-Part 29-

740 161 30
                                    

Pukul 6 petang, Jane akhirnya pulang dari perusahan. Dia bergegas memasuki mansion untuk bertemu istri dan anak anaknya.

"Daddy!" Panggil Jichu sama Lily.

Jane berjongkok menyamakan tingginya dengan sang anak "Maaf ya karena tadi Daddy tidak bisa menjemput kalian" ujarnya merasa bersalah.

"Tidak apa apa kok Dad. Chu sama Lily mengerti" sahut Jichu.

"Eung! Daddy pasti capek kerja" lanjut Lily. "Tapi tadi Mommy kelihatan sedih" lanjut.

"Sedih?" Ulang Jane "Ah, ini pasti gara gara kejadian tadi" batinnya.

"Sekarang dimana Mommy?" Tanya Jane.

"Mommy dikamar. Dia belum keluar sejak tadi. Chu sama Lily tidak ingin mengganggu Mommy" sahut Jichu.

"Apa kalian sudah makan?" Tanya Jane.

"Sudah Dad. Tadi Bibi sudah menyiapkan banyak makanan" sahut Lily.

"Baguslah. Daddy mau ketemu Mommy dulu ya. Kalian jangan berantem"

"Baiklah Daddy" patuh si kembar.

Setelah mengelus kepala kedua anaknya, Jane langsung menuju kekamar.

Ceklekk

Dibukanya pintu kamar itu dengan pelan dan terlihatlah sosok sang istri yang tidur diatas kasur dengan membelakanginya "Rosie" panggilnya.

Jane berjalan mendekati sang istri dan sedetik kemudian dahinya mengernyit ketika melihat banyak noda darah diatas kasur.

Dengan segera dia membalikkan badan Rose dan ternyata istrinya tidak sadarkan diri dengan darah yang keluar dari hidung dan juga mulutnya "Sayang, bangun" paniknya menepuk pipi Rose dengan pelan.

Setelah melepaskan jas yang dipakainya, Jane buru buru menggendong Rose ala bridal style untuk dibawa ke rumah sakit.

"Bibi!" Panggil Jane.

Tidak butuh waktu yang lama, Bibi Son menghampiri mereka "Astaga, Nyonya Rose!" Kagetnya.

"Aku akan membawa Rose kerumah sakit. Bibi tolong jagakan Jichu sama Lily ya" ujar Jane.

"Baiklah Tuan" sahut Bibi Son.

Jane akhirnya membawa Rose memasuki mobil dan akhirnya mobil yang dikendarai olehnya itu meluncur laju meninggalkan perkarangan mansion.





Setibanya dirumah sakit, Rose langsung dibawa masuk keruangan ICU. Jane pula hanya mampu menunggu didepan ruangan ICU dengan paniknya.

Tidak lupa juga dia menghubungi sahabatnya untuk mengabari apa yang terjadi itu.

30 menit kemudian, sosok Seulgi yang dihubungi oleh Jane akhirnya tiba.

"Jane. Apa yang terjadi?"

"Gue tidak tahu gi. Tadi pas gue pulang, gue melihat Rose sudah tidak sadarkan diri diatas kasur. Dia mimisan dan sepertinya dia juga muntah darah" jelas Jane mengusap wajahnya dengan kasar "Gue takut penyakitnya bertambah parah Gi" lirihnya.

Seulgi menepuk pundak Jane "Lo yang sabar ya. Gue yakin Rose kuat" buat pengetahuan semua, Seulgi memang mengenali Rose karena dia sudah sering berkunjung kemansion. Dia juga sudah akrab sama si kembar bahkan dia sudah menjadi Om kesayangan si kembar.

Ceklekk

Mereka sontak bangkit menghampiri sang Dokter yang keluar dari ruangan ICU.

"Dok, bagaimana?" Tanya Jane khawatir.

Dokter Aeron menghela nafasnya dengan kasar "Kondisinya drop. Sepertinya dia lagi banyak fikiran. Dia kehilangan banyak darah dan sekarang pernafasannya memburuk. Untuk sekarang pihak rumah sakit akan terus memantau kondisinya"

Jane mengusap wajahnya dengan kasar "Apa istri saya bisa sembuh Dok? Sudah bertahun tahun dia berjuang melawan penyakitnya ini"

"Sel kankernya sudah menyerang beberapa organ pentingnya. Kemungkinan untuk dia sembuh juga 50%. Perlu kamu tahu kalau penyakit kanker ini butuh waktu yang lama untuk sembuh. Tapi ada juga yang tidak mampu bertahan. Bersabar lah, kita doakan saja yang terbaik. Semoga ada keajaiban untuk kesembuhan Nyonya Kim" ujar Dokter Aeron membuatkan Jane hanya mampu terdiam.






Sudah 15 menit Rose dipindahkan keruang inap dan sekarang hanya ada Jane yang setia menemani Rose. Seulgi juga sudah berpamitan untuk pulang karena dia harus menjemput istrinya yang baru saja pulang dari luar kota.

"Rosie" lirih Jane dengan mata berkaca kacanya.

Hatinya hancur ketika melihat berbagai alat medis yang menempel ditubuh kurus istrinya. Banyak juga jarum yang disuntikkan ditubuh Rose membuatkan Jane yakin istrinya itu kesakitan.

Sekarang Jane benar benar merasa bersalah. Dia yakin kondisi istrinya drop gara gara kejadian yang terjadi di perusahan tadi siang. Jujur dia bilang kalau Leona memang cinta pertamanya namun seiring berjalannya waktu, nama Leona sudah hilang dihatinya. Sekarang hanya ada nama Rose, istrinya yang paling dia cintai itu. Datanglah beribu sosok wanita yang lebih sempurna juga tidak akan bisa menggantikan posisi Rose dihatinya. Percayalah, cintanya hanya tulus untuk sang istri.

"Sayang" lirih Jane mengecup punggung tangan Rose berkali kali. Bersamaan dengan itu, jari Rose perlahan lahan bergerak.

"Rosie" panggil Jane.

Mata Rose akhirnya terbuka. Wanita itu menatap Jane dengan tatapan sendunya. Setetes air matanya mengalir keluar dari sudut matanya gara gara rasa sakit disekujur tubuhnya.

"Rosie, kenapa menangis?" Panik Jane "Mau apa hurm?"

"M-Mau sembuh"

Jane menelan ludahnya dengan kasar "Iya Sayang, kamu pasti sembuh. Terus berjuang ya"

Walaupun kesulitan gara gara memakai masker oksigen, Rose tetap saja ingin menyampaikan sesuatu "O-Oppa"

"Iya Rosie" Jane mendekatkan mukanya didepan Rose agar dia bisa mendengarkan kata kata sang istri dengan jelas.

"K-Kalau Oppa sudah bosen b-bersama istri yang penyakitan seperti aku. C-Ceraikan saja aku. A-Aku janji tidak akan menuntut hak penjagaan anak anak karena aku yakin masa depan mereka lebih terjamin jika mereka bersama Oppa" setelah mengatakan semua ini, Rose kembali tidak sadarkan dirinya meninggalkan Jane yang sudah menangis.













Eh, apa ini? 🧐👇

*Psttttt coming soon 🤫



Tekan
  👇

You&Me✅Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt