15. Menyerah?

267 62 75
                                    

Jangan kembali, biarkan dia bahagia dengan kehidupannya kini.”

𝚅𝚘𝚝𝚎 + 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗 𝚍𝚞𝚕𝚞 𝚢𝚊!シ︎

Happy reading.

15. Menyerah?

“Lo harus mati, sialan!”

Queen menatap datar tubuhnya yang terbaring kaku. Apa kesalahannya, sampai dia dihukum seperti ini? Tidak hidup dan tidak mati. Semua yang ada dalam kehidupannya tidak jelas, keluarga, masa lalu, bahkan keberadaannya pun seperti bayang-bayang.

Apa jadinya, jika dulu dia tidak meminta seorang ayah? Mungkinkah kini dia masih bersama ibunya? Jika memang seperti itu, ingin rasanya Queen mengulang waktu.

Dalam larutan emosinya, Queen menatap pintu yang tiba-tiba terbuka. Entah dia harus berekspresi seperti apa, haruskah dia senang atau biasa saja? Di sana ada pria yang selama ini dia anggap keluarganya, untuk apa dia datang?

Yoga sendiri bingung. Dia baru saja menjenguk rekan bisnisnya yang mengalami musibah kecelakaan dan tiba-tiba teringat pada putrinya, tidak. Lebih tepatnya seorang perempuan yang dititipkan padanya. Jika tidak ingat kalau Dayana adalah mantan sekaligus sahabatnya, Yoga tidak akan mau merawat Queen.

Selama ini diam-diam Yoga berharap, kalau Dayana akan datang menemuinya. Setidaknya jika wanita itu menemuinya, dia bisa menanyakan alasan mengapa wanita itu meninggalkannya. Bukan karena dia belum merelakannya, hanya saja Yoga ingin menutup lembaran masa lalu itu, tanpa ada pertanyaan lagi.

Namun baru-baru ini Yoga mengetahui sesuatu, tentang Dayana yang sudah memulai kehidupan barunya. Wanita itu tidak sedikit pun mengingat Queen, seperti tidak pernah ada Queen dalam kehidupannya. Ada sedikit rasa iba di hati Yoga.

“Sampai kapan kau akan bertahan?”

Queen terkekeh mendengarnya. Sepertinya pria itu sudah merasa rugi, ketika harus terus-menerus membiayai pengobatannya. Walaupun memang tidak memiliki ikatan darah, ada denyutan nyeri di hati Queen. Sejak kecil dia sudah menganggap pria itu sebagai ayahnya dan itu sudah sangat mendarah daging.

“Sampai kau melepaskan alat-alat itu.”

Queen semakin tersenyum pahit, ketika Yoga bergerak seperti mendengar perkataannya. Tangan pria itu terarah pada masker oksigen di hidung Queen, sempat berhenti dalam jarak beberapa senti, sebelum akhirnya benar-benar mendaratkan tangannya di sana.

Queen sudah menutup matanya, dia siap dengan apapun keputusan Yoga. Hidup dan mati sudah tidak ada bedanya. Keinginannya hanya satu, yaitu merasa diinginkan. Queen ingin ada seseorang yang menganggap kehadirannya bukan sebagai kesialan, tapi keberuntungan.

Sekali lagi Queen lupa. Dulu dia memilikinya, sampai akhirnya dia sia-siakan. Queen pernah diinginkan, tapi dia yang meninggalkan. Dalam kepahitan, dia tersenyum.

“Jika kau menunggu Dayana menjemputmu, itu tidak akan terjadi.”

Seketika Queen membuka matanya. Apa maksud Yoga, mengapa ibunya tidak akan menjemputnya, apa yang pria itu ketahui? Queen menghampiri Yoga dan berusaha memegangnya. “Kenapa, apa yang terjadi?!”

Saat Yoga bersiap menarik masker oksigen itu, pintu ruangan kembali dibuka. Dia mengernyitkan dahinya, merasa asing dengan pemuda tampan itu. Dari wajah dan perawakannya, sepertinya seusia dengan Queen.

“Maaf Om, sepertinya saya salah ruangan.”

Hanya sesingkat itu, sebelum pemuda itu pergi. Yoga kembali menegakkan tubuhnya. Percuma dia berlama-lama di ruangan ini, tidak ada yang akan berubah.

CAKSUSRAWA Where stories live. Discover now