Bab 23

12.3K 1K 19
                                    

Hai Semuanya!!!!

Thanks buat yang sudah nunggu Damar & Delia ya!!!

Happy Reading!!!!

Delia mengetuk mengetuk pintu apartemen di depannya berkali-kali, namun masih belum ada jawaban. Hal itu semakin membuatnya cemas, berita pernikahan Adelia sudah tersiar di berbagai media, sedangkan kabar mengenai berakhirnya hubungan Damar dan Adelia bahkan belum terdengar oleh siapapun yang dekat dengan Damar. Tante Intan dan Om Rio bahkan baru mengetahuinya saat berita itu mulai muncul di media. Sedangkan Damar bahkan tidak memberi penjelasan apapun, dan hanya meminta agar mereka tidak ikut campur.

Pagi ini akhirnya Delia tidak bisa menahan dirinya, dia memutuskan untuk memastikan sendiri keadaan Damar. Setelah menunggu beberapa saat namun masih tidak ada jawaban, Delia akhirnya memutuskan untuk menekan pin  apartemen Damar, Delia harap pin apartemen Damar belum berubah, Damar pernah memberitahukannya padanya saat dia datang berkunjung ketika Damar masih di Firma.

Delia menghela nafas lega, pin apartemen Damar ternyata masih belum berubah. Ketika Delia masuk, dia tidak melihat siapapun, namun kondisi apartemen Damar yang tampak berantakan menunjukan bahwa sang pemilik sedang tidak baik-baik saja. Delia melangkah ke arah sofa dan terkesiap ketika melihat Damar yang duduk di lantai dan menyandarkan ke sofa. Botol-botol alkohol berserakan disekitar laki-laki itu, padahal saat ini masih jam 10 pagi.

"Mas Damar!!" Seru Delia ketika melihat Damar akan kembali menenggak alkohol. Bau alkohol tercium kuat ketika Delia mendekati Damar.

Delia meraih botol itu dari genggaman Damar. Butuh usaha karena Damar menggenggam kuat botol alkohol itu. Damar yang tampak sangat mabuk itu akhirnya melepaskan genggamannya dari botol itu, menatap ke arah Delia dengan mata yang tampak tidak fokus.

"Kenapa kamu baru datang?" Damar meraih wajah Delia, "Aku sudah lama menunggu." Bisiknya di depan wajah Delia, dia menarik tubuh Delia mendekat ke arahnya.

"Mas Dam-"

Delia membelalakan matanya, ucapannya terhenti akibat Damar yang membungkam bibirnya dengan ciuman, satu tangan Damar meraih pinggang, sedangkan tangan yang lain menahan kepalanya.

Delia memukul dada Damar berulang kali agar Damar melepaskan ciumannya, namun Damar yang sudah mabuk membuatnya kesulitan.

"Akh.." Ringis Damar ketika Delia menggigit kuat bibirnya, Damar akhirnya melepaskan ciumannya. Sedangkan Delia masih tampak syok, ini adalah ciuman pertamanya.

"Kenapa Del?" Damar menatapnya dalam, "Aku mencintaimu, Del." Lanjutnya Damar yang membuatnya tersentak. "Bukankah kita baik-baik saja selama ini? Kenapa kamu menghianatiku?" Damar meletakkan kepalanya di bahu Delia.

Delia ingin menertawakan kebodohannya sendiri, harusnya dia tidak perlu kaget. Harusnya dia tahu bahwa yang dimaksud Damar pasti Adelia, bukan dirinya. Apa yang dia harapkan? Bodohnya. Bisiknya pada dirinya lalu menatap Damar yang sudah kehilangan kesadarannya, beberapa kali terdengar gumaman Damar yang memanggil Adelia. Ya, Adelia. Bukan Delia.

***

Delia menatap Adelia dengan pandangan dingin, dia bahkan tidak punya keinginan untuk berpura-pura ramah. Delia bahkan sudah bisa menebak bagaimana wajahnya saat ini, dia tahu dia akan terlihat seperti antagonis karena tatapan mata yang selalu terlihat tajam jika dia tidak mencoba tersenyum.

Adelia mendekati mereka, "Hai Delia." Sapanya dengan senyum, wajahnya yang tampak pucat itu tetap tampak cantik. "Dam, bisa antar aku sekarang?" Dia kemudian menatap Damar.

Damar & DeliaWhere stories live. Discover now