-Part 17-

1.1K 222 23
                                    

Pagi harinya, Jane memutuskan untuk menelfon Yeri dan meminta bantuan sahabat Rose itu untuk datang dan membawa si kembar sarapan diluar. Kebetulan sekali waktu itu dia pernah meminta nomer ponsel Yeri makanya dia tidak kesulitan untuk menghubungi yeoja itu.

"Terima kasih ya Yer. Aku titip mereka untuk beberapa jam kedepan. Aku harus menjaga Rose" ujar Jane mengeluarkan satu kartu atm nya dan memberikannya kepada Yeri "Gunakan ini dan beli lah apa apa pun yang diinginkan oleh mereka. Kamu juga bisa menggunakannya kok"

"Baiklah Oppa, thanks" ujar Yeri.

Jane berjongkok menyamakan tingginya dengan kedua anaknya "Jichu sama Lily jangan nakal nakal ya. Harus nurut sama Aunty Yeri"

"Baiklah Daddy" sahut si kembar "Tapi, apa Mommy baik baik saja?" Tanya Jichu khawatir.

"Mommy akan baik baik saja. Daddy akan menjaga Mommy" sahut Jane.

Si kembar mengecup kedua pipi Jane secara bersamaan "Jichu sama Lily pergi duluan" pamit mereka lalu berganjak pergi bersama Yeri.

Jane kembali memasuki kamar namun dia kelihatan bingung karena tidak menemukan sosok Rose diatas kasur.

Dengan buru buru dia berganjak kekamar mandi dan terlihatlah sosok Rose yang terus muntah di wastafel.

"Rosie" dia mengelus tengkuk belakang Rose yang masih muntah.

Huekk huekk

Rose hampir jatuh namun Jane dengan sigap menahannya. Wajah wanita itu sudah benar benar pucat bahkan matanya sudah berkaca kaca. Tenggorokannya juga sudah terasa perih gara gara terus muntah tanpa henti.

"Appo" lirihnya menatap Jane dengan sendu.

"Tahan ya" ujar Jane mengelus pipi Rose. Dia memutuskan untuk menggendong Rose ala bridal style dan membawa wanita itu kekasur.

"Minum ini" Jane memberikan segelas teh hangat yang bisa menghilangkan rasa mual yang dialami oleh Rose.

"Thanks" lirih Rose meminum teh pemberian dari Jane.

"Perut kamu kosong makanya kamu mual. Ini aku sudah memesan bubur. Kamu makan terus minum obat ya" dengan penuh perhatiannya Jane menyuapi Rose. Wanita itu tidak membantah bahkan dia menerima suapan Jane dengan tenang.

"Dimana anak anak?" Tanya Rose ketika menyadari kalau kedua sosok anaknya tidak ada dikamar.

"Aku meminta bantuan dari Yeri untuk membawa mereka sarapan diluar. Kasian juga si sama mereka. Aku takut kejadian tadi malam bikin mereka trauma makanya aku meminta Yeri untuk bawa mereka jalan jalan agar mereka melupakan kejadian tadi malam" jelas Jane.

Rose tersenyum tipis. Dia bahagia karena Jane bisa bersikap layaknya seorang Daddy yang pengertian.

"Rosie, aku masih mencintai kamu dan akan selamanya mencintai kamu. Aku ingin kembali bersama kamu bukan hanya gara gara si kembar, tapi juga karena aku ingin kamu menjadi milik aku. Hanya milik aku. Tolong terima aku kembali. Kita mulakan kehidupan kita bersama si kembar. Apa kamu ingin menikah sama aku?"

Rose mengelus pipi mandu Jane "Aku sudah tidak punya alasan untuk menolak kamu. Sejujurnya aku ingin membenci kamu tapi rasa cinta aku lebih besar berbanding rasa benci itu. Demi anak anak, aku menerima kamu"

Jane tersenyum haru "Terima kasih. Terima kasih sayang. Aku akan memastikan kamu menjadi wanita paling bahagia didalam hidup ini" dia beralih mengecup dahi Rose dengan penuh cinta.






Rose kini sudah tidur gara gara obat yang diminumnya itu dan sekarang Jane sudah berada didalam perjalanan untuk menuju ke markas. Dia terpaksa meninggalkan Rose sendirian di kamar hotel karena dia harus menguruskan sesuatu.

"Dimana mereka?" Dingin Jane.

"Mereka sudah saya ikat didalam" sahut Ash.

Jane memasuki markas diikuti oleh Ash dibelakangnya. Dia berseringai ketika melihat keluarga Nyonya Jeon yang diikat diatas bangku.

"Lepaskan kami sialan!" Teriak Tuan Jeon.

"Helo anak manis" Jane menghampiri Ana yang sudah terisak itu.

"Hiks lepasin aku Om" isak Ana.

"Jangan sakitin anak saya!" Teriak Nyonya Jeon.

"Terus kenapa anda menyakiti anak anak saya Nyonya Jeon?" Sinis Jane.

Dia kembali menatap Ana "Selama ini kamu yang menghina Jichu sama Lily hurm? Kamu benar kok. Kasta kamu sama Jichu dan Lily memang berbeda. Mereka bahkan lebih kaya berbanding kamu. Kamu itu masih kecil, omongan kamu harus dijaga. Jangan diikuti omongan gila orang tua kamu itu"

Ana hanya mampu menangis dan mengangguk ketika mendengarkan penuturan Jane.

"Bawa bocah ini keluar" arah Jane dan dengan sigapnya seorang pria membawa Ana keluar dari ruangan itu.

"Lepaskan ikatan dia" arah Jane menunjuk Tuan Jeon.

Ash melepaskan ikatan Tuan Jeon dan dia mendorong pria itu kelantai.

Brughhh

Jane langsung memukul pria itu tanpa membiarkan pria itu bangkit.

Brughhh

Brughhh

Tanpa ampun dia terus memukul Tuan Jeon dan sekarang pria itu sudah terkapar lemes dilantai.

"Hiks sudah!" Isak Nyonya Jeon ketakutan.

"Ash, bikin dia cacat!" Arah Jane.

"Baik Tuan Muda!" Dengan patuhnya Ash menjalankan tugasnya. Dia mengambil balok kayu dan terus memukul kaki Tuan Jeon tanpa henti.

"Ampun. Hiks tolong jangan sakitin suami saya" isak Nyonya Jeon memohon.

"Untuk pengetahuan anda, suami anda ini sudah diberhentikan kerja bahkan semua tempat tidak akan menerima dia lagi. Dan kemungkinan dia bakalan cacat si" ujar Jane beralih menatap Nyonya Jeon "Dia sudah tidak berguna. Tidak bisa bekerja untuk kalian. Sepertinya anda yang akan menjadi jalang untuk kebutuhan keluarga anda bukan?" Smirknya.

Nyonya Jeon hanya mampu menangis dan terus memohon agar Jane melepaskan mereka.

"Kalian mencari gara gara sama orang yang salah! Sudah saya katakan kalau saya tidak akan membiarkan orang orang yang saya cintai menderita. Sekarang silakan menikmati kehancur kalian!"

Setelah meminta Ash menguruskan semuanya, Jane akhirnya berganjak pergi dari sana. Dia harus kembali kehotel dan memantau kondisi calon istrinya.















  Pawangnya Roje kejam nih😌


  Tekan
   👇

You&Me✅Where stories live. Discover now