10. Predator

236 63 90
                                    

“Kau laksana siput dalam cangkang.”

𝚅𝚘𝚝𝚎 + 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗 𝚍𝚞𝚕𝚞 𝚢𝚊!シ︎

Happy reading

10. Predator

Setelah acara makan malam usai, Qing keluar dari rumah kakeknya Daiva. Sejak kembali dari sungai, dia tidak melihat kehadiran Queen, padahal perempuan itu selalu mengikutinya kemanapun.

Qing berjalan ke depan, berdiri menghadap hamparan sawah yang gelap. Dia mengambil nafas dalam, lalu menghembuskan nya perlahan. Tempat ini tidak terlalu hening. Bukan suara bising kendaraan, tapi jangkrik yang bersahutan. Bahkan rasa-rasanya, Qing bisa mendengar suara angin yang bertiup.

Baru saja pukul 8, tapi suasana sudah sangat hening. Tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang, begitupun orang-orang. Warung-warung sudah mulai tutup, lampu-lampu didalam rumah sebagian sudah dimatikan.

“Rawa!”

Qing yang semula menutup matanya, kemudian tersentak. Ada siluet perempuan yang berteriak terlintas dalam benaknya, juga rasa pusing yang menyerang. Dadanya terasa sesak, seiring bayangan yang terus menghantuinya.

“Rawa, kamu kenapa?” Shafana hadir, menopang Qing agar tidak jatuh.

Ketika nama ‘Rawa’ terucap, suara Shafana diiringi suara lain. Ada suara perempuan lain yang menyebutnya, tapi suara itu terdengar seperti teriakan. Qing bahkan bisa merasakan telinganya yang berdenging.

“Rawa--”

“STOP!” Qing menyentak Shafana, lalu mundur beberapa langkah. Dia pegangi kepalanya yang terasa berat. “Jangan sebut nama itu!”

Shafana tentu terkejut, dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Niatnya, Shafana ingin terlihat dekat dengan Qing. Seperti Queen, Shafana ingin memanggil Qing dengan panggilan ‘Rawa.’

“Aku bantu kamu.” Shafana memapah Qing untuk duduk di bangku yang ada di bawah pohon jambu air.

Qing masih memegangi kepalanya yang masih terasa berdenyut. Bayangan perempuan itu terus saja menghantuinya, tapi siapa dia? Setelah merasa lebih baik, Qing mencoba mengatur nafasnya kembali.

“Berapa banyak yang lo tau tentang gue?

Shafana menatap Qing. “Aku gak tau banyak, tapi aku cukup mengenal kamu.”

“Apa ada perempuan lain?”

Shafana diam. Perempuan lain, apa maksud Qing? Shafana harap, Qing tidak mengingat Queen. Maafkan dia untuk kali ini, tapi sungguh, Shafana harap Queen benar-benar pergi dari ingatan Qing.

“Maksudnya, apa ada perempuan yang deket sama gue selain lo? Mungkin temen, sahabat, atau apapun itu.”

“Yang aku tahu, kamu cukup tertutup soal kehidupan pribadi. Jadi aku gak tau.” Shafana memberanikan diri untuk bertanya, “kenapa?”

Sempat terdiam, Qing menjawab, “bukan apa-apa.”

Qing sangat yakin, perempuan yang dia lihat ada sangkut paut dengan masa lalunya. Karena tidak mungkin bayangan itu hanya ingatan semu. Namun untuk sekarang, dia tidak akan menceritakannya pada siapapun. Terlebih, dia merasa orang-orang disekitarnya sedang menyembunyikan sesuatu.

“Makasih dan maaf,” ucap Shafana kemudian.

“Untuk?”

“Makasih, karena udah nyelamatin aku dari geng Predator malam itu. Dan maaf, karena aku, kamu jadi kecelakaan.”

CAKSUSRAWA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang