 

Damar menghela nafasnya, "Kenapa nggak bilang kalau mantanmu juga ikut reuni?" Dia mencoba tidak menunjukan kekesalannya.

Delia membelalak, "Leo bukan mantanku mas." Dari mana mas Damar bisa berpikir bahwa Leo adalah mantannya.

"Nggak usah bohong, Mas tahu dia pacar mu waktu SMA." Damar akhirnya berkata dengan kesal.

"Aku nggak bohong, kami memang pernah dekat tapi sekarang kami cuma berteman kok." Delia bersikeras.

"Bukanya dia yang kamu tangisi begitu keras saat SMA?"

*****

Damar beberapa kali mengetok pintu rumah di depannya tapi tidak ada tanggapan,  Dia datang untuk mengajak Delia jalan-jalan. Mereka sudah jarang pergi bersama sejak Damar berkuliah. Dia biasanya hanya pulang setiap liburan semester saja.

Karena tidak ada yang membuka pintu Damar berpikir untuk pulang saja, ketika dia membalik badannya terdengar suara dari dalam rumah Delia.

Damar & DeliaWhere stories live. Discover now