-Part 3-

1.2K 223 31
                                    

Secara pelan Rose menepuk pantat kedua anaknya yang sudah tidur dengan mengemut empeng dot dibibir masing masing. Kedua bocah itu sudah selesai makan siang bahkan mereka sudah menghabiskan susu botol mereka makanya sekarang mereka merasa mengantuk.

"Menggemaskan" gumam Rose menatap kedua anaknya secara bergantian.

Baru saja dia ingin berganjak, kedua anaknya merengek kecil karena sudah tidak merasakan tepukan dipantat mereka. Dengan segera Rose kembali menepuk pantat kedua anaknya itu.

Setelah memastikan kedua anaknya sudah benar benar memasuki alam mimpi, Rose akhirnya bisa bernafas lega. Dia bangkit dan kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.


Pukul 3 petang, Jichu terbangun dari tidurnya. Bocah itu mengerjabkan matanya berkali kali lalu beralih menatap Lily yang masih tidur dengan empeng dot yang sudah terjatuh.

Sebagai Kakak yang baik, Jichu langsung mengambil empeng dot itu lalu kembali menyumpalkannya dimulut sang adek. Setelah itu, dia berganjak turun dari kasur dan keluar dari ruangan.

"Woahh" matanya menatap sekeliling toko yang dipenuhi oleh orang orang yang datang untuk membeli roti yang dijual.

Dengan kaki mungilnya, dia menghampiri sang Mommy yang berada dikasur "Mommy" panggilnya.

"Eh Jichu sudah bangun" Rose berganjak menggendong Jichu lalu mendudukkan anaknya itu dibangku "Tunggu sebentar ya. Mommy mau menguruskan pelanggan" ujarnya yang diangguki oleh sang anak.

"Aku kirain kamu belum menikah" timpal seorang cowok yang memang sering berkunjung ketoko itu.

Rose tersenyum tipis "Aku sudah punya 2 anak"

"Mwo!? Kamu kelihatan masih muda loh! Dimana suami kamu? Kenapa dia membiarkan kamu kerepotan bekerja terus menguruskan anak?"

Raut wajah Rose berubah. Kenapa si cowok itu ikut campur banget? Akrab juga tidak. SKSD banget nih orang.

"Suami aku sibuk bekerja. Aku bosen makanya aku ikutan bekerja dengan membuka toko roti ini. Soal anak anak, aku tidak merasa direpotkan kok" ujar Rose sedikit berbohong.

Cowok itu mencondongkan badannya kearah Rose lalu berbisik "Apa mungkin kedua anak kamu tidak mempunyai ayah?"

Deg

Rose menatap sekeliling. Terlihatlah para pelanggan yang kelihatan sibuk melihat roti roti yang ada ditokonya.

"Aku masih menghormati kamu sebagai pelanggan ditoko aku. Tapi jika kamu sudah selesai, silakan pergi dengan segera. Untuk pengetahuan kamu, kedua anak aku punya Daddy yang cukup hebat. Daddy mereka bahkan bisa menghancurkan kehidupan kamu dalam waktu yang singkat" datar Rose.

Cowok itu mendengus. Setelah meletakkan beberapa lembar uang dikasir, dia langsung berganjak pergi dengan membawa roti yang dibelinya.

Rose menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu kembali tersenyum ramah kearah pelanggan yang datang untuk membayar.

Brukkk

"Hiks huaaaa!"

Rose sama Jichu saling tatap ketika mendengar bunyi yang tidak asing itu "Jichu, tolong lihat adek kamu" pinta Rose menurunkan Jichu dari bangku.

Dengan segera Jichu berlari memasuki ruangan istirahat "Lily!" Dia berjongkok disamping Lily yang terisak dilantai.

"Hiks huaaaa sakit" isak Lily memegang jidatnya.

"Jidat Lily kenapa?" Tanya Jichu khawatir.

"Kasulnya nakal. Hiks Lily jatuh dali kasul" adu Lily sesenggukan.

"Lily" Rose memasuki ruangan itu setelah dia selesai menguruskan pelanggannya. Pintu toko juga sudah dikunci setelah pelanggan terakhir keluar.

"Hiks Mommy, sakit" isak Lily.

Rose menggendong kedua anaknya dan mendudukkan mereka diatas kasur "Apa yang sakit hurm?"

"Jidat Lily sakit Mom. Dia jatuh dali kasul" jelas Jichu.

Rose menyibak poni sang anak. Terlihatlah benjolan kecil dijidat itu.

"Woahh jidat Lily ada benjolan. Sudah sepelti bola" seru Jichu heboh.

"Huaaaaa tidak mau! Lily tidak mau punya bola dijidat!" Tangisan Lily semakin keras.

Rose berganjak mengambil es batu yang dilapisi kain lalu kembali menghampiri sang anak "Sini rebahan"

Dengan segera Lily membaringkan kepalanya dipangkuan sang Mommy "Sakit Mom" adunya.

"Iya, tahan ya" Rose menempelkan es batu itu dijidat sang anak.

"Aaaa sakit!" Teriak Lily.

Rose mendengus. Apaan si yang sakit? Ada saja drama tuh anak.

"Diam Lily" ini Jichu yang ngomong ya. Dia juga ikutan kesal sama tingkah lebay sang adek. Akhirnya dia mengambil empeng dot lalu menyumpal dimulut Lily bahkan dia memegangnya agar Lily tidak mengeluarkannya.





*

Disisi lain, terlihatlah Jane yang fokus mengerjakan pekerjaannya. Sebagai pewaris tunggal keluarga Kim, sudah pasti dia mempunyai tanggungjawab yang besar apalagi setelah sang Daddy sudah sepenuhnya menyerahkan perusahan peninggalan itu kepadanya.

"Sayang" Naya memasuki ruangan Jane. Dengan manjanya dia berganjak duduk dipangkuan Jane lalu melingkarkan tangannya dileher cowok itu.

"Menjauhlah Naya" dingin Jane.

"Tidak. Aku mau disini!" Sahut Naya keras kepala.

Jane mendengus. Tanpa mempedulikan tunangannya itu, dia kembali fokus melakukan pekerjaannya.

"Nanti malam kita keluar makan malam berdua ya. Sudah lama kita tidak jalan jalan bareng" ujar Naya mengelus rahang Jane.

"Aku sibuk" cuek Jane.

"Kamu mau aku ngomong sama Om David hurm. Nanti dia bakalan marah sama kamu terus bagaimana jika jantungnya itu kambuh?"

Jane menghela nafasnya dengan kasar. Inilah salah satu alasan dia tidak bisa menolak Naya. Cewek itu memang pengaduan dan gara gara itu jugalah Jane harus sentiasa menurutinya agar penyakit sang Daddy tidak kambuh.













Tekan
👇

You&Me✅Where stories live. Discover now