8. Angkot

239 70 138
                                    

“Kalau teman bisa menjadi musuh, apa musuh juga bisa menjadi teman?”

Happy reading

𝚅𝚘𝚝𝚎 + 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗 𝚍𝚞𝚕𝚞 𝚢𝚊!シ︎

8. Angkot

“Lo gak takut gue nyelakain cewek uler itu?” tanya Inka.

“Bukannya nemenin dia, gue malah bisa bunuh dia!” tambah Drisa.

Kedua perempuan itu heran, saat inti Redfox kecuali Qing, datang dan meminta sesuatu yang tidak pernah mereka duga sebelumnya. Karena besok long weekend, mereka meminta Drisa dan Inka ikut, untuk menemani Shafana, yang benar saja?

“Sebelum itu, gue bisa bunuh kalian lebih dulu!” gertak Kavi.

Inka berdecak, “setelah apa yang kalian lakuin sama kita, masih berani minta bantuan. Gak malu apa?”

Inka tidak akan pernah melupakan apa yang telah mereka lakukan. Melarang siapapun menyebut nama Queen, menyembunyikan fakta dari Qing. Sampai kapanpun Inka tidak akan memaafkan mereka, jadi jangan harap dia akan bermurah hati.

Begitupun dengan Drisa. Sebagai sahabat, dia tidak akan membiarkan sahabatnya dilupakan begitu saja. Queen mungkin sedang koma, tapi bukan berarti dirinya tidak ada. Drisa berdoa, semoga Queen segera sadar dan membalas mereka semua.

“Terserah, tapi besok jam 5 pagi, kalian harus udah siap!” suruh Daiva.

Belum sempat Drisa dan Inka mengutarakan penolakan, keempat laki-laki itu sudah berlalu. “Tapi ini ada bagusnya, kita bisa ngerjain Shafana di sana,” usul Drisa.

Jika dipikir-pikir, Inka setuju. Abaikan peringatan Redfox, bukankah itu yang dia lakukan selama ini? Inka jadi teringat pada Queen yang sering beradu mulut dengan anggota Redfox, terkecuali Qing tentunya.

Inka ingat, saat anggota Redfox memperingatkan Queen untuk tidak mengganggu Shafana, tapi Queen justru malah mengerjainya. Queen sengaja mengunci Shafana di ruang laboratorium sampai menjelang magrib. Setelahnya, bukan hanya dimarahi anggota Redfox, Queen juga harus di hukum oleh ayahnya.

Namun, Queen tidak pernah berhenti. Semakin hari, ada saja ulahnya untuk menjahili Shafana. Qing yang saat itu sudah mulai dekat dengan Shafana, akhirnya harus turun tangan. Sama seperti sebelumnya, Queen juga tidak pernah mendengarkan perkataan kekasihnya.

Mungkin ada yang bertanya, bagaimana Queen dan Qing bisa berpacaran? Sangat singkat, hubungan mereka terjalin sejak awal masuk SMA. Qing jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi cintanya baru diterima di akhir semester genap.

Alasan Queen menerimanya memang bukan karena cinta. Queen hanya merasa jengah ketika Qing terus saja mendekatinya. Queen pikir dengan mengabulkan keinginan laki-laki itu, maka segalanya selesai. Namun semuanya salah, justru setelah berpacaran, Qing masukin lengket dengannya.

Tidak terhitung berapa banyak kata putus yang sudah Queen ucapkan, tapi itu tidak membuat Qing melepaskannya. Katanya, “apa yang sudah aku dapatkan, tidak akan aku lepaskan!”

Queen kembali menyerah dan membiarkan segala tingkah Qing. Sampai malam itu datang, malam kecelakaan yang merenggut kesadaran Queen dan ingatan Qing. Entah apa maksud takdir, sampai mereka dalam kondisi seperti itu.

“Atas nama lo, gue bakal bales dendam!”

_𝑪𝒂𝒌𝒔𝒖𝒔𝒓𝒂𝒘𝒂_

CAKSUSRAWA Where stories live. Discover now